YAYASAN SANGGAR BUDAYA
KALIMANTAN SELATAN
Dalam
LUKA LUKA
Karya Haji Adjim Arijadi
BAHAN GARAPAN PRESENTASI SANGGAR BUDAYA KALSEL. DALAM BANJARMASIN PERFORMING
ART TH. 2001 DI BANJARMASIN.
Essensi dari naskah asli Luka Luka tahun 1975
KEJADIAN DIMANA SAJA, ASAL DI BUMI TAK BERTEPI. KBENGISAN DAN ANARKISME
HINGGA PEPERANGAN T AK LAGI MENGENAL
MEDAN.
SlDANG PENGADILAN BISA BERLANGSUNG DISEMBARANG TEMPAT DAN KAPAN-SAJA.
ADEGAN~SATU
I.
SUASANA SANTUN DAN DAMAI:
Putih-putih dalam gerak intensitas dihamparan warna putih.
II.
GELEGAR BUNYI. BUMI BERGONCANG :
1.
Putih-putih Kebingunggan
2.
Bola-bola api berjatuhan.Teror bunyi
ADEGAN DUA
I.
TOKOH TOPENG MUNCUL, BUAS DAN BENGIS 1.
1.
Alam jadi senyap
2.
Topeng memandangi sekeliling; Matahari sudah
di atas bukit (lsyarat perintah).
II.
HITAM-HITAM MUNCUL DENGAN TIBA-TIBA
1. Bunyi horor
2. Topeng dan Hitam-hitam seperti ingin menerkam Putih-putih.
3. Putih-putih ketakutan.
4. Terdengar bunyi ketukan nyaring
5. Musik horor terhenti, Topeng dan Hitam-hitam tercenggan.
Topeng : Ah, cuma dahan lapuk
jatuh kerumput. Mari
6.
Musik horor kembali mempertajam misteri mengikuti sikap Topeng dan
Hitam-hitam yang menakutkan.
7.
Banci : (Off
Stage) Perhatian, perhatian !
(KEMBALI MEMBUNYIKAN
KELETUKNY A)
8.
Topeng dan Hitam-hitam kembali tercengang bersamaan dengan
terhentinya musik horor.
Topeng : Cuma
korek kuping jatuh ke air
Lanjut ! dengan
intermezo yang memikat !
9.
Teror bunyi makin memekakkan anak telingl'. Bola-bola api
berjatuhan menimpa ragam bunyi kesadisan.
10. Sosok-sosok putih
bergoyang. Penyiksaan, perkosaan dan segala macam kebengisan berkecamuk
diantara jeritan-teriakan historis.
ADEGAN TIGA
I.
BUNYI KELETUK SAMBUNG MENYAMBUNG, MENGHENTAK
DAN MENGERTAK
KEGALAUAN.
II.
TIBA- TIBA MUNCUL SI BANCl.
1.
Sunyi
Banci : (TAWA MENYERINGAI)
Mau tahu siapa saya?
Tidak perlu saya beritahu. (TAWA MISTERIUSNYA MENGUNDANG PANDANGAN YANG
MENGERIKAN). Hadirin belum tahu, bahwa di atas langit yang kita junjung, ada
suatu proyek langit yang belum terungkapkan. Karena itu saya hadir, justeru
ingin mengungkap proyek langit itu.
(MENGARAHKAN KEBUASAN
MATANYA PADA SI TOPENG)
Tuan ketangkap basah.
Tuan topeng yang amat bengis.
Topeng : Kamu siapa
Banci : Mengambil posisi
Topeng Tuan
harus menyerahkan tongkat
|
Topeng ! Tuan harus
menyerahkan tongkat kekuasaan itu pada saya !
Topeng : MELECEHKAN, LALU KETAWA
KURANG WAJAR BERSAMA HITAM-HITAM)
Banci : Tuan melecehkan saya ?
2.
TOPENG MEMBERI ISYARAT PADA HITAM-HITAM AGAR MEMPERTAHANKAN
TONGKAT KEKUASAAN.
3.
PUTIH-PUTIH YANG TERANIAYA, SATU PERSATU
MENGHINDARI KELOMPOK HITAM-HITAM DAN BERLINDUNG PADA SI BANCI.
Topeng : Harga tongkat yang mahal !
Banci : Orang keras kepala. Tuan saya adili !
Topeng : Apa ? Mengadih saya ? Dosa-dosamu itu !
Banci : Tongkat kekuasaan ada pada saya !
Banci : Tongkat tak berbisa! Tongkat tak berakar!
Tuan tetap saya adili! Ayo maju kedepan sidang.
Topeng : Masih
memaksakan kehendak ?
Banci : Salah seorang saksi maju kedepan. Putih Satu 1
Topeng : Saya menolak !
Hitam-hitam : Ya, kami menolak
Banci : Dia dipihak korban. Pantas menjadi saksi.
Topeng : Ini aksi sepihak. Saya protes 1
Hitam-hitam : Kami
protes ! Kami protes !
Topeng : Si Hitam maju kedepan 1
Hitam-hitam : Tepat
sekali
Banci : KEPALA PUTIH-PUTIH YANG CEMAS) Tidak usah
sakit hati. Apalagi menangis Kecengengan justeru akan merugikan kalian. Ayo
bangkit. Suarakan hati nurani kalian.
4.
PUTIH-PUTIH MULAI BANGKIT
DAN SALING MENCARI PENTUNGAN DAN SECARA
BERSAMAAN SALING MEMUKULKANNYA PADA BENDA-BENDA KERAS YANG ADA DISEKIT ARNYA.
5.
DEMIKIAN DENGAN HITAM-HITAM LEBIH AGRESIF MEMBERI RESPON KERIBUTAN
MELANDA SIDANG PENGADILAN.
: Omong kosong !
Hitam-hitam : Saksi semu
! Purba
!
Banci : Masih melawan hukum
?!
Topeng : Tuntutan kamu, justeru cacat hukum !
Saya sudah berlaku
adil. Namun tuan Topeng sangat, sangat tidak etis Tuan masih mempertahankan
kegilaan tuan. Kalau begitu saya akan hadirkan saksi yang berurat dan berakar
di masyarakat. Tokoh figure yang dibekingi oleh ribuan serdadu jihad. Penambahan
Amiruddin Chalifatul Mu'minin. Pangeran Antasari !
Hitam-hitam : Antasari !
Topeng : Itu tidak benar !
Sikap tuan telah memicu peperangan
Banci : kekerasan harus
dilawan dengan kekerasan Mari kita bangunkan Antasari dari tidurnya.
6.
BANCI BERSAMA PUTIH-PUTIH, BERGEGAS
MENINGGALKAN BARISAN TOPENG.
7.
TOPENG lADI GERAM.
Topeng : Waktu akan selalu berputar padasumbunya.
Mari kita kentalkan
keberanian kita. Kita adalah kita. Kita yang menyatu dalam diri kita. Kita akan maju kemedan perang.
Yang jadi penghalang, tumpaskan. Tidak boleh ada orang lain selain kita.
Barisan……..bergerak !
8.
TOPENG DAN HITAM-HITAM MELAJU MENUJU KENCAH PEPERANGAN. BERJALAN,
MERAYAP DAN MERANGKAP MELALUI LEMBAH DAN BUKIT-BUKIT, MENYUSUR BUMI YANG TDAK
BERTEPI DAN MAYA/
ADEGAN EMPAT
I.
PUTIH-PUTIH BERLAKU SEBAGAI MASYARAKAT YANG MEMERIAHKAN PROSESI
PENGANTIN
II.
PENGANTIN PRIA DAN PENGANTI WANITA SALING BABUJUKAN DALAM MEMASUKI
BULAN MADU.
Pelaki : Malam pertama yang bagus
III.
SUARA TOPENG DIKEJAUHAN, MEMBUAT WAS-WAS PERSAAN PELAKI
Topeng : Bulan madu harus digagalkan
Pelaki : MENENLITI SEKELILING
Penita : MERASA TIDAK ENAK : perasaanku
Pelaki : Di jantungku
Penita : Kita perlu istirahat
1.
TERDENGAR SUARA-SUARA HOROR DI KEJAUHAN
Pelaki : Apakah ini mimpi buruk ?
Penita : Bukan, mimpi indah. Malam penganti kita.
Pelaki
Pelaki : Tidak. Tidak tepat
Penita : Merajuk ?
2.
MEMANCING BIRAHI PELAKI DENGAN MENUNJUKKAN KEMULUSAN PAHANYA
3.
PELAKI MULAI TERTARIK, DENGAN MENGUSAP KEMULUSAN PAHA PENITA
Pelaki : Oooooh…. Aku barus sadar ….nilai pahamu.
Penita : Singkaplah
4.
SUARA BANJI DIKEJAUHAN
Banci : Luar biasa
5.
PELAKI TERGANGGU OLEH SUARA IT. IA MENELITI SEKELILING
pelaki : Apakah disini, hanya kita berdua ?
pelaki : Apakah disini, hanya kita berdua ?
6.
PENITA DALAM GELIAT TUBUHNYA.
Peniti : Sunyi membangkitkan birahi. Marilah ……..
7.
MUNCULNYA TOPENG DAN HITAM – HITAM YANG MENDEKAT ITU, BENAR –
BENAR MENGEJUTKAN PASANGAN PENGANTIN
Pelaki : Inilah mimpi buruk itu
Topeng : Kenyataan
bisul – bisul peperangan. (KEPADA HITAM – HITAM) SEMUANYA !
Hitam-Hitam : Nyerrrr
Topeng : Sedang apa kalian ditempat sunyi ini
Topeng : Sedang apa kalian ditempat sunyi ini
Pelaki : (GUGUP) ber, berbulan madu.
Hitam-hitam : O….Berbulan madu
Pelaki : Jadi, janganlah kami ganggu
Topeng : Ada surat nikah ?
Pelaki : (AGAK BERANI) Siapa engkau ?
TOPENG : Dan engkau siapa ?
Pelaki : Kami sepasang pengantin
Topeng : Buku nikah
Penita : (MELECEHKAN DAN SINIS)
Topeng : (Lebih emosional) buku nikahnya ! (GERAM)
Hitam-hitam : (MENGGERTAK)
Pelaki : Siapa engkau dan apa tugasmu ?
Topeng : Camat
Hitam-hitam : (MENJAWAB SATU PERSATU)
Ketua RT – Ketua RW- Bupati – Satpam – Walikota – Biro sensus –
Panglima – Gubernur – dan Dim – Menteri Agama – Presiden – Pembisik – Ketua MPR
– Ketua MA – Jaksa Agung dan seterusnya
Topeng : Apa kamu juga polisi ?
Pelaki : Kamu takut dengan Polisi?
Topeng : Siapa takut ? saya sendiri Kapolri itu.
Penita : Tinggalkan kami disini.
Topeng : Apa betul ia isterimu ?
Penita : Memuakkan ! mari kita tinggalkan tempat ini
! mari!
Topeng : Tidak
ada daerah yang aman. Semua sudah kami kuasai.
Penita : Orang
ini benar-benar sinting ! Ayo, jangan hiraukan meremka
Hitam-hitam : (MEMBLOKIRNYA)
Topeng : Dengarkan
saja … Sampai dimana hotbah saya ?
Hitam – hitam : Menutup
mulut rahim.
Topeng : Ya,
menutup mulut rahim. Tegasnya ketegangan kaum laki-laki, amat oenting dalam
semangat perang. Singkatnya , semua orang dimuka bumi terlibat dalam kencah
peperangan.
Pelaki : Jangan
seperti orajng mimpi
Penita : Mari
kita tinggalkan orang gila ini !
Topeng : Saya
yidak gila ! (KEPADA HITAM – HITAM) gilakah saya ?
Hitam – hitam : Oh,
maaf. Tidak.
Penita : Mereka berkomplot. Ayo, mari kita
pergi
TOPENG DAN HITAM-HITAM MAKIN MEMPERKETAT PEMBLOKIRANNYA
: Jangan halangi kami
Pelaki : Kalian
melanggar hak azasi
Topeng : Justeru
kalian melanggar hokum perang
Pelaki : Kami
suami isteri. Dan perkawinan kami berlandasan hokum
Topeng : Perang
tidak membutuhkan kelahiran bayi. Seluruh ummat manusia wajib memelihara
ketegangan, demi patriotisme. Sekarang , kalian tawanan kami
Pelaki : Apa
hakmu menawan kami ?
Topeng : Jangan
ada pertanyaan. (KEPADA PENITA) Apakah engkau masih perawan ?
Pelaki : Apa
hakmu bertanya seperti itu.
Topeng : (BERSAMA
HITAM-HITAM MENDESAKNYA KEPOJOK) Jawab dan jangan berdusta.
ADEGAN LIMA
I.
BANCI DAN PUTIH-PUTIH DENGAN SIKAP BERBARIS PRAJURIT PERANG.
Putih-putih : (MEMBELOT)
Banci : Hei, sikap seperti itu melanggar
disiplin. Tahu !?
Putih 1 : Kami lelah
Banci : Dengarkan. Pangeran Antasari, akan
kecewa melihat generasi penerusnya layu dan loyo.
Putih 2 : Kapan Pangeran Antasari bangkit dari
makamnya.
Putih 3 : Sekian lama menjalani bumi tanpa ujung.
Tapi dimana Pangeran Antasari itu.
Banci : Pengeran Antasari ada dalam semangat
dan otakmu.
Putih-putih : Omong kosong !
Putih 1 : Kalau begini, permasalahan tidak akan
tuntas.
Putih 2 : Kita harus putuskan ketergantungan
kita. Kita harus mandiri. Harus bangkit dengan kaki kita sendiri.
Putih 1 : Kita cuma alat bagi dia. Alat untuk
kepentingan dirinya.
Putih 3 : Kita sekedar alat politik.
Putih 2 : Kita harus jauhkan diri kita.
Putih 3 : Betul, Mari !
II. PUTIH-PUTIH MENINGGALKAN
Banci : Hei,
tunggu. Jangan tinggalkan saya. Tunggu ! (MEMBURU).
LANJUTAN ADEGAN EMPAT
I.
PANITIA DAN PELAKI YANG TERKESUDUTKAN ITU JADI PANIK.
Penita : Jangan
gila! Keperawanan saya hanya untuk suami saya !
Topeng : Orang
fanatic! Jadi sudah kamu berikan pada suamimu ?
Penita : Malam
pertama baru akan kami mulai. Jadi benar-benar perawan ?
Topeng : Jangan
keterlaluan !
Topeng : Kamu
sebagai suami, ada gejala keraguan atas ke orisinilan isterimu.
Penita : Saya
belum pernah bejat moral.
Hitam - Hitam : (DENGAN
TONGKAT KOMANDONYA)
(MENGAMBIL POSISI BERBARIS) Siaap ?
Topeng : Siapkan dokter perang.
Pelaki : Untuk
apa dokter.
Topeng : Apabila
isterimu sudah bukan perawan lagi, berarti dia musuh kami. Dan kamu akan kami
kebiri. Saya tidak peduli, hormon siapa yang menyarangi mulut rahim isterimu.
Penita : Ini
rencana malam pertama kami. Dan tak sehelai gaunku yang tersingkap. Suami saya
baru saja akan mulai tapi terhalang oleh gangguan kalian. Saya masih perawan
tahu!?
Topeng : (KEPADA
HITAM-HITAM) Telanjangi dia.
II. (DISALAH SATU POJOK) Gawat, gawat.
Topeng : Dokter perang sudah siap. Telanjangi
(MEMERINTAHKAN HITAM-HITAM)
Pelaki : Ini
tidak pantas.
Topeng : Keadaan
menganggapnya pantas.
Pelaki : Tapi
kami orang beradab !
Topeng : Beradap
atau tidak beradab, bermoral atau tidak bermoral, semua kita harus menyamakan
VISI dan persepsi. Inilah standarisasi hidup masa kini. Semua orang dan siapa
saja, harus sama dengan ini
(MENGETUKKAN TELUNJUKNYA
KEPELIPISNYA).Saya tidak akan sudi ditelanjangi. Saya wanita, seorang diri. Dan
kalian semua laki-laki. Bertelanjanglah kalian.
Topeng : O
.... , rupa-rupanya sudah terbiasa melihat laki-Iaki telanjang ?
Hitam-hitam : Luar
biasa.
Topeng : Makin
meyakinkan, ketidak orisinilan itu.
Penita : Maksud
saya, lebih baik kalian yang telanjang dari pada saya ditelanjangi seorang
diri.
Topeng : Sebuah
usul yang bagus (KEPADA HITAM - HIT AM) Ya, semuanya telanjang.
Hitam-hitam : Asyiik.
Hitam 1 : Mendingan untuk menghilangkan
keringat.
Hitam 2 : 2Ayo telanjang.
Hitam-hitam : Telanjang,
telanjang (MASING-MASING MEMBUKA IKAT PINGGANGNYA DAN MELONGSORKAN CELANANYA. TAPI
SESEORANG MELIHAT KEPADA PELAKI)
Hitam 3 : Tapi
dia? (MENUNJUK PELAKI YANG KEBINGUNGAN)
Hitam 3 : Ini
tidak adil
Topeng : Ini
satu kesalahan besar. Tidak ingin menciptakan rasa persebatian. Indisiplinir !
Melanggar aturan. Sangsi untuk itu, menelanjangi isterimu sendiri
Pelaki : Kalau
melawan, kau akan dikebiri. Paksa dia.
Hitam–hitam : (SEBAGIAN
MEMAKSA PELAKI DAN SEBAGIAN LAGI MEMEGANGI WANITA
Penita : (BERONTAK
DAN DENGAN SEKUAT TENAGA INGIN MELEPASKAN DIRINYA)
Penita : Aku
isterimu. Jangan kau rusakkan kehormatanku ?! Tidak! Aku tak mau! Aku tak mau !
Lepaskan ! Aku akan lari ! Lari dari
sisimu ! (LOLOS DAN LARI).
III PENITA TERUS BERLARI
KENCANG MELALUI SEMAK DAN HUTAN
Topeng : Ini
kesalahanmu. Saya beri kesempatan untuk mengejarnya. Lakukan ! (MEMBANTING
PELAKI)
IV.
PELAKI BERLARI SEPERTI BERPURA PURA, MELALUI SEMAK, HUTAN, JURANG
DAN BUKIT - BUKIT.
V.
TOPENG DAN HITAM HITAM BERWUJUD JADI ALAM DENGAN SEGALA ISINYA,
YANG DILINTASI OLEH PENITA YANG BERLARI DAN PELAKI YANG MEMBURUNY A.
ADEGAN
LIMA
I.
HITAM HITAM DIKEJUTKAN OLEH DATANGNYA PELAKI YANG TERENGAH ENGAH.
Topeng : Mana isterimu
Pelaki : Dia lolos
Topeng : Kau loloskan ?
Pelaki : Kecepatannya luar biasa
Topeng : Bukankah isterimu memakai gaun pengantin?
Pelaki : Justeru gaunnya itu yang membawanya terbang.
Topeng : Masih juga berkelit. Di mana kau lakukan
senggama itu.
Pelaki : Saya tidak berdusta
Topeng : (MARAH DAN MEMBENTAK) dimana ?!
Pelaki : Dia menghilang entah kemana.
Topeng : (KEPADA HITAM-HITAM) telanjangi dia dan
kebiri
Hitam-hitam : (MAJU MEMBLOKIRNYA) jangan. Oh, ampun.
Topeng : (NAIK PITAM) Cepat !
Pelaki : (SELURUH ANGGOTA TUBUHNYA DIPEGANG ERAT. IA MENJERIT DAN
BERONTAK) jangan, oh ampun
Hitam 1 : Sikat dan sabun ! (YANG LAIN MENYERAHKAN)
Hitam 2 : Ini kunci inggeris.
Pelaki : (Kembali menjerit dan minta ampun)
Hitam 1 : Gergaji
Pelaki : Oh, jangan, jangan. Ampun. Baik, baik saya akan menunjukkan di
mana isteri saya.
Topeng : Baik, acara kebiri di batalkan.
Hitam-hitam : (DENGAN
SANGAT KESAL MENGHEMPASKAN PELAKI).
Pelaki : (Hampir semaput)
Topeng : (Memperlakukan dengan Kasar) jadi kamu akan tunjukkan dimana
isterimu ?
Pelaki : Yah, saya tahu, Tapi bantulah saya untuk menangkapnya.
Topeng : Artinya kamu sudah siap, untuk menjadi musuh teman seranjang ....
Bagus. Barisaaan (RESPON PRAJURIT)
Komando jalan, dipercayakan kepada pengantin laki-laki.
II.
BARISAN TOPENG DAN HITAM – HITAM, MELANGKAH DALAM IRAMA GENDERANG
PERANG
ADEGAN ENAM
I.
BANCI MELANGKAH GONTAI
Banci : Saya harus berbuat apa? Semua orang telah meninggalkan saya
II.
PANITA MUNCUL DAN TERPELESET DARI LARINYA TERENGAH – ENGAH
Penita : (MASIH LELAH) Hei,
Banci : (PERLAHAN MENOLEH) Ada
apa?
Penita : Saya sejak tadi telah berlari
Banci : Saya sudah tahu, Justeru urusanmu yang menyebabkan urusan saya
tertunda.
Penita : Kau menyembunyikan sesuatu ?
Banci : Saya sedang membongkar sesuatu.
Penita : Boleh kubantu?
Banci : Tidak bisa.
Penita : Aku seorang perempuan. Kesepian. aku ketakutan
Banci : Itulah celakanya menjadi seorang perempuan
Penita : Bisakah engkau membantuku ?
Banci : Jasaku terbatas.
Penita : Kelaki-lakianmu, meragukan.
Banci : (TERSENTUH DAN BICARA PADA PENONTON) Saya akan ambil kesempatan,
disaat orang-orang dekat saya menjauhi dan memusuhi saya. Perempuan yang satu
ini butuh perlindungan laki-Iaki. Oleh karena itu siapa saya akan sangat,
sangat menentukan sikap kepemimpinan saya.
Penita : Tuan. Tuan 1m seorang laki-laki atau perempuan?
Banci : Eh ... , gemes aku. Mau tahu ? Mari (MENGGANDENG PENITA KESUDUT)
LALU MENUNJUKKAN ALAT VITALNYA
Penita : (MENJERIT KAGET)
Banci : DISAMPING AGAK MALU, TAPI DENGAN KERLINGAN MATA MENGGODA SERTA
SENYUM SENYUM SIMPUL YANG MENAWAN.
Putih-putih : SIAP
DENGAN SIMBOL-SIMBOLNYA
III.
BANCI DAN PENITA SALING MEMAHAMI GAIRAH SEKSUAL MASING-MASING DAN
KEDUANYA SALING MERANGKUL MEMASUKI PERLINDUNGAN YANG DISEDIAKAN PUTIH-PUTIH.
ADEGAN
TUJUH
I.
TOPENG DAN HITAM-HITAM TIBA-TIBA MUNCUL DAN MELONCAT DAN TIAP.
KEMUDIAN PELAKI LEBIH MENAMPAKKAN DIRINYA
II.
PENITA DAN BANCI MUNCUL DARI PERLINDUNGAN
Pelaki : (MENUNJUK SASARAN). Nah
itu dia.
III.
BANCI DAN TOPENG BELUM CURIGA
Topeng : Saya tahu, Memang tugasmu
untuk menelanjanginya. Tapi
nanti.
Pelaki : Tapi dia dengan laki-laki.
Topeng : Ini suatu kebetulan. Makhluk itulah yang
menjadi sasaran saya. Kita berdua harus saling kerja sama. Kita akan jebak, itu
makhluk.
Pelaki : Tapi isteri saya ?
Topeng : Dia akan jadi umpan yang bagus. Percayalah saya akan berada
dipihak isterimu, dan kamu
IV.
BANCI DAN PENITA BERANGSUR
NAMPAK
Penita : Ayolah tuan, saya sangat memerlukan tuan
Banci : Ini suatu kehormatan bagi saya. Memang nasib yang baik. Naik
daun, tanpa kasak kusuk.
Penita : Apa maksud tuan ?
Banci : Tergantung, pada apa yang kamu inginkan.
Penita : Saya ingin, agar saya tidak ditelanjangi oleh suami saya.
Banci : Suamimu tidak berniat buruk terhadapmu. Dia hanya terpaksa. Dia
terjepit dan dia hanya alat bagi kepentingan orang-orang munafik itu.
Penita : Tentu tuan tidak keberatan menjadi saksi dihadapan suami saya dan
orang-orang bengis itu.
Banci : Menjadi saksi ? ………. Saksi apa ?
Penita : Saksi utama untuk meyakinkan mereka, bahwa saya masih perawan.
Banci : Wah, ini persoalan baru lagi dan, dan amat berat. Rasanya, saya
tidak ingin terlitibat.
Penita : Bukankeh saya ini, akan menjadi orang kepereayaan tuan. Saya akan
membela tuan, apapun masalahnya. Dan saya akan siap mematuhi keinginan tuan.
Banci : Untuk mengatakan bahwa engkau masih perawan, saya harus tahu
dengan jelas. Tapi
Penita : Tak usah malu. Saya toh sudah pasrah. Ayolah, dari pada saya akan
ditelanjangi. Pilihlah tempat yang hangat. Disini juga boleh.
V.
PELAKI HAMPIR TAK SABARAN.
IA MENYUMPAH DAN MENCEMASKAN
Pelaki : Bangsat. Ini berbahaya
Topeng : Sabar
Pelaki : Hei, kamu (KEPADA HITAM SATU)
Gunakan
otakmu
VI.
HITAM SATU SEGERA MELOMPAT, WALAU TOPENG BERUSAHA MENCEGAT TAPI TAK SEMPAT
Topeng : Hei apa maumu ?
VII.HITAM SATU SUDAH BERADA DIWILAYAH BANCI
DAN PENITA.
Penita : (KEPADA HITAM SATU) Mau apa ?
Hitam Satu : Mengajak
nyonya kembali kepada suami nyonya.
Penita : Bagaimana saya bisa yakin ?
Hitam Satu : Nih,
surat
mandatnya.
Penita : (MENELITI TANDA KEPERCAYAANNYA YANG TERTERA DILENGAN SI HITAM
SATU)
VIII. TIBA-TIBA MUNCUL PUTIH
SATU DAN LANGSUNG MENUDINGNYA.
Putih Satu : Mh ! Tipuan !
Penita : Dan kamu siapa ?
Putih Satu : Ini
(MENUNJUKKAN TANDA CHAS PELAKI YANG TERTERA DI KAKINYA
mandat yang asli dari suami nyonya
mandat yang asli dari suami nyonya
Panitia : Membingungkan
Banci : Tak aneh
Penita : Kenapa harus ada urusan ?
Banci : Itu hak mereka. Disaat bumi dalam keadaan tak keruan, setiap
orang selalu ingin terkemuka dan cari laba.
Hitam satu : Waktu
sangat terbatas. Terlambat berarti kelamin Suami nyonya akan dipotong-potong.
Penita : Apa?
Putih satu : Tak
apa-apa nya. Toh kelamin laki-laki, tidak hanya ada pada suami nyonya.
Penita : (KEPADA PUTIH SATU) Kamu dipihak mana?
Hitam Satu : Nyonya
harus kembali menemui suami nyonya.
Putih satu : Berbahaya
nya. Suami nyonya justeru menyuruh nyonya menyelamatkan diri.
Hitam Satu : Itu
benar, suami nyonya ingin cepat nyonya kembali, untuk memulai malam pertamanya
Putih satu : Dusta!
Itu dusta !
Penita : (KEPADA PUTIH SATU) Kamu benar. Pasti dia salah satu yang akan
menelanjangi saya.
Putih satu : Mh
! Baru tahu !
Hitam satu : (KEPADA
PUTIH SATU) Tikus !
Putih satu : Licik!
Belut!
Hitam satu : Timpakul
!
Putih satu : Warik
!
Penita : Sudah, sudah. Pergi-pergi
Hitam satu : Saya
akan laporkan, bahwa nyonya ada disini (HENDAK PERGI, TAPI DICEGAT PENITA).
Penita : Tunggu!
Hitam Satu : (TAK
PEDULI DAN MENGHILANG)
Putih satu : Tak
usah takut nya.
Penita : Kamu Mahluk lemah. Pergilah ….. ayo pergi.
Putih satu : Alaa,
sia – sia (MENJAUH MENUJU POSISINYA). (GELISAH, SAMBIL MEMANDANGI ARAH KEPERGIAN
HITAM SATU).
Banci : (TERASING DIPOJOK RUANG) Apakah saya masih diperlukan ?
Penita : (BARU SADAR) Oh, maaf .... Maaf, tuan telah saya abaikan.
Sekarang waktunya untuk kita berdua. Mari.
Banci : Ayolah ..... Bangkitlah pahlawanku '" .
Apa kamu bilang
? Pahlawan ? Aku taksudi ! Pahlawan itu hanya ada pada laki-laki.
Penita : Ah tidak benar. Kaum perempuan juga banyak yang jadi pahlawan.
Marilah, sayangku.
Banci : Na, begitukan sedap. (NGAMBEKNYA HILANG).
Penita : Sudah siap ? Mari kita mulai.
IX.
PENITA DAN BANCI MEMASUKI RUANG PERLINDUNGAN DIAREAL PUTIH-PUTIH.
ADEGAN
DELAPAN
I.
PELAKI, HITAM-HITAM DAN TOPENG MERAYAP DIKEGELAPAN.
Pelaki : Membahayakan
Topeng : Kita lihat saja nanti.
Pelaki : Apa yang harus kita lakukan.
Topeng : Memproses pengadilan.
Pelaki : Mengadili Saya ?
Topeng : Serangkaian dengan itu.
Pelaki : Kitakan tinggal menangkap isteri saya.
Topeng : Dan
menangkap mahluk yang menggumuli isterimu itu.
Pelaki : Kalau laki-laki itu terlanjur melalap perawan isteri saya, oh,
saya akan sakit hati. Saya akan dendam.
Topeng : Simpan
dendammu bahkan tingkatkan. Ikuti saya. Barisaaan ........ Siapkan suluh
ADEGAN SEMBILAN
I.
LOKASI TEMPAT BANCT DAN PENIT A.
1.
BANCI MUNCUL DENGAN SIKAP DINGIN.
2.
PENITA MENYUSUL DENGAN RASA KECEWA.
Penita : Apakah tuan laki-laki batang pisang.
Banci : Jangan menyinggung perasaan .
Penita : (MERAYU), Oh, Maaf. Wanita yang bagaimanakah yang bisa memenuhi
selera tuan ?
Banci : Semua wanita itu sama. Sama dengan sebuah telaga berisi air
sumba. Sama cuma beda warna.
Penita : Saya siap diberi sumba, warna apa saja terserah tuan. Ayolah kita
coba lagi.
II. KEDUANYA MEMASUKI PERLINDUNGAN.
III AREAL ORANG-ORANGNYA TOPENG DAN PELAKI.
Pelaki : Apa yang terjadi?
Topeng : Membiarkan
mahluk keadilan itu.
Pelaki : Memerawani isteri saya ?
Topeng : Itu
lebih baik.
Pelaki : Kalau begini caranya, saya jadi gila.
Oh
.... Jangan siksa saya ?!
IV. SUARA ITU MENGGEMA MENEMBUS BUKIT-BUKIT.
ADEGAN
SEPULUH
I.
DI LOKASI BANCI DAN PENITA, KEDUANYA BANGKIT DIKEJUTKAN OLEH SUARA
PELAKI YANG MENYENTUH TELINGA MEREKA
Panita : Pengkebirian
Banci : (MENJAUH DAN MENELITI ARAH SUARA) Begitulah sampai hati si Topeng
itu. Kalau dia bisa bersikap jahanam seperti itu mengapa saya tidak ? Sayapun
mampu membuat robek-robek dan luka-Iuka pada siapa saja yang saya inginkan. Si
Topeng yang malang.
Saya akan menyidangkan semua kejahatanmu itu !
Panita : Tuan akan membuka sidang pengadilan ?
Banci : Tunggu saja saatnya nanti.
Panita : Tapi tidaklah terdakwa akan berbalik pada tuan ?
Banci : Ini tergantung pada kesepakatan kita berdua.
Panita : Kalau suami saya jadi pengikut setia pada lawan tuan bagaimana ?
Banci : Kamu harus membela saya.
Panita : Artinya tuan siap pula membela keperawanan saya bukan ?
Banci : Saya percaya pada kamu.
Panita : Saya jadi lega. Mari kita bekerja sama
II.
Penita dan banci kembali memasuki arealnya
ADEGAN
SEBELAS
I.
DI AREAL PELAKI, TOPENG DAN HITAM-HITAM PADA TEGANG
Pelaki : Mau apa kita disini ?
Topeng : Bukan lagi akan menelanjangi isterimu. Tapi mengadili mahluk
keadilan itu
II.
DIBALIK LINDUNGAN PUTIH-PUTIH, BANCI DAN PANITA SALING BERCUMBU.
III.
PENITA DATANG DARI SUATU TEMPAT DENGAN MEMBAWA SERUMPUN BUNGA,
LALU MAMASUKI PERADUAN.
Penita : Kubawakan beberapa kuntum bunga untukmu.
Banci : Wanginya. Luar biasa.
IV.
PELAKI JADI SENTIMEN.
Pelaki : Gombal. Kampungan !
V.
DI AREAL PUTIH-PUTIH.
Banci : Ni, pegangi tangkai bunga yang satu ini ?
Penita : Apa ini, (KETAWA) Lucu sekali.
Banci : Sudah siap ?
Penita : Tentu saja. Yah, yaaah Ohhh “
VI.
BANCI BANGKIT DENGAN SIKAP DENDAM.
VII.
BEBERAPA HELAI KAIN TERJURAl DARI ATAS.
VIII. BANCl DENGAN BENGISNYA
MEROBEK ROBEK HELAIAN-HELAlAN KAlN lTU.
IX.
SUARA-SUARA ROBEKAN MENDOMINASl KEGERAMAN Sl BANCI. JUGA JERIT AN.
X.
SATU HELAI KAIN PUTlH TERGELAR DARI ATAS KEBAWAH.
XI.
MENGALIRKAN WARNA MERAH MEMBELAH LEMBARAN KAlN PUTIH ITU.
XII.
PENITA BERSAMAAN DENGAN PUTIH-PUTIH MENGERANG KARENA SIKSA SI
BANCI.
XIII. BANCI TAMPTL LEBIH
DENDAM LAG!.
Banci : Biar semua tahu. Bahwa kebengisan harus dibalas dengan
kebengisan. Beginilah untuk meraih kemenangan. Kini saatnya buat si Topeng. Hei
Topeng. Sayap-sayap saya sudah melebar. Opini publikpun, akan mendukung saya.
Ayo, semua bangkit ! Kalian harus bangkit dari rasa sakit akibat luka-luka
kalian. Kita akan maju kedepan kalian harus dibalas, karena luka-luka itu bukan datang dari saya,
tapi dari tindak anarkis si Topeng dan pengikutnya. Mari bergerak !
XIV.
BANCI DAN PENITA DIIKUTI OLEH PUTIH-PUTIH KEMBALI BERSEMANGAT.
ADEGAN DUA BELAS
I. DITENGAH KELOMPOK
HITAM-HITAM, PELAKI DENGAN RASA KEPUTUSANNYA. TIBA-TIBA IA
MENJERIT SAMPAI TAK SADARKAN DIRI. KEMUDIAN SECARA BERANGSUR IA BANGKIT DAN BEPIKIR. DALAM GERAK
INTENSITAS IA BERONANI, SAMP AI KEPADA EJAKULASI.
II HITAM-HITAM DARI
TADI PADA MENYAKSIKAN. LALU PADA KETAWA BEGITU IA TERLUNGLAI.
Topeng : MENDE
KAT
Pelaki : Jangan ganggu saya. Biarkan saya, apa maunya saya
Topeng : Kamu tawanan saya
Pelaki : Tawanlah saya, belenggulah saya.
saya tak ingin berbuat apapun, kecuali untuk kepuasan saya sendiri.
saya tak ingin berbuat apapun, kecuali untuk kepuasan saya sendiri.
Topeng : Kita
dalam persiapan perang. Masihkan kau miliki semangat perang itu ?
Pelaki : Ya, perang !
Hitam Satu : Medan perang bukan tempat
rnelemparkan keterasingan diri.
Hitam Dua : Kau
ingin menjadi serdadu dimedan tempur ? Nah, jadilah rama-rama.
Hitam tiga : Tentu
sang perwira atau atasanmu akan rnenciptakan sayap-sayapmu dan engkau terbang
bebas entah kemana
Hitam Empat : Tapi
dirimu, harus siap menjadi permainan sang waktu dan sang jenderal.
Hitam Lima : Kelak
bila nasibmu sampai pada mati hangus, arwahmu tidak boleh menuding Sang
Komandan.
Hitam lain : Medan perang bagi Sang
Jenderal cuma strategi dalam peradaban politik.
Hitam lainnya : Betul
sekali. Sebab prajurit tetap sebagai prajurit. Dan Sang Jenderal tetap dengan
bintang-bintangnya dibahu Kamu enggan jadi
prajurit perang ? Persoalan kita sekarang, upaya mendapatkan data yang otentik,
perawan atau tidaknya isterimu.
Pelaki : Isteri saya sudah tidak perawan lagi.
Topeng : Masalahnya
sekarang Siapa yang melakukanya !
Pelaki : Saya yakin si bangsat itu. Oh, saya sudah
tidak bernafsu
berbincang lagi omong kosong. Inilah zaman yang paling edan.
III. KELOMPOK PUTIH-PUTIH
DALAM JARINGAN KERJA YANG ERAT BERSAMA BANCI DAN PENITA.
Putih-putih : Waktu,
Tetap berputar
Pada sumbunya.
Pada sumbunya.
IV. KELOMPOK PUTIH-PUTIH
BERGERAK MENUJU POSISI YANG LEBIH BERANI.
Putih-putih : Perhitungan
itu/ baik.
Emosi itupun /
tak salah
Emosi itu / adalah /
alat semangat yang bagus.
Sebab / sasarannya /
adalah / gelar sang pahlawan.
Pahlawan perang
Pahlawan kerajaan
Atau / pahlawan kandang
kuda.
Mungkin juga.
Pahlawan kaki lima / yang digusur.
Semangat juang harus
kita miliki.
Semangat Camat
Semangat Walikota
Semangat / tahi sapi
!
(KETAWA MENGEJEK)
Putih Satu : Kau
benar-benar terkulai oleh sang waktu dan sang nasib.
Kau sedang
diangkat jadi teman yang baik. Tapi sementara itu isterimu digumuli dan
dilukai.
V. BANCI TAMPIL DENGAN
SEMANGAT KEBERANIAN.
Banci : Saatnya untuk bersidang.
Penita : Tunggu dulu
Pelaki : (MENERKAMKAN MATANYA KEPADA PENITA DAN BANCI)
Penita : (BERLINDUNG DIBELAKANG BANCI)
Pelaki : Bangsat !
VI.
TOPENG KEMBALI UNJUK GIGI
Topeng : Jangan emosional.
Hitam-hitam : Waktu,
Tetap berputar
Pada sumbunya.
Tetap berputar
Pada sumbunya.
Banci : (MENGHENTAKAN TONGKATNYA) Sidang pengadilan segera dibuka.
(MEMUKUL KELETUKNYA) Yah, sidang untuk mengadili Topeng.
Topeng : Itu tidak benar. Justeru saya pemegang tongkat kekuasaan. Dan
saya berhak menjadi Hakim Ketua.
Putih-putih : Kami
protes. Kami protes !
Banci : Sayalah penentu kebijakan disini.
Jaksa penuntut
silahkan (KEPADA SALAH SATU PUTIH).
Hitam Satu : Kenapa
harus kembali kritik beku.
Banci : Sebab sayalah Hakim Ketua yang berkompeten. Kita punya konstitusi
tertinggi. Yakni Mahkamah Agung.
Persidangan
harus berakhir sampai pada tingkat kasasi.
Ayo, si Topeng
maju kedepan.
Hitam-hitam : Kami
protes. Kami protes.
Penita : Kita semua tak ada yang suci.
Pelaki : Termasuk keperawananmu bukan ?
Penita : Kita akan buktikan kelak.
Pelaki : Apa maumu?
Penita : Topeng dan orang-orangnya bagi saya, adalah pihak yang perlu
diadili. Demikian dengan kami sekalipun yang teraniaya, maka adalah wajar bila
tongkat kekuasaan didemisionerkan.
Pelaki : Keadaan tak boleh vakum. Selama dari pihak-pihak bertikasi saling
unjuk gigi untuk mempertahankan kekuasaan dan saling hendak mengadili,
perdamaian tak akan kunjung tiba.
Jadi kalau
boleh saya mengusulkan, saya sebagai pihak ketiga, diperkenankan memegang
tongkat kekuasaan.
Banci : Kita harus setujui.
Penita : Yah, saya setuju.
Putih-putih : Kami
setuju. Kamu setuju.
Pelaki : Dan tuan topeng ?
Topeng : Sepanjang aspirasi kami, kamu pahami, saya tidak akan menolaknya.
Bagaimana wahai sekalian prajurit ?
Hitam-hitam : sebentar
Hitam Satu : Sidang
mohon di schors. Kami akan lakukan loby.
Putih lainnya : Mh,
pakai loby segala. Katanya dalam satu komando
VII.
HITAM-HITAM MELAKUKAN KOMPROMI, DAN TOPENG BERADA DALAM KELOMPOK
HITAM-HITAM. DALAM LOBY INI TERJADI PRO DAN KONTRA, YANG DITUANGKAN DALAM KATA
:
Kelompok Satu : Ini
cara terbagus
Kelompok Dua : Tidak.
Itu merugikan
DIUCAPKAN BERULANG-ULANG,
MEMBENTAKNY A.
Topeng : Bagi
yang menyimpang dari kesepakatan, saya akan pecat !
Hitam lain : Lakukan
Voting
Topeng : Hanya
ada satu pilihan yang setuju diserahkan. Agar mengangkat tangan. Siapa setuju ?
TAK ADA SATUPUN YANG MENGANGKAT TANGAN
Untuk mengadili suatu
perkara, tidak boleh ada rasa dendam
Hitam Satu : Kita
semua adalah penguasa. Pertahankan hak dan martabat kita
Penita : Kitapun harus pertahankan harga diri kita. Kita harus henyakkan
mereka ke dalam lumpur.
Hitam Dua : Mereka
masih menyimpan dendam lama
Hitam Tiga : Padahal
dunia yang akan kita raih, harus dimulai dari awal yang suci.
Pelaki : Untuk mengadili suatu perkara, tidak boleh ada rasa dendam.
Topeng : Kamu sangat arif. Saya tak segan-segan menyerahkan tongkat
kekuasaan ini kepadamu.
tapi, sebelumnya, mohon pengakuan makhluk itu, dengan jujur tentunya. Apakah perempuan itu benar-benar perawan ?
tapi, sebelumnya, mohon pengakuan makhluk itu, dengan jujur tentunya. Apakah perempuan itu benar-benar perawan ?
Banci : Semua kita harus mengerti, apa arti sebuah kehormatan. Saya tahu
persis, apa arti kehormatan bagi seorang pengantin yang akan memulai malam
pertamanya.
Hitam lainnya : Ayo,
jangan bertele-tele. Katakan, apa dia benar-benar perawan atau sudah bolong.
Banci : Saya berani angkat sumpah.
Keperawanananya
benar-benar murni.
Topeng : Ya.
Kita akan alih matahari pagi terbit dari kutub Barat.
Hitam satu : Kutub
utara kita putar kesebelah selatan.
Hitam Dua : Sang
Hakim sudah saatnya diadili oleh maling ayam.
Hitam tiga : Sudah
saatnya pula, seorang manusia kolong jembatan, menjelmakan dirinya menjadi penguasa.
Topeng : Karena
itu, bumi bisa saja menjadi planet matahari. Seluruh kehidupan dibumi tak akan
gentar kehilangan lapisan ozon. Sebab semua sadar, bahwa semua mahluk akan
meleleh, mencair dan menjadi wujud yang paling kekal.
Karena itu palu
kekuasaan akan diserahkan kepada orang yang paling arif, bij aksana yakni
pengantin Laki-Iaki... .... (PUTIH-PUTIH CERIA).
Upacara
penyerahan tongkat kekuasaan dan palu hakim ketua, dimulai
VIII.
TERJADILAH PROSESI PENYERAHAN TONGKAT KEKUASAAN.
IX.
PUTIH-PUTIH BERWUJUD JADI SOSOK
PENDUKUNG UPACARA.
X.
JADILAH PELAKI SEORANG PENGUASA.
Pelaki : Tersebut beta empunya nama.
Hitam lainnya : Instrupsi
........
Jangan memimpin
sidang dengan cara dan bahasa lama.
Hitam lain : Betul.
Kebudayaan tidak boleh jalan ditempat.
Kita harus
ciptakan kebudayaan. Jadi carilah bahasa dan cara yang lebih bagus.
Pelaki : Saran diterima.
Ulun jadi urang
yang dipercaya. Dan ulun nang mamimpin pahadrengan ini kada akan kada ingat
awan talatah urang tuha bahari. Apakah itu ?
Manumpasakan
kajahatan, mahancurakan kejoliman, sarna awan mambuang najis.
Penita : Sudahlah jangan banyak berhotbah.
Bukankah sidang,
dan tunjuk yang bersalah.
Pelaki : Baik (MENUNJUK PENITA) Kamu saya adili.
Penita : Gila!
Putih Satu : Itu
tidak adil
Putih dua : Dia
isteri tuan.
Putih tiga : Dia
wanita terhormat.
Pelaki : Tidak ! Dia sudah rusak. Dia bukan perawan lagi ! Ayo, maju
kedepan !
Topeng : Karena saya lebih tahu perjalanan sang waktu, saya akan tunjukkan
siapa yang bersalah.
Pelaki : Siapa?
Topeng : Karena
makhuk itu persis keperawanan isterimu, tentu dia yang membuat luka-luka keperawanan
isterimu. Jadi mahluk itulah yang kita adili sekarang. Kepada semua prajurit,
seret mahluk itu kemuka pengadilan.
Hitam-hitam : (ENGGAN
MELAKUKAN PERINTAH ITU)
Topeng : (JADI
BERANG, LALU MENGELUARKAN PERINTAH LEBIH KERAS LAGI).
Saya perintahkan
untuk menghadapkan mahluk itu ! Kalian
dengar ?
Pelaki : Tongkat kekuasaan ada pada saya. Dan palu Hakim ketua, sedang
saya kuasai.
Pelaki : Itu karena budi baik saya. Kamu masih bawahan saya. Saya
perintahkan. Adili dia ! Kekuasaan yang saya peroleh bukan atas kebaikan hati
siapapun. Semua atas upaya saya, saya peroleh dengan perjuangan dan strategi
saya sendiri.
Topeng : Penghianat
!
Hitam dua : Pengambil
alih kekuasaan.
Hitam lain : Kop
de'tat.
Pelaki : Ya, kudeta.
Topeng : Lalu
siapa yang akan kamu adili ? Isterimu ? Ini urusan saya. Tuan Topeng tak usah
risau memikirkan dia. Pikirkan diri tuan Topeng sendiri.
Penita : (SANGAT CEMAS DAN MENGHARAP ADANY A PEMBELAAN)
Kalian harus
membela saya. Jangan diam saja. Ini menyangkut hak kaum perempuan. Jangan
sampai di injak kaum laki-Iaki, apalagi oleh sang suami
Putih satu : Percayalah
pada kami. Kami akan buktikan bahwa nyonya lambang kesucian seorang wanita yang
akan menelorkan manusia yang baik.
Putih tiga : Tuan
Hakim Ketua yang Mulia. Pada saat tuan di paksa untuk menelanj angi isteri
tuan, maka isteri tuan telah terpaksa pula lari menjauhi tuan. Agar nama
tuanpun tidak akan tercemar oleh keburukan laku seorang suaml yang memberi malu
isterinya. Saya sadar, bahwa tuan selaku suaml tidak bermaksud buruk untuk
menjatuhkan nama baik dan kehormatan isterinya. Tuan telah melakukan kebenaran
yang amat terpuji. Dan tuan pantas diangkat sebagai seorang Hakim.
Putih dua : Benar.
Dia terpaksa lari mencari orang yang bisa melindunginya.
Putih Satu : Betul.
Dari lari kepada wujud yang disebut Banci !
Pelaki : Tidak ! Dia berdarah. Dia luka dan luka !
Putih-putih : Cuma
luka-luka.
Putih lima : Cuma
luka-Iuka.
Putih-putih : Orang
itu Banci !
Putih lima : Adili
dia !
Putih tiga : Juga
si Topeng !
Putih-putih : Adili
si Banci ! Adili si Topeng !
(MEMUKULKAN
TONGKATNYA MENENANGKAN) Tenang, teeenang. (MENDEKATI BANCI) Kamu Banci ?
Banci : Bisa iya, dan bisa tidak. Maunya apa, sih. Ah, abang (MANJA
KEPADA PELAKI).
Pelaki : Binahung ! Kamu lukai isteri saya ! Kamu lukai kehormatan kaum
perempuan! Kenapa ? (MEMBENTAK).
Banci : (TERPERAJAT) Ah, abang. Jangan begitu dong. Gemas aku.
Pelaki : (MEMBENTAK DENGAN PUNCAK KEMARAHANNYA) babi
Banci : Oh, hampir putus jantungku. Sebentar bang, ya. Ada air minum (KEBINGUNGAN).
Penita : (MENENANGKAN) Tenang. Tidak ada apa-apa. Tidak ada gempa. Katakan
saja dengan tenang, dengan jelas. Biar semua orang tahu siapa kamu sebenarnya.
Banci : Na, begitu kan lebih bagusan. Jangan membentak dong. Ternyata
kaum perempuan, jauh lebih lembut dan jatuh lebih berharga dari kaum laki-laki.
Kalau begitu, saya mau jadi perempuan saja
Penita : Sudah terbukti bukan, bahwa dia seorang banci ?
Pelaki : (MASIH BERANG) Jadi, benar isteri saya tidak kamu setubuhi ?!
Banci : Untuk apa? Ngga' nafsu.
XI.
PELAKI KEMBALI KEPOSISINYA
Pelaki : Waktu tetap berputar pada sumbunya.
Prajurit? .....
Prajurit? .....
Hitam-hitam : Ya,……….
Nyerrrr.
Pelaki : Keputusan Pengadilan. Saya selaku Hakim Tunggal, setelah
mendengarkan hati nurani para pelaku hidup, sekalipun tanpa jaksa penuntut,
tanpa menghadirkan para saksi. Sidang pengadilan memutuskan ;
Satu : Tidak akan ada sidang Banding
dan sidang Kasasi tingkat
Mahkamah Agung
Dua : Menjatuhkan
hukuman mati. Kepada pihak-pihak yang bertikai, yakni tertuduh Banci. Hukuman
mati dilakukan sekarang juga
Banci : (JADI PUCAT DAN GEMETAR) itu tidak adil !
Topeng : Inilah keadilan yang sempurna.
Banci : Sepantasnya si Topeng itulah penjahatnya. Mahluk bengis dan
serakah yang menghancurkan kehidupan.
Pelaki : Dan kamu telah melukai kehormatan kaum perempuan sekaligus
menjatuhkan martabat suatu bangsa !
Barisaan …………
Hitam-hitam : Siap.
Nyerrrr !
Pelaki : Musnahkan si Banci !
Hitam-hitam : (MULAI
BERGERAK MAU MEMBEKUK SI BANCI)
Banci : Baik. Kita akan adu lari. Kejarlah saya, dan kalian tidak akan
bisa menangkap.
Hitam-hitam : (MERASA
DI TANTANG. TANPA SEMPAT BERLARI, SI BANCI SUDAH KETANGKAP DAN DI BANTA!).
XII.
HITAM HITAM MERASA PUAS DENGAN TUGAS PEMBATAIAN ITU.
(MERASA CERIA MELIHAT
LAWANNYA BERCABIK CABIK)
Topeng : Saya jadi lega sekarang. Saya puas. Kamu memang seorang hakim
tunggal yang waskita wicaksana.
Pelaki : Dan apakah tuan Topeng merasa tidak bersalah ? Putih-Putih Pelaki
Hitam-Hitam Pelaki Topeng
Putih dua : Dialah
orangnya yang membuat sebab luka-lukanya kehormatan isteri tuan. Hukum si
Topeng. Hancurkan si Topeng.
Pelaki : Barisaaan.
Hitam-hitam : Siaaaap.
Nyerrrr!
Pelaki : Hukum mati buat si Topeng
Topeng : Apa ? Apa kamu tak salah? Tongkat kekuasaan itu kan dari saya? Apa itu bukan suatu kebaikan
?
Pelaki : Keputusan pengadilan memang menuntut kamu harus lenyap dari muka
bumi. Perintah ! Bikin tubuhnya, robek-robek Kerjakan !
XIII.
HITAM HITAM DENGAN SIKAP
KANIBALISMENYA,
MEROBEK, MEMATAH SELURUH ANGGOTANYA SAMBIL MENYANTAP DENGAN RAKUS.
XIV.
SUASANA DALAM TEGANG. HITAM-HITAM MENIKMATI KEPUASAN SEBAGAI
MAHLUK PENINGGALAN TOPENG YANG HAUS DALAM SEGALA HAL.
Pelaki : Kalian sebagai kaum perempuan berada di pihak yang benar. Karena
itu, sudah saatnya untuk menjalin hati dan sikap, menyatu dalam persebatian
yang sehat agar ruhui berkepanjangan. Namun ..... kalian akan terus terganjal ,
bila sisa-sisa si Topeng masih menjadi kuman provokator di muka bumi ini.
Kepada kalian kaum perempuan, hancurkan sisa-sisa si Topeng.
XV.
HITAM-HITAM JADI TERPERANJAT, KARENA PERINTAH YANG BERTENTANGAN
DENGAN KEBAIKANNYA DALAM MENGHANCURKAN PIMPINANNYA YANG ANARKIS DAN HAUS
KEKUASAAN.
Putih-putih : Dengan
sikap heroismenya, bangkit dan bergerak memblokir si hitam-hitam, lalu
membinasakannya dengan senjatanya yang ampuh sakti dan mandraguna.
XVI.
HITAM-HITAMPUN LENYAP DAN RATA DENGAN PERMUKAAN BUMI.
Putih-putih : (Dari
ekspresi geram dan dendam, berangsur lembut dalam sikap keperempuan yang agung
dan penuh keibuan. Dijemputnya penita yang sedang diaduk oleh keharuan dan
diantarnya kepada pelaki yang sebenarnya sudah ingin sekali melakukan malam
pertama.
XVII.
PADA POSISI YANG LAIN TERJADILAH PERMUKAAN MESRA ANTARA PELAKI DAN
PENITA DIBAWAH HEMBUSAN ANGIN SEJUK DAN GEMULAINYA DEDAUNAN.
Pelaki : Di sini apa cuma kita berdua?
Penita : Malam Pengantin kita
Pelaki : Malam Pertama dan Malam bulan madu kita.
XVIII. BERGUMULLAH KEDUA
PASANGAN PENGANTIN ITU DI BAWAH TIRAI AWAN YANG SAMAR
SAMAR TAMPAK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar