NASKAH : H. ADJIM ARIJADI
TANAH KITA DI BANUA
Sebuah fragment awal pemberontakan rakyat
Banjar yang seluruh tanah tumpah darahnya telah dikuasai pemerintah Belanda.
Mengetengahkan konflik antara Pangeran Tamjidillah II dengan Pangeran Hidayatullah.
Pangeran Hidayatullah yang mempercayakan Pangeran Antasari untuk menjadi
Panglima Perang, kini tengah mengatur taktis dan strategisnya di tengah kesibukan
orang Belanda dalam mencampuri urusan kerajaan.
Dramatic
personal :
Pangeran Hidayatullah
Pangeran Tamjidillah
Nyai Aminah
Ratu Siti
Puteri Bulan
Pangeran Amin
Pangeran Surya Mataram
Pangeran Tambak Anyar
Demang Lehman
Graaf van Benthem Tecklenberg
Van Kinsbergen
Leutenant Backman
O p s i r .
Pendukung silat
Pendukung Rudad
Pendukung kuda Gepang
Pendukung Upacara Batatai
Orang-orang
Seseorang
Yang lain
TANAH KITA DI BANUA
SEBUAH RUANG DI PASIRAPAN, SECARA
KESELURUHAN DAN SELINTAS LALU RUANGAN ITU MEMANG MENCERMINKAN WARNA DAN BENTUK
DAERAH BANJAR. NAMUN APABILA KITA TELITI SECARA CERMAT, BAIK NILAI TRADISI
MAUPUN TATA KEHIDUPANNYA TAMPAK SUDAH TIDAK MURNI LAGI. BETAPA JELAS PENGARUH
BELANDA TELAH MENDOMINASINYA. NAMUN DARI KALANGAN PEMBESAR KERAJAAN MASIH JUGA
ADA YANG PUNYA KEINGINAN UNTUK KEMBALI KEPADA ADAT ISTIADAT YANG DISEBUT ASLI
BANUA BANJAR.
WAKTU ITU TANGGAL 3 NOVEMBER 1857, ADALAH
HARI DIANGKAT DAN DILANTIKNYA PANGERAN TAMJIDILLAH MENJADI SULTAN DI KERAJAAN
BANJAR MARTAPURA. DARI KALANGAN BANGSAWAN KERAJAAN, KALANGAN IBU-IBU YANG
BERLAGAK SOK EROPA BERBAUR BEBAS DENGAN PEMBESAR BELANDA, TAK KETINGGALAN PARA
ALIM ULAMA DAN MUFTI SEGALA, BAU PARFUM DAN ALKOHOL TELAH MENGALAHKAN BAU
MAYANG DAN KEMBANGAN YANG WANGI.
SEMUA ISI ISTANA SETELAH MENDENGAR
ABA-ABA PEMBAWA ACARA LALU MENYUSUN DIRI MENURUT SHAF YANG SUDAH DITENTUKAN
DALAM SIKAP DAN ATURAN SOPAN.
Pembawa
Acara : ” Pangeran Tamjid Bin Pangeran
Abdurrahman Bin Sultan Adam Al-Wasiqu Billah sudah berada di ambang pintu
Sasirapan dan akan segera menuju ruang upacara pelantikan.
Pangeran Yang Di Pertuan Rakyat di Banua
! ”
( KEDATANGAN PANGERAN TAMJID YANG
DIIRINGI OLEH BEBERAPA ORANG PEMBESAR ISTANA TERMASUK IBUNDA PANGERAN YANG
BERNAMA NYAI AMINAH DIELU-ELUKAN DENGAN HANGAT OLEH ORANG-ORANG YANG ADA
DIRUANG SASIRAPAN PANGERAN TAMJID LANGSUNG DUDUK DI TEMPAT YANG SUDAH DISEDIAKAN
SERTA DIDAMPINGI OLEH IBUNDANYA, NYAI AMINAH )
Pangeran
Tamjid : ” Hari ini kita akan bersuka ria dalam
pesta dan dansa. Kita akan Curahkan rasa kebahagiaan kita yang paling puncak. Tapi
saya belum melihat kehadiran kanda Pangeran Hidayat. ”
Nyai Aminah :
” Jangan memikirkan diri orang lain, anaknda harus menghadapi upacara dilantiknya
diri anaknda sendiri. ”
Pangeran Tamjid :
” Tapi ibunda, kanda Hidayat juga akan dilantik sebagai Mangkubumi kerajaan.
Kenapa belum hadir ? ”
P.Tambak
Anyak : ” Baginda Yang Mulia, hamba sempat mampir
di kediaman Baginda Pangeran Hidayatullah, agaknya Pangeran Hidayatullah sedikit
terlambat datang ke tempat ini, sebab hamba lihat beliau sedang bermusyawarah
dengan Tuan Mufti, Ibunda Ratu Siti dan beberapa orang pemuka masyarakat
lainnya. ”
Pembawa
Acara : ” Harap didengarkan. Yang Mulia, Tuan
Yang Maha Agung Tuan Reseden Graaf Van Benthem Tecklemberg segera akan memasuki
Balai Sasirapan, kepada para pembesar Kerajaan Banjar diperintahkan untuk
hormat dan berdiri.
( SEMUA ORANG SEPERTI TIKUS YANG DISIRAM
AIR MENDIDIH SAMBIL BERDIRI DENGAN KAKU YANG TIDAK TERKENDALIKAN. GEMETAR DAN
SERBA SALAH MENGINJAKKAN KAKINYA )
Hormat kepada Tuan
Resident……………………….Siap! “
( SEMUA HORMAT DALAM KEKAKUAN )
Resident :
( DENGAN DIIRINGI OLEH VAN KINSBERGEN, SEPERTI BINATANG BUAS MELIHAT MANGSA
MEMANDANG TAJAM KEPADA ORANG ORANG DI DALAM ISTANA )
“ Upacara boleh dimulai! ”
Pembawa Acara :
” Hormat kepada Yang Mulia, selesai !! ”
P. Tamjid :
” Tuan Resident. Apakah jabatan Mangkubumi akan dilantik hari ini ?”
Resident :
” Ini pertanyaan yang amat tolol, Tamjid. Kamu orang sudah resmi menjadi
Sultan. Tuan Van Kinsbergen telah kami utus ke Martapura ini untuk menyampaikan
SK Gubernur Jenderal di Batavia atas pengangkatanmu secara resmi sebagai
Sultan. ”
Van Kinsbergen :
” Surat Keputusan ini tertanggal 18 Mei 1856.”
Resident :
” 1856. Sekarang tahun 1857, tepat tanggal 3 November. Sudah satu setengah
tahun kami telah berikan kesempatan memimpin, mengatur kerajaan. Masa untuk
upacara pelantikan sebagai salah satu acara yang paling kecil, masih juga
seperti orang bodoh. ”
Nyai Aminah : ”
Upacara sudah kami atur sedemikian rupa tuan. Masalahnya, orang yang
bersangkutan untuk dilantik ada yang belum hadir. ”
Leutenant :
( BICARA KEPEDA RESIDENT
)
” Itu perempuan ikut campur. Apakah itu
perempuan tuan tunjuk sebagai penjabat kerajaan? Cara itu harus ditekan,
indisipliner!!! “
Pembawa Acara :
( MENDEKATI P. TAMJID DAN BERBISIK DI TELINGA )
P.Tamjid : ( MENDEKATI DAN HORMAT KEPADA RESIDENT
)
“ Orang
yang kita tunggu akan memasuki ruangan ini tuan. ”
Resident :
( DIIKUTI OLEH YANG LAIN MEMANDANGI KEDATANGAN PANGERAN HIDAYATULLAH )
“ Sultan
Tamjid. Apa kamu orang tahu, di mana letak kesalahan putera raja, cucunya
tersayang Sultan Adam ini? ”
P.Tamjid : “ Kesalahannya selain tidak
berdisiplin, juga tampak kampungan. ”
P.Hidayatullah :
( AGAK TERSINGGUNG, TAPI DITEGUR IBUNDANYA AGAR BIASA-BIASA SAJA )
Resident :
“ Kau sadar Hidayat , atas kesalahanmu itu ? Nah, sekarang coba kamu tunjukkan
dirimu itu intelek tidak dungu dan tolol seperti itu.Kau seorang Mangkubumi
kerajaan. Pemerintah Hindia Belanda menuntut orang-orang yang menjadi penjabat
di mana saja tanah yang diurusinya harus mampu mengikuti adat, tata karma dan
kepandaian bangsa Belanda itu sendiri. Oke, upacara boleh dimulai ! ”
Pembawa Acara :
“ Upacara pelantikan Pangeran Tamjid sebagai Sultan Kerajaan Banjar akan segera
dimulai, sekaligus akan dilantik pula Pangeran Hidayatllah sebagai Mangkubumi
kerajaan. Kepada tuanku Pangeran Tamjid dan Pangeran Hidayatullah dipersilahkan
mengambil tempat yang telah disediakan. ”
Mufti :
“ Sebentar, tuan resident. Harap dimaafkan. Barusan tadi kami para alim ulama,
pemuka masyarakat dan sebagian dari pembesar istana telah bermusyawarah dan
bermufakat. Kemufakatan kami tersebut yaitu mungukuhkan dan mengusulkan agar
keputusan Gubernur Jenderal ditangguhkan. Ini mengingat atas ketakutan rakyat
di tanah banua kami, takut kalau kutukan almarhum Sultan Adam mencelakakan
tanah banua kami. Dari itu kami meminta agar pemerintah Belanda mau menerima
isi dari surat
wasiat almarhum Sultan Adam Al-Wasiqu Billah. ”
Nyai Aminah :
“ Tidak bisa! Tidak seorangpun yang boleh menggugat keputusan penguasa dari Batavia. ”
Ratu Siti : “ Saya ingin bertanya, siapakah yang berhak
memberikan jawaban atas pertanyaan kami ? ”
Nyai Aminah : “ Saya justeru mendukung wibawa dan kekuasaan
pemerintah. Tuan resident, upacara pelantikan harus segera dilaksanakan! ”
Leutenant : “ Mulut orang-orang ini harus dibungkam ! ”
Van Kinsbergen : “ Tuan resident. Apa saya boleh bicara ? ”
Resident : “ Silakan. ”
Van Kinsbergen : “ Terima kasih. Semuanya orang di tanah Banjar
Martapura ini tidak punya adab. Kita sekarang sedang melaksanakan suatu upacara
keramat. Upacara dinobatkannya seorang putera daerah banua Banjar menjadi
seorang penguasa tertinggi dengan jabatan raja. Semuanya harus menginsyafi,
bahwa jabatan ini adalah sebuah hadiah yang paling besar bagi rakyat di tanah
ini. Saya dengan susah payah, datang ke Martapura ini, mewakili pemerintah
Hindia Belanda untuk menyampaikan surat keputusan Gubernur Jenderal Batavia tertanggal
18 Mei 1856, yang memutuskan diangkatnya Pangeran Tamjid sebagai SULTAN. Surat keputusan ini juga telah disetujui oleh
Yang Di Pertuan Sultan Adam Al-Wasiqu Billah serta Sultan telah setuju pula
untuk mengangkat Pangeran Hidayat menjadi Mangkubumi. Dari itu, usul saya
upacara pelantikan bisa dimulai. ”
Mufti : “ Tapi surat
itu. Kutukan itu ! ! ”
Resident : “ Pemerintah Hindia Belanda, tidak pakai itu surat wasiat. Sebab tanah
di banua ini bukan lagi milik kalian. Tanah banua Banjar adalah tanah milik
kami! ”
P.Hidayat : ( BANGKIT DAN MAU PROTES )
P.Surya Mataram : ( MENAHAN EMOSI P. HIDAYAT )
“ Pangeran,
duduklah! Tenangkan diri Pangeran. Sabar, percayalah kita sekarang tidak bisa
berbuat apa-apa. ”
Resident :
“ Ya, mulai!!! “
Pembawa Acara : “ Kepada tuanku P. Tamjid dan tuanku P.
Hidayatullah dipersilakan mengambil tempat. ”
P.Tamjid : ( MENGAMBIL TEMPAT DAN DIARAHKAN OLEH
IBUNDANYA )
P.Hidayatullah : ( BERDIRI MENUJU TEMPAT YANG DISEDIAKAN. TAPI
SEKEDAR UNTUK MENGAMBIL PERHATIAN SAJA, SETELAH ITU IA KELUAR MENINGGALKAN
RUANGAN )
Ratu Siti : ( BERDIRI DAN KAGET )
“ Anaknda
! ” ( MENYUSUL )
Mufti : ( IKUT MENYUSUL. KEMUDIAN YANG LAINNYA
MENYUSUL BERAMAI-RAMAI )
Leutenant : ( DENGAN SIKAP MILITERNYA INGIN BERTINDAK,
TAPI DIHALANGI OLEH RESIDENT )
Resident : “ Soal kecil. Hidayat toh, putera daerah yang
tidak mungkin bisa maju. Dia bukan orang yang terpelajar. ”
Lieutenant : “ Tapi seluruh rakyat berpihak kepadanya.
Mungkin ini merupakan titik api, bara api di dalam sekam. ”
P.Tamjid : “ Kanda Hidayat tidak punya kemampuan untuk
memimpin. Apalagi memimpin perang. ”
Resident : “ Oke, oke. Hari ini tanggal 3 November 1857, saya
Graaf Van Tecklenberg atas nama Gubernur Jenderal di Batavia yang membuat surat
keputusan tanggal 18 Mei 1856 tentang pengangkatan P. Tamjid menjabat Sultan di
kerajaan Banjar Martapura, dengan ini saya lantik dengan gelar Sultan
Tamjidillah II. ”
( MENJABAT
TANGAN SULTAN , KEMUDIAN DISUSUL OLEH PEMBESAR LAINNYA )
UPACARA DISAMBUNG PESTA MERIAH ALA
EROPAH. MINUMAN ALKOHOL BEREDAR, DANSA PUN DILAKUKAN.
Leutenant :
( MENGAJAK RESIDENT BICARA )
“ Saya punya usul resident, walau
bagaimana Sultan Tamjidillah II sudah
menjadi boneka kita, namun ketegangan yang timbul akibat surat wasiat itu harus kita dinginkan. Yang
kita kuatirkan akan lahir orang ke-3 yang akan menggalang amarah rakyat menjadi
suatu kesatuan yang akan memberontak pemerintah. Bagi kita peranan Hidayatullah
amat penting. Kita harus jinakkan Hidayat . ”
Resident : “ Tahta tidak mungkin lagi bukan ? ”
Lieutenant : “ Puteranya Pangeran Tamjidillah dan peterinya
Hidayatullah. Kawin politik harus kita laksanakan! Pangeran Hidayat harus
menjadi orang yang patuh dan taat pada kita. ”
Pembawa Acara : “ Acara berikutnya, santap bersama. Kepada tuan
Resident, tuan Leutenant dan para pembesar istana lainnya , kami persilakan
menuju ruang yang telah kami sediakan. ”
( SEMUA
ORANG BERSAMA-SAMA MENGIKUTI RESIDENT, LEUTENANT DAN SULTAN TAMJIDILLAH II )
+C U T +
SEBUAH PENDOPO, RUMAH SEORANG
BANGSAWAN BANJAR. BEBERAPA PILAR TELAH MENGISI RUANGAN TERSEBUT. DIANTARA PILAR
TERDAPAT TEMPAT-TEMPAT DUDUK. DI TEMPAT INILAH LOKASI UNTUK MENGGEMBLENG PARA PEMUDA
DALAM KETANGKASAN FISIK.
WAKTU
INI TAMPAK PARA PESILAT DI BAWAH BIMBINGAN
SEORANG PELATIH SEDANG MEMPERHALUS RAGAM GERAK KETANGKASAN. TIDAK BERAPA LAMA
MUNCUL PANGERAN ANTASARI DAN DEMANG LEHMAN DENGAN BUSANA KERAKYATAN. BEGITU
PELATIH MELIHAT , LATIHAN LANGSUNG DIISTIRAHATKAN. PELATIH BURU-BURU MENJABAT
DAN MENCIUM TANGAN KEDUA ORANG YANG BERPENGARUH ITU. DEMIKIAN PULA
DENGAN ORANG-ORANG YANG BERLATIH ITU TURUT PULA HORMAT DAN MENJABAT TANGAN PANGERAN
ANTASARI DAN DEMANG LEHMAN.
P.Antasari : “ Suruh mereka duduk dengan tertib . ”
D.Lehman : “ Rombongan Pangeran Hidayat sebentar lagi
akan datang. ”
Pelatih : “ Ya, coba duduk semua ! ”
P.Antasari : “ Suasana kerajaan sudah berada pada puncak
yang kurang sehat. Rakyat tengah bergolak. Perasaan tidak nyaman benar-benar seperti
bara yang akan membakar kerajaan di Martapura ini. ”
D.Lehman : “ Di samping, kelompok kita pun sedang
dicurigai. ”
P.Antasari : “ Makanya kanda P. Hidayat dengan diam-diam
mengumpul kita di tempat beliau ini. Bagaimana dengan Jalil dan Haji Buyasin,
Tumenggung Antaludin ? “
D.Lehman : “ Keadaan jalanan tidak mengizinkan untuk
mendatangkan pemuka masyarakat dari Hulu Sungai. Satu-satunya cara harus ada
diantara kita yang menyamar sebagai tukang gerobak untuk menghubungi
orang-orang yang kita anggap penting. Terutama bagi mereka yang mau kerjasama. ”
P.Antasari : “ Harus bisa bekerjasama. Karena kita bergerak
di atas nasib dan perasaan yang sama. ”
D.Lehman : “ Bagaimana dengan Aling di banua Tapin ? “
P.Antasari : “ Aling mendirikan kerajaan di Muning dan
mendudukkan puteranya Sambang sebagai
raja, karena dilandasi kemarahannya pada Belanda. Aling juga cukup marah
terhadap Pangeran Tamjidillah. ”
D.Lehman : “ Besar kemungkinan Aling akan menguasai tanah
kita di banua Banjar ini. ”
Pelatih : “ Tampaknya Pangeran Hidayat sudah datang. ”
D.Lehman : ( SEGERA MENYONGSONG KELUAR PENDOPO )
P.Antasari : ( KEPADA PELATIH )
“ Berasal
dari kampung-kampung mana saja mereka yang kamu latih ini ? ”
Pelatih : “ Kebanyakan dari Karang Intan, Pandak Daun
dan Kampung Melayu serta Sungai Batang. ”
P.Antasari : “ Kenapa dari Istambul dan Pasar Jati tidak
diikut sertakan? “
Pelatih : “ Kampung-kampung itu termasuk orang yang siap
di tempat dari kita yang mengirim pelatih ke sana, termasuk Kampung Lok Labang, Lok Sapila
dan Campaka. ”
P.Hidayat : “ Assalamu ‘Alaikum ”
Orang-orang : ( SERENTAK MEMBALAS SALAM )
P.Antasari : ( MENJABAT TANGAN P. HIDAYAT. DISUSUL PELATIH,
KEMUDIAN ORANG-ORANG )
P.Hidayat : “ Kanda Antasari. Sudah lama menunggu? “
P.Antasari : “ Baru saja, sehabis shalat isya. Kanda
bersama Demang Lehman tiba di sini. ”
P.Hidayat : “ Makin larut malam, makin baik. Kita sudah
dibuntuti. Jejak kita harus mampu mengelabui orang-orang Belanda. ”
P.Antasari : “ Kanda sebenarnya menyesalkan sikap dan
tindakan dinda di hari pelantikan itu. ”
P.Hidayat : “ Dinda tidak kuasa menahan perasaan. Benar-benar panas. Coba
kanda pertimbangkan, kita semua dianggap meminjam tanah banua ini dari Belanda.
Ini tanah banua kita sendiri bukan ? ”
P.Antasari : “ Kanda memakluminya. Namun kanda masih mengharapkan
agar dinda jangan terlalu cepat tersinggung. Tahan perasaan dengan menunjukkan
muka secara wajar. Dari dinda sangat kami harapkan sikap seorang politikus yang
jitu, dalam rangka kita mengatur taktis dan strategis perang. ”
P.Hidayat : “ Mudah-mudahan bisa dinda lakukan. Dinda
Demang Lehman !
( MEMBERI
ISYARAT KEPADA YANG LAIN YANG BERTUGAS MEMEGANG SENJATA KERIS DAN TOMBAK )
Ini namanya
si Singkir.
(
MENUNJUKKAN SEBILAH KERIS PANJANG )
Keris
pusaka keraton ini ku serahkan kepada dinda. Dan ini namanya Kali Belah. Tombak
turun temurun kami. Pegang dan pertahankan Kerajaan Banjar dengan ke-2 senjata
pusaka ini. “
(
MENYERAHKAN KEPADA DEMANG LEHMAN )
D.Lehman : ( MENERIMA DENGAN RASA BANGGA )
P.Hidayat :
“ Mari kita duduk.
(
SEMUANYA MENGAMBIL TEMPAT DUDUK MASING-MASING )
Bagaimana
keadaan di luar pendopo ? “
D.Lehman :
( SEGERA BERDIRI KEMBALI DAN MENELITI SITUASI LALU KEMBALI MELAPORKAN )
Kelihatannya
cukup aman kanda. “
P.Hidayat : “ Bagus. “
Seseorang : “ Apakah perlu kita teliti orang-orang yang
hadir dalam pertemuan ini. “
P.Antasari : “ Tidak perlu. Kalau ada diantara kita yang
bermuka dua silakan. Silakan lapor dan cari muka dihadapan Belanda, lalu cari
keuntungan sebanyak-banyaknya. Allah pun pasti akan murka pula kepadanya. Ayo,
siapa yang ingin berkelakuan seperti itu ? Kami tidak akan melakukan kekejaman.
Siapa yang punya keinginan, silakan meninggalkan ruangan ini. Pilih dari
sekarang!! Ikut P. Tamjid yang berarti pro pemerintah Belanda yang buas dan
serakah. Ada ?
Sekarang ini kita masih adil. Saat ini adalah saat di mana kita masih memberi
kesempatan untuk memilihnya. Tapi apabila nanti baru ketahuan, kita tidak
segan-segan untuk menghukum pancung di tempat. Penghianatan berarti darah dan
nyawa. “
P.Hidayat : “ Betul. Kita akan melakukan gerakan secara
terang-terangan. Tidak lagi bergerak di bawah tanah. Kita akan umumkan perang
dengan Belanda. Adapun dasar perjuangan kita ialah mengambil alih milik kita.
Tanah banyu kita yang sudah tergadaikan kepada pemerintah Belanda. Tanah kita
di banua kita ini, bukan lagi tanah kerajaan yang murni dari adat, tapi sudah
menjadi tanah gubernemen yang berbau alcohol dan dansa yang haram. Bau harumnya
pudak sudah lenyap. Kita akan mengusir habis orang kulit putih. Tahta kerajaan
harus dikembalikan kepada isi surat
wasiat kakekku, Sultan Adam Al-Wasiqu Billah. “
D.Lehman : “ Kita harus dirikan kerajaan kita sendiri.
Kerajaan yang suci sesuai ayat Al-Qur’anul Karim. Dan kita tidak mau mengakui
Pangeran Tamjidillah II sebagai Sultan dan sebagai Raja Banjar. Raja kita hanya
satu, raja yang syah, sultan kita yang tulen Pangeran Hidayatullah!!!
Setuju???????? “
Orang-orang : ( BANGKIT SEMANGATNYA DAN HAMPIR TAK
TERKENDALIKAN OLEH YEL-YEL YANG BERGEMA )
P.Antasari : ( BERUSAHA MENENANGKAN SUASANA )
“
Tenang……Tenang…..( HENING )
Belum
waktunya berjuang lewat teriakan. Barisan kita belum waktunya berjuang lewat
teriakan. Barisan ini belum tersusun rapi. Percayalah, suara keras atau tepuk
sorak cuma sebuah gertakan yang tidak akan laku satu sen pun. Itu perjuangan
omong kosong. Mulut besar tapi hampa. Kita harus banyak berbuat. Bersuara harus
sepadan dengan isi. Dan gagasan otak harus sepadan dengan nilai perbuatan. Lalu
saya bertanya, apakah dengan seratus orang prajurit yang belum punya pengalaman
perang, akan bisa mengalahkan ribuan serdadu yang dilengkapi dengan
persenjataan bedil dan meriam ? Apakah kita mampu dan yakin dengan jimat dan
kesaktian ilmu yang kita miliki dapat menang ? Ilmu dan kesaktian boleh saja
kita gunakan, tapi sementara itu akal waras dan perhitungan taktis dan
strategis harus menjadi perhitungan yang paling cocok. “
(
PEMBICARAAN TERHENTI KARENA DATANGNYA RATU SITI )
Ratu Siti : “ Assalamu ‘Alaikum. “
Orang-orang : “ Wa ‘Alaikum Salam. “
P.Hidayat : “ Ada
apa ibunda ? “
Ratu Siti : “ Ini penghinaan lagi anaknda. “
P.Hidayat : “ Dari Pangeran Tamjid atau dari dari orang
Belanda. “
Ratu Siti :
“ Apa beda antara Pangeran Tamjid dan orang Belanda. “
P.Antasari :
“ Duduklah. Mari kita musyawarahkan bersama. “
Ratu Siti :
“ Hatiku panas. Benar-benar panas. Dan
dada ibu rasa sesak. Oh, kenapa malapetaka ini terus-menerus menimpa diri ibu?
Mungkin ibu yang terkena kutuk almarhum. “
P.Hidayat :
“ Kita belum terkena kutuk. Kita tidak
salah. Bukannya kita melengahkan isi surat
wasiat almarhum kakek Sultan Adam. Tapi
Tamjid dan orang-orang Belanda sendiri yang tidak tahu diri. “
Ratu Siti :
“ Dan sekarang tambah tidak tahu malu
lagi. Puterimu, si Bulan …. ? “
P.Hidayat : “ Ada
apa dengan puteriku ? “
Ratu Siti : “ Si Bulan puterimu itu adalah cucuku
yang syah. Cucu yang kusayangi. Kini
Belanda semacam memaksanya harus kawin dengan puteranya si Tamjid. Apakah ini
bukan penghinaan? “
P.Hidayat :
“ Apa ? Mau dikawinkan ? Siapa walinya yang syah ? Tamjid atau aku ayahnya ? “
P.Antasari : “ Sabar. Barusan tadi sudah kanda peringatkan,
jadilah pengatur strategis yang baik. Kami tidak ingin memperbesar ketegangan
antara dinda Pangeran Hidayat dengan orang Belanda. Dinda masih diakui sebagai
Mangkubumi. Agaknya dengan perkawinan puteranya Tamjid dengan puterinya dinda,
merupakan bleid orang Belanda, agar
dinda dua saudara seayah bisa rukun dan bisa lebih akrab lagi. Ini kanda anggap
satu anugerah dari Allah. Dan kita bisa mengambil hikmahnya. Dari sisi ini
sudah kita lihat betapa nilai dan harga diri adinda. Belanda benar-benar merasa
ketakutan terhadap dinda. Terimalah bleid
ini. “
P.Hidayat : “ Tapi kanda,…. ”
P.Antasari :
“ Kanda mengerti, apa yang dinda rasakan. Inilah yang disebut dengan
perjuangan. Penuh dengan korban perasaan. Demi strategis yang tidak menyimpang
dari hukum agama, adalah lebih baik kalau lamaran itu dinda terima. “
Ratu Siti : “ Tapi aku neneknya yang syah, tidak setuju.
Untuk apa menjalin kekeluargaan dengan saudaramu yang beribukan Cina itu ! “
P.Hidayat : “ Memang sulit mengambil keputusan. “
P.Antasari : “ Persoalan ini, jangan sampai dikaburkan oleh
pertimbangan Cina atau Pribumi. Yang jelas lamaran itu justeru akan
menyelamatkan puteri dinda yang sudah dewasa itu. Pertimbangan lain, demi
terhapusnya kecurigaan dan yakinnya pemerintah Belanda terhadap kesetiaan
dinda. Dengan demikian dinda akan leluasa mengetahui seluk beluk pemerintah dan
rahasia kerajaan. Ini penting untuk mencapai kemenangan kita sendiri. “
Ratu Siti : “ Itu namanya munafik. Bermuka dua ! “
P.Antasari : “ Ibu menghendaki agar dinda Hidayat, menjadi
buruan orang Belanda ? “
Ratu Siti : “ Orang munafik akan menghadapi ancaman dari
dua arah. Dari muka dihadang oleh peluru, sedangkan di belakang akan ditikam
oleh ujung keris. Hidayat, tegaskan saja bahwa Tamjid dan Belanda adalah
musuhmu ! “
P.Antasari : “ Tamjid dan Belanda sudah lama menjadi musuh
kita. Tapi kita harus memikirkan pula, bagaimana usaha dan taktik kita
mengalahkan musuh. “
D.Lehman : “ Dinda berpendapat, bahwa musuh itu harus
dibunuh. Haram kita dijamah. Dan haram kita menyerah. Haram juga kita dijajah.
“
Ratu Siti : “ Tolak lamaran itu. Bunuh Tamjid. Demang
Lehman lakukan itu ! Aku siap menerima hukumannya. “
P.Antasari : “ Lantas sesudah Tamjid mati terbunuh, apakah
akan kita kira dinda Hidayat akan naik tahta ? “
P.Hidayat : “ Kita telah dianggap Belanda sebagai anak
kecil. Namun kita telah yakin, dengan dasar kesatuan yang kokoh akan kita
dapatkan kekuatan yang dahsyat. Dalam hal ini, musuh adalah musuh. Musuh harus
kita lumpuhkan. “
Ratu Siti : “ Dan lamaran Tamjid terhadap puterimu harus
kau tolak. “
P.Hidayat : “ Tidak. Demi kebaikan puteriku sendiri,
lamaran itu akan kuterima. “
Ratu Siti : “ Apa ? Kau benar-benar munafik Hidayat. Tidak
bisa membedakan antara musuh dengan kawan. Kau boleh menerimanya, tapi aku
neneknya tidak merelakannya ! “
( PERGI )
P.Hidayat : “ Bunda ! “
P.Antasari : “ Sikap dinda sangat terpuji. “
P.Hidayat : ( KEPADA DEMANG LEHMAN )
“ Dinda
atur pelaksanaan perkawinan puteriku. Upacara ini harus dilaksanakan di Bumi
Selamat Martapura ini. Jangan di Banjarmasin. Cari jalan yang baik, untuk
membunuh resident. Salah satu harus ada yang mati ! “
D.Lehman : “ Pasti dinda bunuh. “
P.Hidayat : “ Bagus. Tapi harus diingat hati-hatilah.
Selanjutnya untuk meyakinkan Aling di Muning agar bisa bergabung dengan gerakan
kita, apakah perlu dinda sendiri yang datang ke sana? ”
P.Antasari : “ Buat sementara dinda jangan meninggalkan
kerajaan dulu! Biar kanda yang menemuinya. “
D.Lehman : “ Aling terlalu angkuh dengan kekuasaan yang
diumumkannya. Apakah tidak lebih baik, kalau Ki Ngabe Jaya Negara saja yang
kita utus ? “
P.Hidayat : “ Ki Ngabe Jaya Negara memang putera Datu
Kabul yang ditakuti saat ini. Tapi Ki Ngabe Jaya Negara sudah bukan Panglima
Perang Kerajaan lagi. Beliau saat ini lebih suka beribadat. “
P.Hidayat : “ Riwayat Ki Ngabe Jaya Negara, memang bagus
dalam menundukkan datu-datu, termasuk Datu Muning. Dan kanda akan mencoba
menundukkan Datu Muning itu dengan cara kanda sendiri. “
D.Lehman : “ Aling punya ribuan prajurit yang tangguh. “
P.Antasari : “ Inilah yang penting. Prajurit itu harus
yakin dengan tujuan gerakan kita. Setelah Aling, kanda temui Tumenggung
Antaludin. Berikut Kiai Suta Sura Negara, Kiai Reksapati, Kiai Cakrawati,
Pangeran Citrakesuma, Pangeran Singa Terbang dan Pangeran Mira Dipa. Kanda akan
temui juga Tumenggung Macan Negara. Mereka akan kita satukan dalam gerakan
Haram Manyarah. Daerah Martapura, Hulu Sungai harus menjadi daerah benteng
pertahanan kita. Dan Tanah Dusun Barito, Kapuas,
Kahayan yang terdiri dari suku Dayak harus mendukungnya. Beberapa orang yang
kita dengar gagah berani dan sama-sama membenci Belanda di daerah pedalaman
Barito ini, seperti Tumenggung Surapati juga seorang kiai yang bergelar
Tumenggung Jaya Raja, harus kita tarik ke dalam gerakan kita. “
D.Lehman : “ Dan jangan kanda lewatkan kenalan baik dinda
di Barito, yakni Mas Anom, Tumenggung Kartapata, Tumenggung Mangkusari. “
Orang-orang : ( BURU-BURU MASUK )
“
Pangeran, ada orang- orang Belanda menuju ke tempat ini. “
D.Lehman : “ Kita diintai ? Atau mungkin ada mata-mata
diantara kita ? “
P.Hidayat : “ Tenang, teruskan berlatih ! Jangan banyak
bicara. Kanda mari. “
( P.
HIDAYAT, P. ANTASARI DAN DEMANG LEHMAN MENINGGALKAN TEMPAT ITU )
Orang-orang : ( MENERUSKAN LATIHAN KUNTAU DALAM RAGAM
BELEBATAN. TAMPAK VAN KINS BERGENS DIIKUTI OLEH P. TAMBAK ANYAR DAN P. SURYA
MATARAM )
Kins Bergen : ( AGAK BERANG KARENA ORANG-ORANG TIDAK MENARUH
HORMAT SAMA SEKALI KEPADANYA )
“ Tidakkah
kamu orang tahu adat istiadat ?
(
ORANG-ORANG TERUS TETAP SAJA LATIHAN YANG LEBIH MENGARAH PADA SHOW FORCES. VAN
KINSBERGEN SEMAKIN BERANG )
Hentikan
semuanya !!
(
MEMANDANGI SEMUA ORANG DENGAN JALANG )
Kamu
orang telah lakukan kegiatan dan perkumpulan tanpa izin pemerintah. Hhh… !!
Kamu orang bisa kami tuntut dan bisa kami tuduh subversive. Kamu akan dipanggil
dan ditangkap. Mengerti ? Coba kamu orang menghadap kemari !
(
MENUDINGKAN TELUNJUKNYA KEPADA PELATIH )
Di mana
itu orang yang bernama Hidayat ? “
Pelatih : “ Kami di sini hanya latihan kuntau. Jadi saya
tidak tahu. Mungkin ada, mungkin juga tidak ada. “
Van
Kinsbergen : “ Surya Mataram. Coba kamu tengok itu Hidayat.
“
S.Mataram : “ Baik tuan. “
( MENUJU
TEMPAT P. HIDAYAT ISTIRAHAT )
Van
Kinsbergen : “ Tambak Anyar. Apakah kau bisa jamin maksud
dari resident ini akan disetujui oleh Hidayat ? “
P.Tambak
Anyar : “ Biasanya sepanjang perbuatan itu tidak melanggar larangan agama,
Pangeran Hidayat tidak pernah menolaknya. “
Van
Kinsbergen : “ Sudah berapa lama kalian mengadakan latihan
seperti ini ? “
Pelatih : “ Oh, sudah sejak lima tahun tuan. “
Van
Kinsbergen : “ Begitu lama ? Tidak seorangpun yang tahu ?
Kamu o
Tidak ada komentar:
Posting Komentar