Nominator Lomba Penulisan Naskah Drama
Remaja Dewan Kesenian JATIM 2008
TAK ADA BINTANG DI DADANYA
=================
Oleh: Hamdy Salad
P a r a P e l a k u
:
1. Pak Hasan, guru agama yang sederhana, usia sekitar 52 tahun.
2. Istri Pak Hasan, agak gemuk dan sok tahu, usia 45 tahunan.
3. Tiga Berandal, penjudi dan pemabuk, usia 30 tahunan.
4. Tiga Murid, siswa SMU kelas tiga, aktivis organisasi sekolah.
5. Murid-murid SMU, beragam fisik dan penampilannya.
6. Tokoh Pengganti Pak Hasan (jika diperlukan).
7. Penyanyi dan Pemusik, sesuai kebutuhan.
=================
waktu sehabis subuh. setting panggung menggambarkan Rumah sederhana
pak guru hasan. Ruang tamu dan ruang kerja jadi satu. di meja kerja itu, pak
hasan (memakai sarung, kaos putih merk swan, dan berpeci hitam) sedang
memeriksa “pr” murid-muridnya. dengan diterangi lampu belajar (lampu yang hanya
menyorot ke tumpukan kertas), sebuah radio di dekatnya mengumandangkan lagu
kasidah, atau lagu-lagu rohani, bisa juga lagu “lari pagi”nya oma irama.
kemudian istrinya masuk panggung dengan membawa secangkir kopi, dan meletakkan
kopi itu di atas meja. kemudian mematikan radio.
ISTRI :
Pak,
istrihat dulu pak. Kan
masih ada waktu. Besok kan
ndak apa-apa. Jalan-jalan gitu lho pak, biar sehat. Bapak kan baru kemarin pulang dari luar kota, apa ndak capek.
PAK HASAN :
Ya,
iya … (lalu menyeruput kopi dari gelas) Keluar kota itu kan juga dalam rangka tugas guru, Bu. Jadi
ya … ndak boleh capek. Melaksanakan tugas dan kewajiban itu juga seperti
jalan-jalan, Bu. Malah bisa menyehatkan badan, juga hati dan pikiran.
ISTRI :
Tugas apa sih pak, kok kelihatan penting banget. Sejak kemarin kok di situ terus… Sekali-kali bantu masak di dapur tho pak, pak. Kata Bu Amir, tetangga kita yang dosen itu, memasak itu bukan kewajiban istri saja, tapi ...
PAK
HASAN :
Ini soal penting, Bu! Bukan soal masak-memasak. Ini pelajaran, masalah
agama. Jadi saya mesti mengoreksinya dengan benar. Kalau guru hanya mengoreksi soal-soal penting
dan fondamen seperti ini hanya main-main, apa jadinya murid-muridku nanti. Bisa-bisa jadi rusak generasi bangsa ini.
ISTRI
:
Kan banyak juga guru yang bekerja seadanya, Pak. Yang
bekerja tanpa membedakan apakah itu matematika, ekonomi atau agama, kan sama-sama pelajaran
di sekolah (sambil bicara, istri mengambil sapu dan membersihkan lantai ).
PAK
HASAN :
Beda,
Bu, beda!. Kalau matematika salah, bisa diperbaiki. Kan hanya di kepala, di otak. Kalau soal
agama, bahaya, karena masuk ke dalam hati. Salah sedikit bisa mempengaruhi
tingkah laku anak. Pelajaran agama itu juga masalah hati, masalah moral bangsa,
masalah kehidupan di dunia dan di akhirat nanti. Jadi bukan sekedar angka,
tidak bisa disamakan dengan matematika atau pelajaran …
ISTRI
:
Iya,
iya… aku juga ngerti, Pak. Kalau anak
salah memahami dasar-dasar agama, bisa
jadi salah seumur hidupnya. Bapak masih ingat nggak dengan anak tetangga kita,
itu … si-Midun yang sekarang masih di penjara…
PAK
HASAN :
Nggak
usah ngomongin masalah tetangga, kalau udah tahu, ya sudah… terusin aja bekerjanya, kan masih banyak pekerjaan yang mesti
diselesaikan…
ISTRI
:
Kan nggak ada salahnya to, Pak… istri guru kan mesti juga ngerti
apa yang dipikirkan oleh suaminya. Apalagi masalah pendidikan. Pendidikan itu
penting bagi generasi masa datang
PAK
HASAN :
Ya
karena itulah, aku selalu berusaha untuk serius. Meski aku tahu, serius atau
tidak, main-main atau sungguhan, gaji guru ya tetap saja. Tapi tugas guru harus
dikerjakan dengan hati, dengan ikhlas dan teliti, bukan dengan seenaknya
sendiri…
ISTRI
:
Betul,
Pak. Saya setuju itu. Tapi kesehatan bapak kan perlu juga dijaga. Kalau bapak sakit,
yang repot kan
juga saya. Apalagi sekarang, anak kita kan
masih kuliah di luar kota. Ndak mungkin lagi nungguin setiap hari jika
bapak sakit atau …
PAK
HASAN :
Atau
apa? Makanya kalau masak yang enak dan
sehat. Agar bapak juga sehat. Kadarzi gitu lho…. Tahu nggak kadarzi, seperti
iklan di televisi itu…
ISTRI
:
Istri
guru mesti tahu dong, keluarga sadar gizi kan pak?
PAK HASAN :
Memang, kamu itu bukan saja cantik sedunia, tapi juga pinter dan …
ISTRI
:
Ah,
bapak ini, seperti pohon keladi aja, udah tua masih juga memuji-muji. Dulu
waktu masih muda malah nggak pernah…
PAK
HASAN :
Nggak
pernah apa?!
ISTRI
:
Ya
nggak pernah memuji saya. Apalagi menulis surat
cinta ….
PAK
HASAN :
Soalnya
waktu dulu, waktu kamu masih muda, kamu itu bawel…
ISTRI
:
Kalau
ndak bawel, bapak ndak suka sama saya…karena lebih dekat sama itu tuh… gadis
yang rambutnya panjang dan hidungnya…
PAK
HASAN :
Sudahlah…
yang lalu biarlah berlalu, semakin tua usia seseorang kan mesti juga lebih arif dan bijaksana.
Lebih memahami kehendak Yang Kuasa… (merasa ada bau masakan gosong).
Bukan seperti masak nasi, makin lama makin …
ISTRI
:
Oh
iya, lupa pak, saya sedang ngliwet nasi. Waduh, gosong nanti…
SANG ISTRI
BERLARI KELUAR DARI PANGGUNG. PAK HASAN MEMUTAR RADIO KEMBALI, DAN lagu PUN BERGEMA. LALU Berganti berita
korupsi, PERAMPOKAN DLL. SEMENTARA PAK HASAN MASIH MEMERIKSA pr, Membuka
kertas, Mencoret dll. sampai akhirnya MENGUAP BERKALI-KALI DAN tertidur. DALAM
TIDURNYA, PAK HASAN BERMIMPI didatangi 3 orang mantan MURID SMU-NYA YANG
Berpakaian SEPERTI BRANDAL. hingga pak HASAN BERGERAK-GERAK SEPERTI
DISERET ATAU DIPUKULI ORANG. LAMPU PANGGUNG MEREMANG DAN KEMUDIAN GELAP.
KETIKA LAMPU
NYALA KEMBALI, TIGA BRANDAL MANTAN MURIDNYA MASUK KE PANGGUNG DENGAN CARA TAK
SOPAN, SEPERTI ORANG YANG SEDANG MABUK. PAK HASAN TERKEJUT DAN BERDIRI (BISA
JUGA PAK HASAN TETAP TIDUR DI KURSI, DAN DIGANTI PEMAIN LAIN YANG MUNCUL DARI
BELAKANG KURSI, DENGAN KOSTUM PERSIS PAK HASAN).
BRANDAL
1 :
Inilah
guru kita, guru agama kita waktu sekolah dulu. Ia yang mengajari kita untuk
menjadi manusia yang baik, yang selalu ikhlas dan bersyukur, tapi apa
jadinya, kita tetap miskin dan
ditindas..
BRANDAL
2 :
Dia
juga yang mengajari kita untuk hidup sederhana. Tak boleh mencuri, tak boleh
mengambil hak orang lain. Tak boleh judi, tak boleh menenggak minuman keras,
tak boleh ini, tak boleh itu, pacaran juga dilarang ha ha ha …
BRANDAL
3 :
Betul,
man… Karena itu hidup kita jadi menderita. Jadi sengsara. Aku bekerja dikantor
dengan baik, justru diusir dan singkirkan oleh teman-teman kantorku. Main ke
tempat tetangga, dikira mau mencuri.
BRANDAL
1 :
Apalagi
saya, fren… udah diusir ama mertua, ditinggal pula ama istri. Dan itu semua
karena aku tak bisa beli mobil, seperti para tetangga… ayo, kita gantung saja ia, kita buang ke comberan, agar
hidup kita jadi tenang, tidak dihantui
lagi oleh khutbah-khutbahnya.
BRANDAL
3 :
Seret
saja. Seret ia. Kita habisi saja. Siapa tahu, dengan menghabisinya hidup kita berubah
jadi kaya, jadi terhormat seperti para pejabat negara. Ya, ndak, ya, ndak. Bisa
korupsi, bisa menilap uang rakyat…
BRANDAL
1 :
Emangnya
kita ini pejabat negara, menteri atau bupati, hee… Bagaimana kawan, benar
nggak… kita ini orang kecil, orang tertindas di lorong negara, kalau ingin
besar ya… kawin aja dengan janda kaya, ngrampok, nipu, judi, kalau perlu kamu juga pantas jadi germo, ha ha ha …
BRANDAL
2 :
Ayo,
jangan ngomong doang. Seret saja ia ke comberan ...
BRANDAL
1 :
(menarik
tangan Pak Hasan dengan kasar) Gara-gara ajaranmu, hidupku jadi tak
menentu. Katanya ada surga, mana surganya, mana… surga itu ternyata telah
dikontrak seumur hidup oleh orang kaya, para kuruptor dan maling. Hingga kita
hanya menempati rumah gubuk derita seperti di neraka…
PAK
HASAN :
Ada apa ini, ada apa.
Bukankah kalian mantan muridku? Ingat, ingatlah! Ini guru agamamu, Pak Hasan…
BRANDAL
1 :
Aku
masih ingat, kamu memang guru agama di sekolahku dulu, tapi karena pelajaranmu
itu pula, hidupku jadi menderita…
PAK
HASAN :
Hukumlah
bapak, jika bapak telah salah… tapi apa salahku pada kalian, juga pada
murid-muridku yang lain?
BRANDAL
1 :
Jangan
berlagak! Jangan sok suci di hadapan kami.
PAK
HASAN :
Ingatlah,
nak, tak ada gading yang tidak retak.
BRANDAL
2 :
Betul
man, tak ada gading yang tak retak. Dan guru telah meretakkan gading saya.
Kalau gading saya tak retak, saya kan
seperti gajah. Bisa sruduk sana-sruduk sini, ha…ha…
BRANDAL
3 :
Oke
fren, bisa cerdas juga otakmu. Tapi soal peribahasa, aku lebih cerdas…Harimau
mati meninggalkan taring, tapi hidup kita selalu ompong, tanpa taring yang bisa
dipakai untuk memakan daging sesama, untuk mencucup darah manusia…
PAK
HASAN :
Sadarlah,
nak, sadar. Aku ini tak memiliki apa-apa, tak punya harta yang bisa kalian
bawa. Untuk apa kalian ingin membunuhku… membunuh itu perbuatan paling cela di
dunia… jika kalian bunuh aku, sama artinya membunuh agama yang telah kuajarkan
pada kalian…
BRANDAL
3 :
Ini
hari sabtu, Pak Hasan… bukan hari untuk berkhutbah. Bukan juga hari minggu untuk
merampok harta bendamu.
BRANDAL
2 :
Ini
hari bukan untuk mendengarkan khutbahmu, Pak Hasan… tapi ini hari kebalikan,
Pak Hasan mesti dengarkan nasihat kami… iya nggak, man.
BRANDAL
1 :
Betul,
Coy, betul!
BRANDAL
3 :
Rokok bentoel memang sedap ,
man…
PAK
HASAN :
Kalian
memang cerdas, dulu waktu kalian masih di sekolah, kalian termasuk murid yang
cerdas, tapi perbuatan kalian ini sangat tidak pantas. Tak ada agama di dunia
ini yang mengajarkan perbuatan seperti kalian. Ingatlah, nak, ingat! Pada saatnya
nanti, kalian juga akan tua dan mati. Juga bapak ini, bapak juga akan mati.
Kalau memang saatnya aku mati hari ini, aku ikhlas menerimanya. Tapi apa
masalahnya hingga kalian ingin membunuh saya…
BRANDAL
1 :
Aku
bilang jangan berkhutbah. Negeri ini tidak lagi memerlukan khutbah, Pak Tua.
Sudahlah, akui saja kesalahanmu.
PAK
HASAN :
Apa
salahku, nak, apa salahku? Mengajar agama itu memang kewajibanku. Kewajiban
semua orang yang ….
BRANDAL
3 :
Ah…banyak
cingcong! Ayo kita seret saja ia. Kita buang di comberan, biar cacing-cacing
saja yang mendengarkan nasehatnya.
PAK HASAN
DISIKSA SECARA SIMBOLIK, KEMUDIAN DISERET KE LUAR PANGGUNG SAMPAI LAMPU GELAP.
KEMUDIAN RADIO DI MEJA KERJA PAK HASAN BERBUNYI LAGI. LAMPU KERJA PUN MENYALA,
SEMENTARA PAK HASAN MASIH TAMPAK TIDUR DI KURSI. KEMUDIAN ISTRI MASUK PANGGUNG,
MEMATIKAN RADIO, DAN BERUSAHA MEMBANGUNKAN PAK HASAN.
ISTRI
:
Bangun,
Pak, bangun! Ada
tamu yang datang. Seperti murid-murid sekolah bapak. Pak… bangun, Pak! Ada tamu yang ingin
bertemu dengan bapak!
PAK
HASAN :
(tergagap-gagap
dan mengucek mata berkali-kali)
Astaghfirullah,
astaghfirullah! Ya Tuhan…. Maafkan dosa-dosa kami. Jam berapa sekarang, Bu?
ISTRI
:
Ada apa to, Pak! Kok
seperti habis mimpi buruk saja.
PAK
HASAN :
Astaghfirullah…
sabar Bu, sabar. Semoga Tuhan melindungi kita semua. Mimpi saya bukan sekedar
mimpi buruk, Bu, tapi buruk sekali.
Mengerikan.
Ya
Tuhan, jika ada yang salah dalam perbuatan kami, ampunilah kami..
ISTRI:
Aduh,
pak, pak… seperti berada di sarang penyamun aja.
PAK
HASAN:
Mimpi
saya, Bu. Mimpi saya sangat …
ISTRI
:
Mimpi
itu bunganya tidur, Pak. Kalau orang sedang mimpi buruk, katanya akan
mendapatkan sebaliknya. Bapak mimpi apa sih, ketemu ama gadis berambut panjang
ya..
PAK
HASAN :
Masyaallah!
Jangan bergurau, Bu. Jam berapa sekarang?
Lho, ini juga hari apa, jumat atau sabtu ya…
ISTRI
:
Tenang
Pak, tenang. Masih pagi. Belum ada jam sembilan. Ini kan hari sabtu, Bapak kosong, tidak ada jam
pelajaran. Itu… diluar ada tamu yang
menunggu.
PAK
HASAN :
Siapa
tamunya, Bu?
ISTRI
:
Sepertinya,
murid-murid dari sekolah.
PAK
HASAN :
Ha!
Ada apa dengan
mereka… jangan-jangan mimpi tadi akan menjadi kenyataan.
ISTRI
:
Mimpi
lagi, mimpi lagi. Mimpi apa to, Pak!
PAK
HASAN :
Nanti
aja kuceritakan. Suruh mereka masuk, Bu..
Barangkali ada yang penting. Pagi-pagi kok datang, apa tidak ada
pelajaran, ya...
ISTRI
:
Bapak
ganti pakaian dulu, biar necis, gitu.
PAK
HASAN :
Gini
aja. Ndak apa-apa. Ini juga sudah rapi.
ISTRI
:
Ya
cuci muka dululah, Pak.
PAK
HASAN :
Kan udah cuci muka,
bahkan sudah mandi sebelum subuh tadi.
ISTRI
:
Ya
sudah kalau gitu, saya suruh masuk aja mereka.
SANG ISTRI
KELUAR DARI PANGGUNG. PAK HASAN MERAPIKAN SARUNG DAN PECINYA. LALU TERDENGAR
SUARA MURID MENGUCAPKAN SALAM DARI SISI PANGGUNG.
SUARA
:
Assalamu’alaikum…
selamat pagi, Pak Hasan.
PAK HASAN
MENJAWAB SALAM DAN BERJALAN KE TEPI PANGGUNG, MEMPERSILAHKAN MEREKA UNTUK
MASUK. TIGA MURID DENGAN SERAGAM SMU MASUK, DAN DUDUK DENGAN SOPAN.
PAK
HASAN:
Ada apa ini, kok pagi-pagi
sudah kemari. Apa tidak ada pelajaran di sekolah.
MURID
1 :
Maaf,
Pak. Kami mengganggu. Kami semua mewakili dari murid klas tiga, dan kedatangan
kemari ini juga sudah mendapat izin dari bapak kepala sekolah. Sekarang sedang
ada kegiataan ekstra, jadi bisa ke sini …
PAK
HASAN :
O
begitu. Kalau memang sudah mendapat izin, ya ndak apa-apa. Memangnya ada
sesuatu yang penting, ada berita penting untuk saya.
MURID
2 :
Ehh…
anu, Pak, bukan sekedar penting, tapi juga sangat mendadak, dan harus kami
laksanakan hari ini pula.
PAK
HASAN :
Ada apa? Jangan-jangan…
MURID
3 :
Begini
Pak Hasan, tiga hari yang lalu, ada tiga orang yang mengaku mantan murid bapak,
mereka juga mengaku sebagai alumni sekolah kita, mencegat kami di jalan,
katanya ingin ketemu dengan bapak. Waktu itu, kami menjawab bahwa Pak Hasan
sedang bertugas di luar kota
…
PAK
HASAN :
Sebentar,
sebentar… seperti apa orangnya. Gimana pakainya, atau gelagatnya…
MURID
1 :
Ya
itu masalahnya, Pak. Kami tidak memperhatikannya secara jelas. Tapi kami hanya
menduga, kelihatanya seperti ….
PAK
HASAN :
Terus,
terus gimana, apa kalian sudah melaporkan pada bapak kepala sekolah…
MURID
1 :
Sudah
Pak. Dan bapak kepala meminta kepada kami untuk menyampaikan hari ini juga.
Sesuai dengan pesan dari tiga orang yang mengaku alumni sekolah kita.
PAK
HASAN :
Memang,
baru kemarin siang saya datang dari luar kota.
Jadi belum sempat masuk ke kantor…
MURID
1 :
Karena
itulah, Pak, kami datang kemari…
ISTRI PAK HASAN
MASUK PANGGUNG LAGI DENGAN MEMBAWA MINUMAN UNTUK TAMUNYA, DAN MELETAKKANYA DI
ATAS MEJA.
ISTRI
:
Kok
kelihatanya serius sekali… ayo, diminum dulu tehnya, mumpung masih panas..
MURID-MURID
:
Makasih…
MURID
1 :
Maaf
Buk, kami merepotkan…
ISTRI
:
Oh…
ndak apa-apa. Ini semua memang tugas ibu, soalnya hanya saya dan bapak yang
tinggal di rumah ini. Dua anak kami masih kuliah, jauh sekali dari kota ini… sekarang ini
cari pembantu juga sulit, apalagi pembantu yang bisa dipercaya, udah gitu mahal
lagi bayarannya…
PAK
HASAN :
Sudah
Buk, ini masalah penting. Kan
masih banyak kerjaan di belakang yang harus diselesaikan…
ISTRI PAK HASAN
KELUAR PANGGUNG SAMBIL MEMPERSILAHKAN KEPADA TAMUNYA UNTUK MEMINUM TEH YANG
TELAH DISEDIAKAN. LALU MURID-MURID MEMINUMNYA.
PAK
HASAN :
Bagaimana
ceritanya tadi… masalah penting apa yang sebenarnya ingin kalian sampaikan.
MURID
2 :
Begini,
Pak… disamping kami yang datang kemari, beberapa siswa lain dari klas tiga juga
akan datang ke sini, ke rumah bapak ini…mudah-mudahhan sebentar lagi udah
sampai.
PAK
HASAN :
Lho,
apa hubunganya dengan masalah tadi. Langsung saja ceritakan masalahnya, bapak
ini sudah tua, sering lupa dengan urusan-urusan pribadi, tapi kalau urusan
sekolah, urusan pelajaran dan kewajiban saya, bapak selalu ingat… tapi soal
tiga orang yang mencegat kalian, apalagi alumni yang sudah lama, bapak sudah
tak bisa mengingatnya satu persatu, kan alumni sekolah kita banyak sekali. Dan
tidak semuanya jadi orang baik-baik, jadi orang terhormat, ada juga yang
nasibnya kurang beruntung. Malah saya pernah dengar, ada alumni sekolah kita
yang jadi preman…
MURID
3 :
Tapi
kan tidak
semua alumni sekolah kita jadi preman, Pak.
PAK
HASAN :
Iya,
betul. Tapi ada pepatah, susu rusak sebelanga karena setitik nila. Tahu kan maksudnya.
MURID-MURID
:
(menjawab
bersama) Tahu, Pak.
MURID
2 :
Eehh…
begini Pak Hasan, kemarin siang sehabis sekolah, kami semua sepakat untuk
menyampaikan pesan dari tiga orang yang telah kami ceritakan tadi. Katanya…
PAK
HASAN :
Apa
kata mereka, apa pesan mereka yang ingin disampaikan kepada saya. Ayo,
ceritakan saja dengan jelas, jangan ragu-ragu atau takut… sebab sebelum kalian
datang kemari, bapak tadi ketiduran di kursi dan bermimpi buruk sekali..
jangan-jangan ketiga orang yang datang dalam mimpi saya, juga ketiga orang itu…
MURID 1 :
Maaf
Pak, jika kami mengganggu. Tapi ini semua kami laksanakan karena bapak memang
pantas untuk menerimanya … (hp murid 1 berdering di sakunya, kemudian
menerima telpon itu dengan serius) Sekarang aja… kalau udah sampai ya
sekarang aja… langsung aja deh… ndak apa-apa… sekarang aja…(hp dimasukkan
kembali ke dalam saku) Begini pak, maaf jika kami mengganggu…
PAK
HASAN :
Sudah
sejak tadi saya tanya, apa hubungan kedatangan kalian ini dengan tiga orang
yang kamu ceritakan itu?
MURID 3 :
Kami belum tahu persis, pak.
Kami bertiga hanya diberi tugas oleh teman-teman untuk datang kemari lebih
dahulu….
MURID 2 :
Betul, Pak Hasan. Kami
bertiga memang tidak tahu apa maksud dan tujuan dari tiga orang alumni sekolah kita, tapi ini ada amplop yang
dititipkan kepada kami untuk disampaikan kepada bapak. (lalu mengambil amplop
dari dalam tas dan memberikan kepada pak Hasan)
PAK HASAN :
Apa kalian sudah tahu, apa
isi dari amplop ini. Bagaimana nanti kalau saya buka, ternyata berisi racun
atau apalah yang membuat saya pingsan, atau kalau menghirupnya bisa mati… apa kalian mau bertanggung jawab?! Zaman
sekarang ini, apa saja bisa terjadi… orang yang tadinya baik, tiba-tiba jadi
rusak. Pemimpin yang dianggap bijaksana dan adil, ternyata juga mencuri … (
suara balon diledakkan, pak hasan terkejut karena seolah mendengarletusan
senapa, lalu terdengar suara riuh).
TIGA MURID
KEMUDIAN BERDIRI, TAPI PAK HASAN MASIH MEMANDANGI AMPLOP DI TANGANNYA.
MURID-MURID LAIN DATANG DENGAN KOSTUM SERAGAM SEKOLAH DAN BEBERAPA ASESORIS
TAMBAHAN SEPERTI BALON, TOPI, KALUNG BUNGA, ATAU TOPENG DLL. MASUK KE PANGGUNG
(JIKA PANGGUNG SEMPIT, BISA JUGA DITEMPATKAN DI LUAR PANGGUNG ATAU DI DEPAN
PENONTON). MEREKA LANGSUNG MENYUSUN KOMPOSISI, KEMUDIAN MENARI SAMBIL
MENYANYIKAN LAGU “GURU TANPA TANDA JASA”
(AGAR MENARIK, LAGU TERSEBUT BISA DIGUBAH DENGAN GAYA MODERN). SETELAH SELESAI,
MEREKA UCAPKAN KOOR “SELAMAT ULANG
TAHUN” KEPADA PAK GURU HASAN, DAN TEPUK TANGAN. DARI LUAR PANGGUNG, MASUK LAGI
SATU SISWA DENGAN MEMBAWA BUNGKUSAN KADO (LUKISAN 60 X 80 CM) DAN
MENYERAHKANNYA KEPADA PAK HASAN.
PEMBAWA
KADO :
Dengan
rasa hormat, tulus dan iklas, kami berikan kenangan ini sebagai doa, semoga bapak selalu dalam lindungan Tuhan
Yang Maha Esa.
PAK
HASAN :
Wah,
berat sekali. Apa ini isinya?
SALAH
SATU MURID :
Doa
dan keselamatan dari kami semua.
PAK
HASAN :
Terima
kasih, terima kasih. Saya juga selalu berdoa untuk kalian semua, semoga menjadi
generasi yang berguna bagi bangsa, negara dan agama. Dan saya minta maaf, jika
saya sendiri sudah lupa bahwa hari ini adalah hari kelahiran saya. Sebab, bagi
orang yang sudah tua seperti saya, yang selalu diingat bukan hari kelahiran,
tetapi hari sebaliknya.
PEMBAWA
KADO :
Teman-teman…
apakah teman-teman setuju jika kenangan ini dibuka sekarang juga?
KOOR
MURID-MURID :
Setujuuu…………………
PEMBAWA
KADO :
Oke,
teman-teman, sebelum kado dibuka, apakah teman-teman setuju jika Pak Hasan
memberikan sambutannya di hari yang berbahagia ini? Bagaimana?
KOOR
MURID-MURID :
Setujuuuuu
………………
PAK
HASAN :
Terima
kasih, terima kasih atas perhatian kalian semua. Terima kasih juga atas
pemberian kenangan ini. Sesungguhnya, orang yang paling mulia ialah orang yang
selalu ingat pada hari kemudian, bukan pada hari kelahiran. Sebagaimana yang
selalu bapak ingatkan kepada kalian semua; bekerjalah engkau seakan hidup abadi
di dunia ini, dan beribadahlah engkau seakan mati esok hari. Jangan seperti
pejabat di negara ini, harta benda disembah hingga ibadahnya diganti dengan
korupsi, manipulasi, ngapusi….
MURID-MURID
:
(tepuk
tangan sangat meriah, lalu koor) Buka…buka … buka…
KEMUDIAN
KADO KENANGAN DIBUKA OLEH MURID 1, 2 DAN 3. KADO TERSEBUT BERISI FOTO / LUKISAN
PAK HASAN DALAM UKURAN SETENGAH BADAN, DENGAN PAKAIAN SAFARI DAN TEMPELAN LIMA
BINTANG DI DADA KIRINYA. BINTANG TERSEBUT DIBERI SERBUK WARNA EMAS, HINGGA
BERKILATAN KETIKA TERKENA SINAR LAMPU. RIUH TEPUK TANGAN TERDENGAR LAGI.
PAK
HASAN :
Sekali
lagi, terima kasih atas perhatian kalian semua. Tapi….saya minta kepada salah
satu dari kalian untuk melepas dan menanggalkan bintang-bintang yang menempel
di dada ini
PEMBAWA KADO
MENDEKAT DAN MELEPAS LIMA
BINTANG YANG MENEMPEL PADA LUKISAN. KEMUDIAN PAK HASAN MELANJUTKAN
KATA-KATANYA.
PAK
HASAN :
Kalian
semua tahu, saya ini bukan jenderal, bukan juga pahlawan perang, jadi tak perlu
ada bintang. Karena jika ada bintang di dada guru, semua guru hanya akan
mengajar untuk mendapatkan bintang. Menjadi guru itu ibadah, mencari ilmu juga
ibadah. Dan ibadah tidak memerlukan bintang, tidak perlu lencana dan
simbol-simbol lainya…
MURID
1 :
Nasehat
bapak akan selalu kami ingat. Karena hanya bapak yang selalu menyempatkan diri
dan waktunya untuk memberi nasehat kepada kami..
PAK
HASAN :
Semua
guru itu wajib dihormati… dan setiap orang yang memberi ilmu kepada kita, tidak
saja di sekolah, itu juga namanya guru… Memang, memuji orang lain itu baik, dan
tidak dilarang, tapi tidak semua orang merasa senang mendapatkan pujian. Karena
pujian itu seringkali membuat orang jadi lupa diri….. agar saya tidak lupa diri, kenang-kenangan
dari kalian akan saya pasang di dinding ruang tamu ini …
MURID-MURID
TEPUK TANGAN KEMBALI. PAK HASAN BERGERAK DAN MEMASANG FOTO DI DINDING (BAGIAN
TENGAH BACKDROP PANGGUNG). BERSAMAAN DENGAN ITU, LAGU “GURU TANPA TANDA JASA”
TERDENGAR LAGI. KEMUDIAN, SEBAGIAN LAMPU MEREMANG DAN MATI, KECUALI LAMPU YANG
MENYOROT KE FOTO PAK HASAN DI DINDING. KEMUDIAN, LAYAR PANGGUNG DITURUNKAN
SECARA PERLAHAN. PERTUNJUKAN PUN SELESAI.
=================================
H A M S A L
2 0 0 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar