DRAMATIC PERSONAL
1.
KOMANDAN MARDUT
2.
IBU HALIMAH
3.
ISTERI
4.
PUTERA
5.
PUTERI
6.
PEJUANG SATU
7.
PEJUANG DUA (AJUDAN)
8.
PEJUANG TIGA
9.
SI GILA
10.
UTUH BATUNG
11.
ALUH BUNGSU
12.
LELAKI
13.
BODIGAT SATU
14.
BODIGAT DUA
15.
ORANG SATU
16.
ORANG DUA
17.
ORANG EMPAT
18.
ORANG LIMA
19.
ORANG ENAM
20.
ORANG-ORANG LAIN
21.
ANGGOTA PASUKAN BODIGAT
CINTAKU
DENDAM DAN BENCIKU
KEPADA YANG INGKAR
DAN YANG MUNAFIK
KOSONG-KOSNG
Diangkat
dari SAMPAH NEGERI dan BUMI KERETA
ADJIM
ARIJADI
Bagian
Awal :
Di
tanah perjuangan, seusai perang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Segerombolan
pejuang, erat bersatu menyelamatkan peti-Dokumentasi yang di keramatkan. Dalam
perjalanannya yang jauh dan melelahkan, akhirnya terhenyak dan terlena disuatu
tempat. Keadaan diam yang berkepanjangan, bergulir diatas waktu yang
membosankan dan membingungkan.
Komandan : (MEMAKSA DIRI BANGKIT DAN MEMERINTAHKAN
PASUKANNYA AGAR BERGERAK)
Ayo,
bangunlah. Bangkitlah. Perang sudah usai. Negara kita sudah ditata oleh
orang-orang pinter. Dan tugas kita menyatukan diri, mendukung orang-orang yang
menata Negara. Tapi rasia mereka dan rahasia kita, ada pada kita.peti itu ……
peti keramat dan harus diselamatkan. Ayo bangunlah.Bangkitlah. Perang sudah
usai. Kita gotong peti keramat itu. Mari
…… (TAPI SEMUANYA PADA LELAP). Tak ada yang berdaya.baik, baik. Matilah kalian
dalam pagutan kesetiaan. Tapi …… (MENELITI LINGKUNGAN SEPERTI SEORANG MALING)
Kesempatan yang baik (DENGAN HATI-HATI MELEPASKAN TANGAN-TANGAN YANG MEMAGUT
PETI, LALU MENCOBA MENARIK DAN MEMIKULNYA,TAPI KEKUATANNYA SUDAH HABIS)
Ah, masa bodoh (PUTUS ASA) Benda ini, tidak akan
kuasa membuat orang sejahtera. Biarkan dia terkubur bersama pejuang-pejuang
itu. Yang penting adalah diriku, hidupku. (PERGI MENINGGALKAN).
ORANG SATU : (MUNCUL DENGAN KANTONG MAKANANL. MULUTNYA TAK
PERNAH KOSONG KARENA DIJEJAL DENGAN MAKANAN ITU)
IBU : (DARI
MULUTNYA MENYEBUT-NYEBUT NAMA SUAMINYA)
Kak
… kak Mardut (MENCOBA BANGKIT DAN MENELITI SEKELILING) Kak Mardut (BERTENAGA
MEMERIKSA PARA PEJUANGYANG LEMAS TAK BERDAYA) Dia tak ada ? … Kak Mardut ! Dia
menghianatiku … oh … (MELIHAT ORANG SATU) Beri saya makan. Saya pejuang.
Percayalah, saya telah merdekakan kalian dari penjajah. Saya benar-benar lapar.
ORANG SATU : (MALAH MENYEMBUNYIKAN MAKANANNYA)
ORANG DUA : (SEPERTI
ORANG SATU, DAN MENGAJAK ORANG SATU MEGHINDAR)
IBU : (PUTUS
ASA DAN MERINTIH PERIH,LALU LEMAS)
ORANG DUA : (SADAR) Kasihan. Senasip
sepenanggungan. Tapi dimana pak komandan. Pak. pak komandan. Pak Mardut.
(MENELITI ORANG-ORANG YANG TERLELAP) Gila. Pak komandan menghilang. Cara seperti
ini tidak bisa dibenarkan. Penghianat ! Meninggalkan sekian banyak nyawa yang
diancam kelaparan. Saya akan tikam dari belakang. Saya akan temukan, dimana
penghianat itu berada. (PERGI)
PEJUANG SATU DAN PEJUANG TIGA, BANGKIT BERSAMA. KEDUANYA
MERANGKAK DAN MELATA, MENCARI TEMPAT BERPEGANG. NAFSU INGIN MEMAKAN APA SAJA
YANG ADA
DISEKITARNAYA.
IBU
KEMBALI BERUPAYA BANGKIT DAN MENCOBA MENYADARKAN PEJUANG SATU DAN PEJUANG TIGA,
TAPI DIA SENDIRI LEMAS TAK BERDAYA.
ORANG
SATU, ORANG DUA, ORANG TIGA DAN ORANG-ORANG LAINYA, BERMUNCULAN MAKAN DENGAN
LAHAPNYA. MEREKA TAK PEDULI PADA PEJUANG YANG MEMERLUKAN MAKAN. MEREKA MALAH
MENJAUH, YANG MENYEBABKAN ANTAR PEJUANG SALING BERNAFSU UNTUK MAKAN SATU
SAMA LAIN.
KEDUANYA JADI SADAR, SETELAH SI IBU BERHASIL MELERAINAYA.
IBU : Gila.
Lalian jadi gila !
ORANG SATU : Kita
akan mati kelaparan.
IBU : Kita
sudah merdeka. Ayo bangkit ! kita sudah ketinggalan.
ORANG TIGA : Bapak
komandan, belum memberikan perintah apa-apa.
IBU : Kita
Semua lengah. Kita ketinggalan kereta.
Apa tenaga kalian masih mampu ?
ORANG SATU : Memikul
beban punggungku sendiri, masih bisa.
IBU : Peti
keramat itu, harus dibawa ? Mari …………………
(MEREKA BERUPAYA MENYERET PETI,
TAPI TAK BERGERAK SEDIKITPUN. MASIH MEREKA COBA DENGAN SEGALA KEKUATAN, TAPI
SIA-SIA)
ORANG-ORANG : (CUMA BERGUMAM SAMBIL MENGUNYAH MAKANAN
ORANG SATU : Apa
katanya ?
IBU : Kalian
bicara apa ?
ORANG-ORANG : (BERGUMAM LAGI)
PEJUANG TIGA : Bicaralah,
dengan terus terang. Diantara kita tidak ada rahasia.
ORANG SATU : Kalian
rakyat dan kami pejuang. Kami pelindung kalian.
IBU : Bicara
saja, apa maunya kalian ?
ORANG SATU : (DIANTARA
GUMAM MASIH ADA
KEJELASAN MAKSUDNYA)
Kami perlu makan.
IBU : Kalian
masih punya makanan.
ORANG-ORANG : Uuuppppaaaah.
PEJUANG TIGA : Bangsat
! Sudah . Jangan diharapkan tenaga mereka. Mari
(MENCOBA LAGI MENGANGKAT PETI,
TAPI TAK BERGERAK)
PEJUANG SATU DAN PEJUANG TIGA,
MALAH JADI PINGSAN. IBU KEBINGUNGAN.
Ibu : Tak
ada gunanya. Buat apa menyelamatkan benda ini, sementara diri belum tentu
selamat.
Tuhalus (PD. PEJUANG TIGA) ….
Tuganal (PD. PEJUANG SATU) kalian memang pejuang sejati. Kesetiaan kalian
benar-benar,sampai akhir. Tapi saya harus selamatkan diri saya. (MENDEKATI DAN
MEMBELAI PETI) Bukannya saya tidak setia, tapi saya berupaya mencari kekuatan
lain untuk menyelamatkan benda keramat ini.
Teman-taman, saya terpaksa
meninggalkan kalian bersama bukti sejarah perjuangan bangsa kita. Selamat
tinggal.
(PERGI)
ORANG-ORANG : (MENDEKATI
PETI KERAMAT, ANTARA BERANI DAN TIDAK)
SI GILA : (TIBA-TIBA
MEJERIT HISTERIS)
ORANG-ORANG JADI KAGET DAN
BERLARIAN.
PEJUANG-PEJUANG LAINNYA, SERENTAK BANGKIT DAN JADI PANIK,
SEDOLAH MEREKA DIKEPUNG MUSUH.
DIDALAM
KEKALUTAN ITU, SI LELAKI SECARA DIAM-DIAM, MENYERET PETI DAN MENGHILANG.
SI
GILA BANGUN DAN BERPUTAR PUTAR SEPERTI TIDAK WARAS TAPI DALAM IMAGI BERGARIS
DAN MEMUKUL GENDERANG, TERUS MENGHILANG.
UTUH
BATUNG DAN ALUH BUNGSU, BARU MENYADARI BAHWA PETI KERAMAT TELAH HILANG.
UTUH BATUNG : (
MELIHAT LIHAT SEKITARNYA)
ALUH BUNGSU : Ada yang aneh ayah ?
UTUH BATUNG : Kemerdekaan nyatanya, tidak memberikan
jaminan keamanan.
ALUH BUNGSU : Kita harus pergi dari sini.
UTUH BATUNG : Amat disesalkan. Kita kehilangan jejak. Kemana
kita akan melangkah, nak ?
ULUH BUNGSU : Ke Kota. Disana tempat kita bertarung.
UTUH BATUNG : Kita kehilangan sejarah dan kita tidak boleh
diam.
ALUH BUNGSU : Baik. Disini kemiskinan siap menerkam kita.
Kita rintis perjalanan sambil mencari jejak penghianat.
UTUH BATUNG : Mari
( MEREKA PERGI MENUJU ARAH TAK TENTU )
B A G I A N L A I N
LELAKI : ( MUNCUL
SAMBIL MENYERET PETI DAN MENYANDANG SEBUAH KERANJANG )
Disini cukup aman ( MENCONGKEL PETI DAN
TUTUPNYA JADI TERBUKA ) Hahaha……tak seorangpun dapat
berkutik. (MEMERIKSA SEMUA ISI PETI, SAMBIL BERKOMENTAR )Ini dia (MEMBACA
DAFTAR NAMA PEJUANG ) Tengkorak putih. Antung Marhasan, Utuh Batung dan Aluh
Bungsu dan seterusnya. ALRI DIVISI EMPAT. PERTAHANAN KALIMANTAN…….Hahaha,
semuanya ada disini. Tapi dengan peti ini,…….o,ya……..tepat sekali ( MEMINDAHKAN
ISI PETI KEDALAM KERANJANG) Nah, ini dia. Satu tipu muslihat yang amat tepat.
Dan peti ini ………ah, masa bodoh ! (PERGI MENYERET KERANJANG )
ORANG ORANG : (
YANG DARI TADI MENGINTIP, KINI REBUTAN INGIN MENDAPATKAN PETI YANG TERGELETAK
ITU, sambil bergumam dalam bahasa yang tidak di mengerti. Keadaan mereka tak
ubahnya seperti kucing berebut tulang. Tiba tiba mereka dikejutkan oleh suara
orang yang mendekat. Secara bersama sama mereka seret peti tersebut dan
langsung menyembunyikannya. )
MUNCUL IBU, BERSAM PEJUANG SATU,
PEJUANG DUA DAN PEJUANG TIGA. KEADAAN MEREKA SUDAH TANPAK SEGAR.
IBU : Saya yakin, sinilah tempatnya.
PEJUANG
DUA : Apa
mungkin tertimbun tanah ?
PEJUANG
SATU : Dimakan
rayap barangkali.
Pejuang tiga : Pencarian kita,
belum lagi tuntas. Berpraduga, boleh saja, tapi tidak berarti harus putus asa.
IBU : Mari, kita bergerak.
PEJUANG DUA : Tidaklah lebih baik,
kita berpencar saja ?
IBU : Boleh juga. Tuhalus dan Tuganal, melacak sayap depan.
Dan
saya di sayap kanan. Dan kau Dukmar, merintis sayap kiri. Ya. Pasukaaan……….
Gerak. ( BERPENCARLAH MEREKA KE ARAH YANG SUDAH DITENTUKAN )
ORANG ORANG : ( BEKERJASAMA MENYERET
PETI KEARAH YANG BERLAWANAN )
SI GILA : ( SAMBIL
MENYEMBUNYIKAN GENDERANG DARI EMBER PLASTIK BEKAS ) Barisaaan, berhen…..ti,
satu, dua, tiga, empat. Benda yang dikeramatkan, keramat yang dibendakan. Ini
baru kemerdekaan dan ini kemerdekaan baru. Kemiskinan yang dimiskinkan.
Kekayaan yang di kayakan. Merdeka ! (MELANJUTKAN GENDERANGNYA SE
IRAMA LANGKAHNYA )
K O M A N D A N DAN BEBERAPA ORANG BODIGAT DENGAN BERNAFSU
INGIN MENDAPATKAN PETI KERAMAT. PENAMPILAN KOMANDAN, MASIH
TERLIHAT PADA PERINTAH
PERINTAHNYA. TAPI LEBIH MENONJOL JUSTERU KE KONGLOMERATANNYA.
KOMANDAN : Pokoknya,
berapa saja akan saya bayar.
BODIGAT SATU : Memangnya
penting sekali pak.
KOMANDAN : Isi
peti keramat itu, sangat menentukan
BODIGAT
DUA : Sebagai
bukti bahwa bapak seorang pejuang ?
KOMANDAN : Memang
salah saya.
BODIGAT
DUA : Salah
apa pak ?
KOMANDAN : Masalahnya,
saya tak kkuasa memikul peti keramat itu.
BODIGAT
DUA : Apa
terlalu berat pak ?
KOMANDAN : Tidakah
bias, memberikan saran, selain bertanya ?
BODIGAT
DUA : Saran
bagaimana pak ?
KOMANDAN : Sudah.
Berhenti bertanya.
BODIGAT
DUA : Ada apa pak ?
KOMANDAN : Hei, kamu, kamu dan
kamu ( MENUNJUK YANG LAINNYA ) Lakukan penyelidikan. Dapatkan peti keramat itu.
BODIGAT DUA : Dan tugas saya pak ?
KOMANDAN : Ah, sudah ! Membosankan. Ikuti saya ! (
BERGERAKLAH SEMUA BERGERAK SAMBIL MENGOKANG SENJATANYA )
ORANG ORANG : ( BERGEGAS BERLARI MEMBAWA
PETI, SAMBIL MENYUMBATKAN MAKANAN KEMULUTNYA )
SI GILA : (MENGEJAR
SAMBIL MEMUKUL GENDERANGNYA ) Hei,
tunggu ! Saya bukan musuh. Kita berteman. Tunggu !Pasukkaaan, berhenti ! (
TERUS MENGEJAR DAN MELENYAP )
B A G I A N L A I N
UTUH BATUNG YANG DI IKUTI ANAKNYA ALUH
BUNGSU MUNCUL DAN MELEPASKAN LELAH, DARI PERJALANAN JAUH
ALUH BUNGAS : Kenapa harus kita buru benda itu. Isinyakan
bukan harta karun.
UTUH BATUNG : Orang seperti kamu, memang tidak
memerlukannya. Tapi bagi seorang Mardut yang pernah menjadi komandan lasykar
dijaman revolusi, sangat mahal harganya. Nah, kalau benda keramat itu, kita
memiliki, kita bias menjualnya. Kita akan hidup sederajat dengan orang-orang
kaya di kota.
ALUH BUNGAS : Tidakah kita pulang ke desa saja ? Tanah sawah
banyak dan kita bisa menjadi petani yang
beruntung.
UTUH BATUNG : Ayah ikut berperang, bukannya ingin jadi
petani.
Tapi
ayah ingin membebaskan diri dari segala beban.
Bebas
dari membayar upeti. Bebas
menggunakan segala macam kendaraan. Mau nonton, mau makan, mau itu, mau
ini, bebas dan bebas.
ALUH BUNGAS : Tapi kita jadi luntang lantung. Segelas air
the saja ada harganya dan kkitan harus membayarnya. Apalagi beras, pakaian dan tempat tinggal.
UTUH BATUNG : Mereka tidak memahami hakikat dari perang.
Dulu dijaman penjajahan, semua penduduk harus membayar uang pajak kepala. Tanah
penggalian intan, harus dibayar. Apalagi dengan batu-intannya. Nah, dengan
perang kita ingin mengikis yang serba dibayar itu.
Aluh Bungsu jadi terperanjat,
karena secara kebetulan ia melihat sosok seseorang dibalik pohon.
UTUH BATUNG : Ada apa ?
ALUH BUNGSU : Ada yang memata-matai
kita.
UTUH BATUN : Ada
mata mata ? Kita sedah merdeka dan musuh sudah tidak ada lagi. Apa yang
dimata-matai ?
ALUH BUNGSU : Saya tak tahu . Tapi saya melihat ada orang
dibalik pohon itu.
UTUH BATUNG : (
MEMANGGIL ) Hei, ada orang disitu ?
ALUH BUNGSU : Barangkali sudah menghilang .
UTUH BATUNG : Hei, dengarlah. Kami tak punya apa-apa yang
bias mendatangkan keuntungan bagi siapapun. Jadi tak ada gunanya memata-matai
kami. Kami tidak perlu di curagai. Tampakkan dirimu. Saya suka kalau antara
kita saling terbuka. Tidak ada yang dirahasiakan. Tapi bila dipahmu ada rahasia
kami siap mengamankannya. Percayalah. Kami sudah terbiasa mengangkat sumpah.
ALUH BUNGSU : Kamun dengar ? Kami bukan orang yang patut di
takuti. Kami cuma sampah, dan kami akan
selalu setia pada sumpah. Sumpah dari orang sampah mungkin lebih bagus
dibandingkan dengan sumpah orang-orang serakah.
UTUH BATUNG : Ayo,
tunjukkan kejujuranmu dengan
menampilkan diri dihadapan orang buangan seperti kami.
SECARA MISTERIUS MULAI MUNCUL
DARI BAGIAN KEBAGIAN DARI KERANJANG LALU KEDUA TANGAN YANG MEMELUK ERAT, KEDUA KAKI HINGGA KEPALA HINGGA BAGIAN
BADAN KINI JELASLAH BAHWA IA SEORANG LELAKI PEMBAWA KERANJANG. UTUH BATUNG DAN
ALUH BUNGSU YANNG TADINYA AGAK GUGUP, KINI MULAI TENANG DAN INGIN MENDAPATKAN
KEJELASAN SIAPA DIRI LELAKI ITU. SEPERTINYA PIHAK UTUH BATUNG DAN ALUH BUNGSU
AGAK SAMAR SAMAR KENAL. TAPI SI LELAKI DENGAN SIKAP KE HATI-HATIANNYA, MEMBUAT UTUH
BATUNG DAN ALUH BUNGSU JADI RAGU.
LELAKI : ( SEPERTI
SEORANG MALING )
UTUH BATUNG : Ya ya, saya memahami ke adaan kamu. Karena itu
tidak usah takut. Di antara kita tidak perlu saling mencurigai.
ALUH BUNGSU : Bapak Cuma sendiri ?
LELAKI : ( MALAH MAU MENGHINDAR )
UTUH BATUNG : ( MENCEGAHNYA ) Sebentar. Tak ada yang perlu kamu takuti. Kami orang polos. Lihatlah, tak lebih dari
sekujur badan. Tak ada senjata, baik tajam ataupun tumpul ( LELAKI MASIH BELUM
PERCAYA )Masih kamu ragukan ? ( MEMBUKA BAJUNYA ) lihatlah cuma kulit keriput.
( MASIH BELUM MENDAPAT TANGGAPAN LELAKI, MELANJUTKAN MELEPAS BAGIAN DEMI BAGIAN
DARI PAKAIANNYA. KALAU PERLU TELANJANG )Masih belum percaya ?
LELAKI : ( MENGALIHKAN PANDANGANNYA KE ALUH BUNGSU )
UTUH BATUNG : Kalau dia juga harus kau curigai, sungguh keterlaluan.
ALUH BUNGSU : Biarkan ayah, agar semuanya jadi jelas dan
ikhlas.
(
mulai membuka peniti bajunya )
UTUH BATUNG : Jangan nak. Itu tidak etis.
ALUH BUNGSU : ( TERUS MEMBUKA BAJUNYA , DAN TAMPAK KUTANGNYA
)
Masih
kamu perlukan bagian yang lain ?
LELAKI : Ya, saya suka.
UTUH BUTUNG : Cukup. Gila. Semua laki laki menyukainya.
ALUH BUNGSU : Kata ayah kita harus polos dan jujur. Dia kan masih bercuriga.
LELAKI : Ya, Saya tetap belum percaya. Pasti ada
apa-apanya di dalam pakaianmu itu.
ALUH BUNGSU : Baik-baik. Saya akan buka seluruh pakaian
saya, biar kamu puas.
UTUH BATUNG : Tidak perlu kataku ! Aluh Bungsu. Saya ayahmu
dan berhak kau patuhi.
LELAKI : Rupanya antara orang tua dan anak, masih
juga belum punya pemahaman yang baik.
Kalau saya mau berteman tidak Cuma kalian berdua. Banyak orang orang yang
mendekati saya, tapi saya tetap enggan. Untuk apa berteman, kalau menguntungkan
Cuma sepihak.
UTUH BATUNG : Dan kami berdua, mungkin cocok buat sahabatmu.
LELAKI : Tadinya saya pujikan kejujuran bapak. Tapi
saying, bapak masih belum terbuka tuntas. Masih ada rahasia yang disembunyikan
dibalik pakaian anak bapak.
ALUH BUNGSU : Saya sudah buktikan, mau buka seluruhnya
pakaian saya.
LELAKI : Ya, saya percaya. Tapi ayahmu masih belum bias
membuang niat jahatnya atas dirimu.
UTUH BATUNG : Apa kau bilang.
LELAKI : Bapak masih merasa memiliki
kemulusan tubuh dan keperawanan anak gadis bapak.
UTUH BATUNG : Jangan kurang ajar.
LELAKI : Jangan egois pak.
UTUH BATUNG : Jangan berpikir kotor seperti itu.
LELAKI : Katanya mau bersahabat.
UTUH BATUNG : Untuk apa, kalau satu sama lain masih
berprasangka buruk.
LELAKI : Baik, baik. Pertengkaran ini, jangan sampai
menaiki anak tangga yang paling atas. Kita sudahi sampai disini saja.
UTUH BATUNG : Artinya kamu tidak mau bersahabat dengan kami
?
LELAKI : Mungkin belum saatnya.
UTUH BATUNG : Saya memahaminya. Untuk memilih teman,
diperlukan waktu, memang. Diperlukan kejelasan latar belakang kehidupannya.
Kebenaran wataknya, kebiasaannya, dan, dan………
ALUH BUNGSU : Dan kejujurannya.
UTUH BATUNG : Yang terpenting, ialah tujuannya berteman.
LELAKI : Tidak lebih dan tidak kurang, tujuannya tak
lain, ingin mendapatkan keuntungan.
UTUH BATUNG : Kalau kami ingin menemanimu, keuntungan apa
yang kami harapkan darimu.
LELAKI : Kelak kalau bapak sudah tahu, apa isi
keranjang ini. Baru bapak rasakan keuntungan itu.
UTUH BATUNG : Apa bedanya, yang tersembunyi dibalik
keranjang itu, dengan tersembunyi
dibalik pakaian anak gadis saya. Kamu juga bukan orang jujur dan tidak terbuka.
LELAKI : Lalu apa tujuan bapak, ingin berteman dengan
saya.
UTUH BATUNG : Cuma ingin berteman. Kita bias ngobrol,
mengisi waktu, berbagi duka, tukar
pengalaman, cerita mas lalu dan menghayal masa depan.
ALUH BUNGSU : Bapak datang dari mana. Tujuan kemana dan yang
didalam keranjang itu ?
LELAKI : ( BERGEGAS MAU PERGI )
UTUH BATUNG : Tunggu, kenapa buru-buru.
LELAKI : Semua orang selalu ingin tahu. Saya tidak suka
polisi.
UTUH BATUNG : Kami bukan polisi.
LELAKI : Bapak
pasti mencurigai saya. Saya tidak percaya pada kalian.
UTUH BAUTNG : Sebentar. Duduk dulu. Kalau kamu ingikan kami bungkam, kami bias saja menyumbat mulut
kami. Tidak Cuma polisi atau tentara yang ponya dor-doran. Kita juga kuasa
mendor siapa saja. Itu kalau kita mau. Kalau tidak, ya, terserah. Mau jadi maling ayam ?
ALUH BUNGSU : Ngomong-ngomong, bapak sudah makan ?
LELAKI : Menyebalkan. Dalam keadaan seperti ini,
pertanyaan seperti itu, tidak layak.
UTUH BATUNG : Dulu dijaman mengasiyiki
perang, pucuk-pucukan dan umbi-umbian, terasa nikmat. Tapi di alam merdeka ini,
rasanya seperti menu yang pahit dan mengandung racun.
LELAKI : Kalau kita salah tafsir, arti huutan dan arti
bumi, ya, kita akan salah buat selamanya.
UTUH BATUNG : Saya memang buta huruf.
LELAKI : Butu huruf, tidak berarti pandangan kita
sempit.
Kita
bias melakukan pemahaman yang benar terhadap hutan dan bumi ini.
ALUH BUNGSU : Pendidikan saya baru tiga
tahun di pesantren.
LELAKI : Semua nak kampung umumnya di pesantren. Sedang
untuk memahami akhirat, bukanlah hal yang aneh. Kita percaya adanya Malaikat,
adanya syorga dan neraka, Dan hari qiamat, adalah hari akhir, hari kemusnahan
bagi yang bernyawa dimuka alam fana ini.
Kita memang buta huruf, tapi tahu persis akan nikmat Tuhan. Orang orang seperti
kitalah yang tahu persis arti bersyukur. Syukur atas nikmat yang diberikan
Tuhan. Tidak seperti siMardut itu.
UTUH BATUNG : HAMPIR BERSAMAAN DENGAN
ALUH BUNGSU MENYEBUT KATA “ M a r d u t. “
LELAKI : Ya,si Mardut. Bapak mengenalnya. Semua orang
kenal siapa si Mardut.
UTUH BATUNG : Siapa si Mardut.
LELAKI : Dia orang kaya, yang tidak pernah puas dengan
nikamt Alloh. Tak pernah berbagi kenikmatan. Tidak pernah bersyukur dan tidak
merakyat. Suatu saat saya akan beri pelajaran.
ALUH BUNGSU : Bapak punya dendam ?
LELAKI : Siapa saja yang pernah menjadi anak buahnya di
jaman perang, jadi dendam.
UTUH BATUNG : Dimana tempat tinggalnya.
LELAKI : Di istananya, di pusat kota.
UTUH BATUNG : Kalau ada kesempatan,
saya ingin jumpa/.
LELAKI : Dengan maksud apa ?
UTUH BATUNG : Ya, sebagai anak sampah,
coba-coba minta tolong.
LELAKI : Percuma. Mendingan disini. Hutan, tanah dan
gunung bias digarap.
UTUH BATUNG : Menggarap hutan ?
Mengolah gunung ? Hanya dengan jari dan gigi ompong ini ? ah, kau ada ada saja.
Saya
sudah bosan. Hutan dan gunung-gunung bagi saya adalah penjara.
LELAKI : Lalu kalian mau apa di hutan belantara ini ?
UTUH BATUNG : Sama seperti kau. Cari
modal dulu lalu bertarung di tengah kota.
LELAKI : Modal apa. Dan apa yang bias di-jual ? Dan
kemana menjualnya ?
UTUH BATUNG : Nah, itu betul. Menjual
hutan. Ya, kita harus kekota, temui Miyonir Mardut, lalu kita tawarkan hutan
yang menyimpan peti keramat. Kamu tahu, peti keramat yang kumaksud ? Ini
rahasia. Di tengah hutan belantara ini, dulu sehabis perang, hampir seluruh
pasukan pejuang menyelamatkan peti keramat. Isinya penuh dokumen rahasia. Bagi
seorang mardut atau orang seperti mardut, menganggap luar biasa pentingnya.
LELAKI : Bagaimana kalau petinya saja kita boyong
kekota lalu kita jual.
UTUH BATUNG : Disini letak masalahnya.
Kalau peti keramat itu sudah kami dapatkan, kami tidak akan tinggal dihutan ini
lagi.
LELAKI : Pikiran bapak cukup cemerlang. Bapak
menganggap peti keramat itu ada di lokasi hutan ini. Dan bapak akn menawarkan
seluruh hutan disini.
UTUH BATUNG : Betul. Kita akan dapat banyak
uang. Beli rumah dikota, beli mobil dan saya akan carikan Aluh Bungsu pengganti
Ibunya. Punya telephon dan macam-macamlah seperti kebanyakan orang kaya.
LELAKI : Bagus. Ayo, saya siap membantu menawarkan
seluruh hutan ini, kepada melyoner mardut dikota.
UTUH BATUNG : Di sini pentingnya berteman dengan adanya saling pengertian.
TERDENGAR
PESAWAT HELLIKOPTER DARI JAUH MENDEKAT DAN TERUS MENDEKAT, SEPERTI TERBANG
RENDAH, BAHKAN SEPERTI MENDARAT.
UTUH
BATUNG, LELAKI DAN ALUH BUNGSU MEMPERHATIKAN SEPERTI MENGOMENTARI PESAWAT HELLI
TERSEBUT. MEREKA SALING BERPANDANGAN BAHKAN JADI TEGANG.
ALUH BUNGSU : Mencurigakan
LELAKI : Jangan-jangan …………
UTUH BATUNG : Kita Jelas kalah. Kalau
dari dulu kita jual hutan ini, ……… oh, selalu kalah cepat.
LELAKI : Apa mungkin, kita lawan mereka ?
TERDENGAR
RENTETAN TEMBAKAN DIARAH YANG TIDAK TERLALU JAUH. UTUH BATUNG, ALUH BUNGSU DAN
LELAKI JADI KAGET.
UTUH BATUNG : Melawan mereka ? kalau
masih muda seperti dulu, tak pernah mundur bertemu musuh. Sebab kematian dalam
perang, semata-mata untuk Allah dan Kemerdekaan.
LELAKI : Apa maunya mereka ?
UTUH BATUNG : Hampir setiap hari
pesawat helli itu terbang diatas hutan ini.
LELAKI : Barangkali, hendak melacak peti keramat yang
kamu maksudkan. Apakah yang penting itu, petinya atau isinya ?
UTUH BATUNG : Isis
tanpa peti, mungkin kurang menyakinkan.
LELAKI : Kalau peti tanpa isi, apa masih berharga.
Aluh Bungsu melihat sesuatu yang yang menakutkan.
ALUH BUNGSU : Ada pasukan perang.
LELAKI : Maaf, saya harus bersembunyi ( MENGHILANG )
UTUH BATUNG : Hei, tunggu kami. Mari
kita susul.
(
BERSAMA ALUH BUNGSU MENYUSUL LELAKI )
BAGIAN LAIN LAGI.
TAMPAK
PASUKAN BODIGAT YANG DILENGKAPI DENGAN SENJATA SIAP MENUNGGU PERINTAH. MENYUSUL
KOMANDAN BERSAMA ISTERI DAN PUTERI.
KOMANDAN : Pencarian kali ini, diperlebar sampai kegubuk
gubuk petani. Kerjakan !
PARA
BODIGAT : Siap ! ( MENYEBAR )
ISTERI : Alam yang bagus.
Puteri : Nora inginnya punya villa dipuncak gunung ini.
KOMANDAN : Sungguh aneh.
PUTERI : Nora benar benar, ingin memilikinya.
KOMANDAN : Jangan meminta yang bukan bukan saying.
ISTERI : Apanya yang bukan bukan ? Perimintaannya kan wajar wajar saja.
KOMANDAN : Jalan tembus saja belum ada. Buat apa villa
ditengah hutan belantara ini.
PUTERI : Nora inginnya tenang. Dikota sangat bising dan
berisik . Buatkan villa ya, papi.
ISTERI : Jalanan bukanlah alasan yang tepat, untuk menolak permintaan anak
kesayangan.
KOMANDAN : Yang penting bagi papi, adalah mamimu, saying.
Mami senang bila dipuncak gunung ini, dibangun villa ?
ISTERI : Tentu dong. Dan harus dilengkapi dengan
pesawat helikopeter.
Dengan
villa itu, kita bias terhindar dari
rongrongan orang orang yang biasanya cuma meminta.
KOMANDAN : Serius ?
ISTERI : Baru kali ini suamiku bimbang mengabulkan
permintaan isterinya. Begitu yang disebut saying. Begitu yang namanya
cinta ?
Sudahlah
tak usah banyak cingcong.
KOMANDAN : Jangan salah mengerti. Coba kamu fahami.
ISTERI : Mau bangun villa atau tidak ?
KOMANDAN : Apa artinya uang kalau sekedar untuk sebuah
villa dan pesawat helli. Kecil. Cuma sekecil itu permintaan kalian ?
(
KEPADA SEKETARIS ) Catat itu…… Bahwa saya terpikir untuk membuka hutan dipuncak
gunung ini, yang barangkali saja akan menguntungkan.
Coba
kamu catat……( MEMANDANGI PANORAMA ) Wah, mari sini puteriku…….sungguh luar
biasa.
Alam
yang cantik. Kalian lihat yang berwarna biru
violet dan itu yang cemerlang ke hijau-hijauan.
Itu
air danau. Bagus sekali usul puteriku. Tidak salah. Puteriku benar benar
seorang pencinta keindahan.
PUTERI : Kalau papi mampu menyulap gunung gunung dan semua lembah daerah ini, kedua
danau yang indah itu, akan jadi daya pikat yang menguntungkan.
KOMANDAN : Disulap jadi apa ?
PUTERI : Kalau papi ingin dikenang sebagai orang nomor
wahid,
tiru
saja kepeimpinan Islam di jaman Abbassiyah,
yang
berhasil membangun Damaskus dan Negeri Baghdad.
Papi
bias menyulap gunung gunung menjadi sebuah kota ajaib.
KOMANDAN : Usul yang bagus.
ISTERI : Jangan semua gunung dijadikan istana. Sisakan
satu gunung untuk kita sekeluarga.
KOMANDAN : Ibumu bikin aneh lagi.
ISTERI : Tidak pernah setip permintaanku langsung di
terima.
KOMANDAN : Bukan begitu. Tadinya gunung yang ditumbuhi
hutan ini,
Harus
digundulkan untuk kepentingan villa.
ISTERI : Iya, Tapi akhirnya berkembang ingin
dikomersilkan
Untuk
di jual sebagai asset pariwisata. Begitukan ?
PUTERI : Memang begitu maksud Nora.
KOMANDAN : Dan papi mengabulkan seribu persen.
ISTERI : Itu kan
untuk kepentingan orang banyak ?
KOMANDAN : Tapi untuk
bisnis kita sendiri..
ISTERI : Saya perlu gunung sendiri dan mutlak menjadi
milik sendiri.
KOMANDAN : Mau berladang ?
ISTERI :
:Tidak tapi buat rumah.
KOMANDAN : Mau diapakan rumah rumah mewah kita dibeberapa
kota.
ISTERI : Buat rumah masa depan.
KOMANDAN : Kuburan maksudmu ?
ISTERI : Papi harus buatkan alkah yang tidak kalah dengan istana.
KOMANDAN : Pikiran yang bagus. Yaya, pappi baru terpikir,
bahwa pada akhirnya nanti setelah kita sudah tiada, orang orang akan rindu.
Orang orang akan dating beranjangsana.
ISTERI : Dan mereka harus ditrima dengan ruang tamu
yang ajaib. Biar semua orang kerasan dan mereka harus kagum melihat rumah masa
depan kita itu.
KOMANDAN : Ia…..catat ( KEPADA AJUDAN DAN SEKRETARIS )
Di
gunung sebelah sana,
untuk bangunan rumah tipe dua-satu.
BODIGAT SATU : ( BURU BURU
MENGHADAP ) Laporan.
KOMANDAN : Ada
tanda tanda ?
BODIGAT SATU : Ada pak. Ada tanda tanda yang mencurigakan.
KOMANDAN : Dimana ?
BODIGAT SATU : Disana. Dikaki gunung
sebelah sana.
KOMANDAN : Baik saya akan kesana. Kalian tidak usah ikut.
Tunggu disini. ( PERGI DIKAWAL BODIGAT )
PUTERI : Mami boleh saya ke air terjun disana ?
ISTERI : Di hutan banyak ular. Berbahaya.
PUTERI : Tapi Nora menyukai hutan dan air terjun.
ISTERI : ( KEPADA SEKRETARIS ) Kawal dia dengan baik.
Kalau perlu, gendong dia.
SEKRETARIS : Baik bu. Mari ( BERSAMA PUTERI PERGI )
ISTERI : ( TINGGAL BERDUA DENGAN AJUDAN ) Kalau kau
perkirakan, komandanmu itu, bias bertahan sampai kapan ?
AJUDAN : ( PEJUANG DUA ) Sulit meramal, kalau masih
berpegang kepada takdir. Kalau mau, di hutan ini adalah kesempatan yang baik.
Kita bias lakukan strategi yang bagus.
Kita
bikin sebuah kecelakaan. Orang orang tidak akan curiga. Sebab selagi pak Mardut
masih hidup, berapa banyak mantan pejuang seperti saya, yang merasa dirugikan.
Termasuk isterinya Halimah, yang sekarang ini hidupnya luntang lantung. Jadi
kalau bias menghabisi nyawa pak Mardut, sama nilainya dengan draw.
Kosong-kosong. Atau saya tembak saja dia ?
ISTERI : Jangan dulu. Kita akan kuras kekayaannya,
dengan menyulap hutan dan gunung gunung menjadi kota elit.
AJUDAN : Termasuk gunung untuk kuburan itu ?
ISTERI : Kuburan adalah rumah masa depan yang harus
dibangun dengan tatahan emas murni. Kuburan akan dikeramatkan, bila dikuburan
menyimpan banyak harta karun. Dan kelak, beberapa abad kemudian, orang orang
akan terus memburu dimana kuburan keramat itu.
AJUDAN : Yang dicari dan dikenang itu, kuburannya atau
orang yang dikuburkan disitu ?
ISTERI : Dua duanya.
AJUDAN : Baik. Kalau alkah itu sudah selesai, buatkan surat perintah, agar saya
bias dikuburkan disampingmu, juga puteri kita Nora.
TERDENGAR
SENADUNG SUARA NORA MENYANYIKAN SEBBBUAH LAGU KESAYANGANNYA.
BAGIAN LAIN LAGI
ORANG
ORANG BERGERAK RITMIS, SE IRAMA DENGAN ABAH ABAH DAN GENDERANG SI GILA. ORANG
ORANG ITU BERGERAK SAMBIL MEMBAWA PETI, YANG PADA AKHIRNYA TERHENTI DILUAR
KOMANDO SI GILA. TENTU SAJA SI GILA SELAKU KOMANDAN BARISAN JADI MARAH DAN
MENGOMEL. KARENA DILIHATNYA ORANG ORANG TERUS SAJA MAKAN, SI GILA JADI NAIK
PITAM. DIRAMPASNYA SEMUA KANTUNG KANTUNG
MAKANAN ITU, DAN DILAHAPNYA SENDIRI.
SI GILA : Gila ! Kalian melanggar perintah ! ( MERAMPAS
KANTUNG KANTUNG MAKANA DARI ORANG ORANG )
ORANG ORANG : ( BERGUMAM, MENGEJAR DAN
INGIN MERAMPAS HAKNYA KEMBALI )
SI GILA : Awas kalau berani dengan pimpinan. Saya cekal
kamu ! Makan melulu. Otak tak pernah kerja ! Apakah pemimpin tidak diberi
kesempatan untuk makan ! ? Saya manusia biasa yang perlu makan, perlu santai
dan perlu tidur.
Nah,
sebagai bawahan yang kerja Cuma makan melulu, duduk dan istirahat disitu. Jaga
peti keramat dengan meningkatkan kewaspadaan, sekaligus menjaga keselamatan
saya selaku pemimpin kalian. Saya perlu makan. Ya, semua pasukan, berjaaaga.
ORANG ORANG : ( MELAKUKAN TUGAS DENGAN GAYA SEORANG SERDADU YANG
BARUSAN DILATIH OLEH SI GILA)
SI GILA : ( MULAI MELAHAP MAKANAN. KELIHATANNYA TIDAK ADA TANDA TANDA BERHENTI.
DARI KANTUNG KE KANTUNG DISIKATNYA BERSIH )
ORANG ORANG : ( YANG KEBIASAANNYA MAKAN MELULU, KINI SETELAH MELIHAT MAKANAN
MILIKNYA DISIKAT HABIS, MULAI MELAKUKAN SIKAP DAN KERJASAMA HENDAK MEMBERONTAK.
TAPI SECARA TIBA-TIBA MEREKA DIKEJUTKAN
OLEH DATANGNYA PESUKAN BODIGAT MARDUT )
KOMANDAN : Jangan ada yang bergerak ! Siapkan unutk mati
!
SI GILA : ( SADAR AKAN BAHAYA, LALU BANGKIT DAN
MEMBERIKAN ABAH-ABAH ) Pasukaan, berbaris. ( MEMBUNYIKAN GENDERANG )
ORANG ORANG : ( MENGIKUTI ABAH ABAH DAN
MEMBUAT LINGKARAN SESUIA DENGAN KOMANDO SI GILA )
SI GILA : Maju jaaaaalan.
PASUKAN BODIGAT MARDUT AGAK RAGU JUGA
MENGHADAPINYA.
KOMANDAN : Siap untuk menembak !
SI GILA : Ambil senjataaaaa, gerak !
ORANG ORANG : ( REBUTAN AMBIL SENJATA
DAARI DALAM PETI KERAMAT. )
SI GILA : Pasukan, tiaaaaaarap ! Pasukaaaaan,
menemmmmmbak !
ORANG ORANG : ( TIARAP DAN MERAYAP SERTA
MENEMBA, DEGAN MENGANDALKAN SUARANYA, MENYERUPAI SUARA TEMBAKAN.
SI GILA : Pasukaaan, Lempar graaaaaaa….nat !
ORANG ORANG : ( SEOLAH MELEPAS SUMBU
GRANAT DENGAN GIGINYA, LALU MELEMPARKAN GRANAT GRANATAN YANG ADA DITANGANNYA )
PASUKAN : ( TENANG TENANG SAJA MELIHAT FANTASI ORANG
ORANG YANG DIPIMPIN OLEH SI GILA )
SI GILA : ( BANGKIT DAN MENELITI MEDAN PERANG )
Pasukaan, berdi……ri ! ( MENGONTROL ANAK BUAH) Ada yang gugur ? !
Barisaaaan,
diaaaa…….tur.
ORANG ORANG : ( MENYUSUN URUTAN BARISAN )
SI GILA : Kalian sudah saya ajari dengan bermacam cara,
agar bias bicara, dan megurangi
kebiasaan hidup untuk makan.
Ya,
hitung. Barisaaaaan, berhiiii…..tung !
ORANG ORANG : ( WALAUPUN KEDENGARAN
SEPERTI SUARA BERGUMAM, TAPI MASIH JELAS BILANGAN 1 sd. 10. ARTINYA KALAU ORANG
ORANG TERDIRI DARI 5 ORANG, AKAN BERJUMLAH LIMA PULUH )
SI GILA : Bagus, tidak ada yang mati. Tidak ada yang jadi
pahlawan. Tapi keberanian kalian saya puji ! Saya akan perjuangkan agar kalian
mendapat tempat yang layak disisinya.
Pasukaaan
istiraaa…..hat. Saya mau makan.
(
KEMBALI SI GILA MENYANTAPI SISA-SISA MAKANAN YANG ADA DI KANTUNG )
ORANG-ORANG: (KEMBALI NAIK PITAM. MEREKA MULAI BERGERAK DENGAN POTONGAN-POTONGAN
KAYU YANG ADA
DITANGAN. MEREKA TERUS INGIN MENGHABISI
NYAWA SI GILA.. SI GILA BERUSAHA MENGANDALKAN PERINTAH-PERINTAHNYA, TAPI
TIDAK DI GUBRIS)
SI GILA : Pasukaaan, tinggal di tem … pat ! ….. kalian
melakukan penyimpangan. Kalian bukan anak buah yang bak.. pasukaaaan tiaaaa ….
Rap ! (ORANG-ORANG TAK PEDULI) mau apa kalian. Kalian telah saya ajari almu
perang. Kalian saya ajari, cara bicara yang baik. Kalian tidak boleh berhianat
! jangan, jangan sakiti saya ! Saya
pemimpinmu ! Saya gurumu ! Aduh … oh, mati … ampun …. (MENGGELIAT. ORANG-ORANG
MEMBUKA KERUMUNANNYA, MAKA TAMPAKLAH SI GILA MENGGELEPAR-MENGGELEPAR)
(MENCOBA
BANGKIT) Putus cerita, muncul cerita. Tercerita, maka, matilah saya (SI GILA MENCARI
TEMPAT YANG BAIK, LALU MATI )
MUNCUL ISTERI BERSAMA AJUDAN, NORA DAN
SEKRETARIS.
ISTERI : ( MELIHAT KEARAH PETI ). Apakah peti itu yang
papi maksudkan ?
KOMANDAN : ( KEPADA
PARA BODIGAT ) Ambil peti itu.
PASUKAN : ( BERGERAK )
ORANG ORANG : ( MENYATUKAN DIRI, DAN
MEMANDANGI PASUKAN DENGAN JALANG )
KOMANDAN : ( MELIHAT PASUKANNYA
RAGU ) Apa yang ditakutkan. Mereka orang orang lemah. Kalau perlu habisi
mereka.
PASUKAN : ( TERUS
BERGERAK MAJU DAN LANGSUNG MENGUASAI PETI. PETI ITU DILIHATNYA KOSONG).
BODIGAT SATU : Peti ini kosong .
BODIGAT DUA : Kenapa kosong ?
BODIGAT SATU : Ya, kosong .
BODIGAT DUA : Mana isinya ?
BODIGAT SATU : Mana saya tahu.
BODIGAT DUA : Kenapa tidak tahu ?
BODIGAT SATU : Bertanya melulu !
KOMANDAN : Cepat diangkat.
BODIGAT SATU : Kosong pak.
KOMANDAN/ISTERI : Kosong ? ( SEGERA MENDEKATI PETI ) Gila ! …….
(
MENDEKATI ORANG ORANG ) Kalian tahu, dimana isi peti itu ?
ORANG ORANG : ( MENGGELENG KEPADA )
KOMANADAN : Kalau kalian tahu, atau ada yang menyimpannya,
saya akan bayar berapa saja. Atau kalau kalian perlu rumah bagus, saya akan bangunkan dihutan ini, termasuk dengan
jalan dan WC segala. Kalian tahu ? ( ORANG ORANG TETAP MENGGELENG ) Atau waktu
kalian temukan peti ini, apa saja isinya ?
ORANG ORANG : ( PERKELOMPOK MENJAWAB )
Kosong…..kosong.
KOMANDAN : Kosong ?
YANG LAIN : Kosong ?
SEMUA PADA MELONGO. TAK SEORANGPUN YANG BISA BICARA, KARENA BENDA KERAMAT YANG
DIBURU BURU SELAMA INI, HANYA TINGGAL PETI KOSONG.
B A G I A N B E R I K U T
DITEMPAT YANG SERBA MEWAH DAAN ELIT, YAKNI RUMAH
GEDUNGNYA KOMANDAN MARDUT. KOMANDAN
MARDUT MARAH MARAH, DI HADAPAN PASUKAN BODIGATNYA.
KOMANDAN : Semua jadi sia-sia. Berapa saja habisnya dana
untuk pengeluaran sejumlah pasukan, sementara keuntungan tak pernah diperoleh.
Sial ! Kerja bisnis yang merugian.
BODIGAT SATU : Apa mungkin dilacak lagi pas ?
BODIGAT DUA : Kenapa dilacak ?
KOMANDAN : Masih belum puas dengan dana milyaran itu ?
BODIGAT DUA : Kammu kemanakan dana
sebanyak itu ?
KOMANDAN : ( MENDEKATI BODIGAT DUA ) Yang punya duit,
kamu atau saya ?
BODIGAT DUA : Kenapa tidak bos marahi
saja dia. Tidaklah lebih baik, dipecat saja bos ?
KOMANDAN : Bicara dengan kamu, menghabiskan waktu melulu.
BODIGAT DUA : Kenapa habis waktu bos ?
KOMANDAN : ( MEMANDANG DENGAN GERAM )
BODIGAT SATU : Usul bos. Kalau ditambah
satu milyar lagi, isi benda keramat itu, pasti akan kita dapatkan.
BODIGAT DUA : ( MAU NGOMONG, TAPI
DIBUNGKAM BODIGAT SATU )
BODIGAT
SATU : ( MENUTUPKAN TAPAK TANGAN NYA KEMULUT BODIGAT DUA ) Tidak usah
bertanya.
BODIGAT DUA : ( MENYISIHKAN TANGAN
BODIGAT SATU ) Kenapa kau sumbat mulut saya ? Saya bertanya, kenapa kau bungkam
saya ?
TEDENGARKERIBUTAN DIPINTU DEPAN. DENGAN BERGEGAS PEMBANTU
MASUK DAN MELAPOR.
PEMBANTU : Gawat pak.
KOMANDAN : Ada
apa ?
PEMBANTU : Orangnya kotor dan beringas pak. Dengan kasar
mencaci maki saya, dan memaksa saya agar menyerah.
BODIGAT DUA : Kenapa menyerah ?
KOMANDAN : Siapa mereka ?
BODIGAT DUA : Ya, siapa mereka ?
KOMANDAN : ( MEMANDANG JENGKEL KEPADA BODIGAT DUA YANG
IKUT-IKUTAN BERTANYA )
PEMBANTU : Katanya mereka
teman bapak seperjuangan. Mereka orang orang memal pak. Mereka menerobos
masuk dan mungkin sudah diruang depan.
BODIGAT SATU : Saya akan tembak mereka.
KOMANDAN : Jangan. Saya mau tahu siapa jagauan itu.
BODIGAT DUA : Apa benar mereka jagauan
bos ?
TAMU : ( PEJUANG SATU DAN PEJUANG TIGA , MASUK DENGAN
KASAR DAN SAMBIL MEMAKI PEMBANTU )
PEJUANG SATU : Dikiranya saya ini siapa ?
PEJUANG TIGA : Cecunguk busuk ! Pernah
lihat kambing disembelih ? !
PEJUANG SATU : Orang ini belum tahu,
bagaimana Tuganal memotong leher mata mata Belanda.
BODIGAT SATU : Siapa kalian ?
BODIGAT DUA : Kenapa bertanya ?
PEJUANG SATU : ( SETELAH BERPANDANGAN
DENGAN PEJUANG TIGA, LALU KETAWA KURANG AJAR )
Dia
bertanya siapa kita. Hahaha……Apa cuma bapak komandan yang dikenal orang ? Mau
tahu, siapa saya ?
Mantan
laskar dijaman revolusi. Algojo Utuh Ganal.
PEJUANG TIGA : Dan saya sekalipun nama
saya TUHALUS atau si Utuh Cilik. Tapi soal senjata tidak ada bandingannya.
BODIGAT DUA : Mau tanding senjata ?
BODIGAT SATU : Saya peringatkan, sebelum
senjata saya ini, membunuh kalian, lebih baik kalian tinggalkan ruangan ini.
PEJUANG SATU : ( MENNTANG ) Mengusir saya
ya.
BODIGAT DUA : ( TAMPIL MENGHADAPI )
Apa sebenarnya, maumu ? !
PEJUANG TIGA : ( TERIAK SEPERTI SEORANG
KOMANDAN ) Tembaaak ? !
KOMANDAN : Tempat ini, bukan di hutan.
PEJUANG TIGA : ( MELIHAT KOMANDAN DENGAN
GUGUP ) Oh, maaf pak komndan. ( MEMBERI ABAH ABAH ) Barisan, bersii….ap !
Hormat
pada komandaaan….ge……rak. (MENGHORMAT DIIKUTI PEJUANG SATU )
PEJUANG SATU : Laporan. Kami dating dari
gunung. Dua hari duduk dimuka pagar depan. Tujuan mau bertamu pak komandan.
Laporan selesai.
PEJUANG TIGA : Tambahan. Uang tak punya,
dan hari ini belum makan. Selesai.
PEJUANG SATU : Selesai ( BERHENTI MENGHORMAT )
KOMANDAN : Komandan apa yang kamu maksud.
PEJUANG SATU : Bapak.
KOMANDAN : Bapak siapa ?
PEJUANG SATU : Bapak Mardut.
KOMANDAN : Bapaknya Mardut, sudah lama mati.
PEJUANG SATU : Itu berita bohong ! Bapak
Mardut, adalah komandan kami. Beliau kami cintai. Dan beliau ada dihadapan
kami.
KOMANDAN : Usir orang orang ini.
PASUKAN BODIGAT MEMAKSA PEJUANG SATU DAN
TIGA KELUAR.
BERBARENGAN DENGAN ITU,
MASUK IBU, DIKAWAL OLEH SEORANG PEMUDA.
IBU : Lepaskan mereka. Mardut, sudah lupa pada
Tuhalus dan Tuganal ?
KOMANDAN : Dan
kamu siapa ?
PUTERA : Dia yang ibu maksudkan ?
IBU : Mungkin ibumu keliru.
KOMANDAN : Usir mereka semua !
BODIGAT YANG LAIN MENYERET IBU DAN PUTERA.
SEMENTARA ITU MUNCUL ISTERI DALAM LAGAK
ORANG MODERN.
ISTERI : Lepaskan mereka. Dirumah ini saya yang
berkuasa. Hadapkan mereka kehadapan saya.
(SETELAH
MEMPERHATIKAN SATU PERSATU , LALU BERTANYA PADA KOMANDAN) papi kenal orang orang kotor ini ?
KOMANDAN : Mereka orang lancang dan tidak tahu adat.
Karena itu mereka saya usir.
ISTERI : Dan kamu (PADA IBU) dengan maksud apa datang
kemari
IBU : Tidak bermaksud apa apa. Cuma kesasar.
ISTERI : Dan kamu berdua, apa juga kesasar ?
PEJUANG SATU : Tadinya saya ingin ketemu
pak Mardut yang kaya raya. Rupanya saya salah alamat. saya tidak mengira yang
saya temui sekarang, malah pak Mardut yang miskin iman.
ISTERI : Tepat sekali. kalian memang kesasar kealamat
yang salah . Disini tidak ada yang bernama Mardut.
DENGAN TIDAK DISANGKA , MUNCUL UTUH BATUNG , ALUH BUNGSU DAN
LELAKI YANG MEMBAWA KERANJANG. ISTERI JADI BERANG
ISTERI : Apa di pos jaga tidak ada Satpam ?
UTUH BATUNG : Dua orang Satpam di
depan, sudah kami amankan. Satpam itu masih
anak muda, yang tahunya hanya berlagak, tapi tidak tahu sopan santun.
Pak Mardut. Kalau ingin mendapatkan petugas yang baik, carilah orang yang
berpengalaman perang. Paling tidak, mereka akan mengerti arti kesetiaan dan
harga Tanah-Air.
ISTERI : Dirumahku ini, tidak ada yang bernama Mardut.
Kalian memang orang orang kotor, busuk dan bau !
KOMANDAN : ( KEPADA PASUKAN BODIGAT ) Kalian pengawal
edan ! Usir mereka !
LELAKI : Sebentar. ( MENEMPATKAN KERANJANGNYA DIPOSISI
YANG MENONJOL. ) Kami ini datang kemari, ingin menawarkan sesuatu. Tadinya mau
menjual hutan dan gunung gunung yang sering bapak kunjungi dengan pesawat
helicopter.
Tapi
terpaksa saya batalkan, karena peti keramat yang kami miliki, telah bapak
rampas dari tangan rakyat. Seharusnya tidak boleh. Peti keramat itu milik kami
bersama rakyat yang masih belum sempat menikmati kemerdekaan selama ini. Tapi
apa boleh buat, kami terpaksa menuntut, karena bapak bukan orang yang kami
maksud. Andai bapak adalah mantan
komandan kami yang bernama Mardut, maka semuanya akan kami relakan. Bahkan isi
peti keramat yang saya amankan didalam keranjang keramat saya ini, akan kami
serahkan semuanya.
KOMANDAN : ( TERGERAK INGIN MEMILIKI ) Apa ? Kamu ambil
semua isi peti keramat itu ?
UTUH BATUNG : ( KAGET ) Semua isinya
ada pada kamu ? begitu lama kau rahasiakan.
LELAKI : Bapak telah dapatkan petinya, dan saya kuasai
isinya.
Kita draw pak. Draw berarti kosong lawan
kosong.
Tapi
karena bapak bukan mantan komandan kami dan bukan .
LELAKI : Bapak telah dapatkan petinya, dan saya kuasai
isinya.
Kita
draw pak. Draw berarti kosong lawan kosong. Andai kata tempatnya sebuah tong, tentu yang bapak
punyai sebuah tong kosong, yang nyaring bunyinya. Tentu bapak tidak tertarik
pada isi yang saya miliki, karena bapak tidak ada kepentingannya. Dalam hal
ini, penawaran atas seluruh isinya, saya batalkan.
KOMANDAN : Itu tidak betul. Kamu boleh berpendapat
demikian.
Karena
isi yang kamu miliki itu, sangat berarti
Bagi
sejarah perjuangan, saya sebagai warga negara
Punya
hak menyelamatkannya. Berapa harga yang
Kau
minta. Satu milyar, Dua milyar atau sebut saja.
ISTERI : Dan hutan serta gunung-gunung yang kamu maksud,
Kalau
memang akan dijual, akan kami beli.
PEJUANG TIGA : Inilah yang disebut
kemerdekaan.
ALUH BUNGSU : Kita jadi kaya, ayah.
UTUH BATUNG : Alhamdulillah, akan
terkabulkan cita-citaku.
IBU : Boleh saja lihat istrinya ?
LELAKI : Apapun yang ibu minta saya akan patuhi. Saya
selalu patuh pada ibu Halimah, sebagai ibu komandan Mardut yang kami cintai.
PEJUANG SATU : Ibu komandan yang baik.
Ibu Halimah, si Macan Betina dari Hulu Sungai. Mari bu, silahkan.
LELAKI : Semuanya saja, yang penting bagi semua mantan
Grilyawan.
KOMANDAN : Kuperingatkan. Kalau memang mau dijual, jangan
sampai kalian ganggu isinya.
LELAKI : Sebelum dijual, perlu diperiksa keasliannya
pak.
AJUDAN atau DISEBUT PEJUANG DUA, MUNCUL
BERSAMA PUTERI.
AJUDAN : Apakah saya tidak bermimpi ?
PEJUANG TIGA : Dukmar !
PEJUANG SATU : Merdeka !
AJUDAN : Kalimantan.
Merah
IBU : Putih. Belanda !
PEJ. SATU, TIGA, DUA :
Kafir !
IBU : Mata-mata
PEJ. SATU, TIGA, DUA : sumbalih.
merdeka !
Bum
maladum
Senapang
masin Mandantum
Musuh
harus dihukum gantung 2 X
AJUDAN : Wah,wah ( SAMBIL MENYALAMI ) Tidak disangka.
IBU : Kupikir engkau temukan peti keramat itu,
Kemudian
jadi orang kaya.
AJUDAN : Dugaan saya sngguh tepat. Peti keramat yang
kita cari cari itu, sudah terkubur oleh
waktu.
LELAKI : Tapi nyatanya peti itu ada disini. Jatuh
ketangan orang Asing.
UTUH BATUNG : Kamu jadi orang hebat,
Dukmar.
AJUDAN : Berkat jasa baik komandan kita.
PEJUANG SATU : Komandan kita ?
KOMANDAN : ( SEGERA MEMUTUS ) Cepat kamu taruh, berapa
harganya.
IBU : Dan anak gadis ini, puterimu ?
KOMANDAN : Dia satu satunya anak kandung saya.
PUTERI : Tak ada orang lain. Beliau papi saya.
IBU : Sebentar ( MENCARI SESUATU DIDLAM KERANJANG
SAMBIL MENGOMENTARI. BEBERAPA BENDERA DIURAKKAN, SAMBIL MENYEBUT NAMA PASUKAN
YANG DIINGAT DAN DIKENALNYA ) Hampir semua bendera pasukan ada disini. Dan ini,
ALRI DIVISI EMPAT PERTAHANAN KALIMANTAN. O,ya, catatan itu ( BERNAFSU
MENDAPATKANNYA. AHIRNYA IA TEMUKAN DAN IA PERHATIKAN LEMBARAN LEMBARAN YANG ADA DITANGANNYA, LALU IA
PANGGIL PUTERANYA ) Jantan.
PUTERA : ( MENDEKAT ) Ada apa itu ?
IBU : Tolong kamu bacakan yang ini ( MEMBERIKAN )
PUTERA : Baik bu. ( MEMULAI MEMBACA )
Buat
sementara jabatan komandan, diserahkan
Kepada
Utuh Batng.
IBU : Oh, bukan itu. Barangkali yang ini (
MEMBERIKAN LEMBARAN YANG LAIN, DAN MENGAMBIL
LEMBARAN YANG SUDAH ADA DITANGAN PUTERANYA ) Yang ini sambungnya. Dan
akan dibaca juga. O, ya. Saya lupa. Saya kenalkan, ini namanya Jantan. Seorang
Insinyur kehutanan. Dia barusan datang ke Kalimantan
mencari kedua orang tuanya. Dia ini satu satunya putera saya dengan pak Mardut.
Ia dilahirkan sebelum perang bergolak.
Dia putera saya, yang lahir sebelum ayahnya Mardut terkena tembak di ari-ari.
UTUH BATUNG : O, jadi dia, yang dijaman
perang tempo dulu,
Ibu
Halimah titipkan sama pengusaha ?
PUTERA : Saya dibesarkan dipulau Jawa. Saya di asuh
dan disekolahkan oleh orang tua angkat
saya. Sempat mengecap pendidikan di Negeri Belanda.
UTUH BATUNG : Wah, wah. Luar biasa.
Sudah berkeluarga ?
PUTERA : Bellum.
UTUH BATUNG : Anak bujangan rupanya.
Sungguh beruntung.
O,
ya, saya punya seorang gadis yang lahir
di-
Tengah
hutan. Waktu itu perang terus
berkecamuk.
Saya
selalu menggendongnya, sambil menembaki
musuh, dan dia teap selamat. Namanya Aluh Bung-
su
( MENDEKATI ANAKNYA DAN MENYURUHNYA BERKENALAN ) Ayo berkenalan.
ALUH BUNGSU : ( AGAK MALU MALU SAMBIL
BERSALAMAN)
PUTERA : ( DALAM BERPEGANG TANGAN ) Namanya ?
ALUH BUNGSU : ( AGAK MALU MALU DAN
TERSIPU SIPU ) Aluh Bungsu.
PUTERA : Siapa ? Ulangi sekali lagi.
UTUH BATUNG : Dia puteri saya paling bungsu. Karena itu kunamakan dia si Bungsu. Tapi teman teman
seperjuangan menyebutnya,
LELAKI : Aluh Bungas.
PUTERA : Dan saya Jantan. Mudah di ingat kan ?
PUTERI : ( TAK MAU KETINGGALAN. DENGAN LINCAHNYA IA
KENALKAN DIRINYA, DENGAN MENGULURKAN TANGAN )
Saya
Nora. Lengkapnya Noralita.
IBU : Bapak itu,
ayahmu ?
PUTERI : Beliau papi saya.
KOMANDAN : Dia anak tunggal saya.
IBU : Begitu
? Masih bisa punya anak ?
ISTERI : Apa pula maksudmu ?
IBU : ( TAK PERDULI DAN MEMINTA JANTAN AGAR
MENERUSKAN MEMBACA ) Coba kamu baca yang ini.
PUTERA : Dengan bergabungnya seluruh pasukan gerilyawan
kedalam kesatuan ALRI DIVISI EMPAT PERTAHANAN KALIMANTAN, Belanda jadi kalap.
Pertempuran terus terjadi dimana-mana.
Satu
pertempuran sengit, antara pasukan komandan Mardut denngan Belanda, terjadi
didaerah Selatan.
Mardut
yang bahu membahu dengan bininya bernama
Halimah, akhirnya terkena tembak juga. Satu peluru bersarang di ari-ari Mardut.
Halimah bininya telah membawa mundur
ketempat persembunyian dan merawatnya. Jabatan komandan sementara, diserahkan
kepada,………………
PEJ.SATU, TIGA : Utuh Batung.
PUTERA : Betul. Diserahkan kepada Utuh Batung. Tiga
orang anak buah Mardut yang paling setia, Tuhalus, Tuganal dan
PEJUANG TIGA : Dukmar. Betul itu.
PUTERA ; Boleh saya teruskan.
PEJUANG SATU : Terus. Itu cerita benar dan
mengasyikan.
PUTERA : Ketiga orang ank buah yang amat setia itu,
meneruskan perkelahian dengan gagah berani. Pejabat sementara komandan, yakni
Utuh Batung, tak pernah gentar ditengah hujan peluru, sekalipun Uth Batung
sambil menggendong puterinya yang kehilangan ibunya. Terus,
IBU : Dan lembaran ini ( MENYERAHKAN LEMBARAN YANG
LAN )
PUTERA : Komandan Mardut akhirnya menderita lumpuh. Isterinya
Bininya Halimah yang bergelar Mancan Batina, telah menyembunyikannya didalam
hutan sambil mencarikanmakan se hari hari. Akibat peluru yang bersarang di
ari-ari, komandan Mardut selain mengalami kelumpuhan juga menyebabkan,……..
KOMANDAN : Cukup
sampai disitu. Sekarang terus harga, berapa ?
LELAKI : Saya tidak akan menaruh harga, sebelum
sipembeli
tahu
isi yang sebenarnya. Dan sekarang harus
kita
manfaatkan
orang pinter yang ada dihadapan kita.
IBU : Begitu banyak isinya. Dan ini ( MENGAMBIL PISTOL
) O…ya, ini memang pusaka. Dibuat
sendiri oleh orang dari Negara Hulu Sungai. Masih bagus, dan pelurunya juga
lengkap. ( MENODONGKAN KEBEBERAPA ARAH ) Berapa orang saja yang mati lewat
pistol saya ini.
(
MENDEKATI KOMANDAN ) Kamu bukan Mardut, kan
? Kenapa begitu bernafsu ingin memiliki dokumen ini. Mau dibakar ?
PEJUANG DUA : Siapa yang meragukan bos
saya, sebagai seorang pejuang. Beliaulah Mardut suaminya bu Halimah, yang
dijaman perang, adalah komandan kita.
PEJUANG TIGA : Apa, iya ?
ALUH BUNGSU : Disini tak ada yang
bernama Mardut.
PEJUANG DUA : Siapa yang bilang.
ALUH BUNGSU : Nyonya itu.
PEJUANG ATU : Saya yakin, bahwa saya
tidak salah alamat. Siapa yang tidak kenal dengan milyoner Mardut.
IBU : Apa kamu tidak salah Dukmar ?
PEJUANG DUA : Karena saya dianggap
sebagai anak buah yang paling setia,
lalu saya diangkat sebagai pendamping beliau.
PEJUANG TIGA : Juga saya. Karena rasa
kesetiaanlah, menyebabkan saya meninggalkan desa, dan ingin menemui mantan
komandan.
IBU : Kalau bosmu itu betul Mardut yang terkena
peluru di ari arinya, maka gadis ini, tak mungkin puteri kandungnya.
PUTERI : Ibu jangan mengigau.
IBU : Ibu tidak mengigau, nak. Ibu lebih tahu
kelaki-lakian lelaki Mardut.
KOMANDAN : Hentikan omong kosong itu !
PUTERI : Mami, apa benar, yang diomongkan ibu tua itu ?
KOMANDAN : Saya minta agar kalian tinggalkan rumah saya
ini !
PUTERI : Kenapa mami diam saja ? Bicaralah……/ mami (
MENANGIS )
ISTERI : Kalian telah menghancurkan jiwa anak saya.
Kalian biadab !
LELAKI : Kita harus sanggup menerima akibat dari
kebenaran. Ini baru permulaan dari ungkapan sejarah, dan cuma secuil. Isi
keranjang ini akan membongkar habis rahasia orang ternama di Negara ini.
PUTERI : Mami ( TERUS MENANGIS )
ISTERI : Nora anakku. Nora memang anak mami. Anak kandung.
PUTERI : Tapi siapa ayah Nora yang benar ?
IBU : Hanya mamimu sendiri yang bisa menjawab.
PUTERI : ( MASIH MENANGIS ) Mami, katakan…………...
ISTERI : ( TETAP TERDIAM )
KOMANDAN : Rumah tangga kami jadi kacau ! Sebagai pigur
pejuang seperti kalian, tidak selayaknya
menghancurkan rumah tangga kami.
IBU : Bagi saya, lebih baik hancur rumah tangga,
dari pada Negara hancur berantakan.
KOMANDAN : Sudah Nora. Kamu memang anak kandung papi.
PUTERI : Bohong ! Papi berbohong ! Papi bukan ayah kandung Nora !
KOMANDAN : Nora tidak boleh menyakiti hati papi.
IBU : Sudah saatnya, menumpas kebohongan dan ke pura
puraan. Kita mantan pejuang, sebentar lagi akan masuk liang kubur.
Jadi
sudah seharusnya kita wariskan yang bagus bagus itu. Nyonya sungguh beruntung,
menompreng kenyamanan lewat seorang pengusaha
sukses. Mencicipi isi syorga, tampa
berjuang seperti kami. Tapi sayang
Nyonya sudah lupa diri, lupa
mensyukuri nikmat Tuhan. Bahkan sampai hati mendustai dan menodai kemerdekaan
selama ini, dengan memainkan sandiwara yang bertemakan penghianatan.
ISTERI : (BERANG) Jangan sembarangan. Omonganmu kotor
dan memfitnah !
IBU : Tanya Suamimu,
apakah kamu seorang yang jujur. Dan suamimu juga banyak dosa, karena
membiarkan orang-orang dibelakangnya. Kasihan anakmu yang masih remaja. Telah
kau wariskan ketidak jujuran kepada puterimu yang sebenarnya akan menjadi
generasi pewaris.
Kamu
harus katakan sendiri, siapa ayah kandung puterimu.
PUTERI : (MENAHAN TANGISNYA DAN MASIH TERSEDU-SEDU) Ya
,mami harus jujur pada Nora. Nora siap menerimanya.
PEJUANG DUA : (SECARA TIBA-TIBA)
Sayalah ayah kandungnya.
SEMUANYA : (JADI KAGET)
KOMANDAN : (MENEKAN RASA MARAHNYA, KEMUDIAN DENGAN GERAM
IA MEMBELAKANGI ORANG-ORANG)
IBU : (MENDEKATI DUKMAR) Dukmar, kamu balas air susu
dengan air tuba.
PEJUANG TIGA : Sama dengan pagar makan
tanaman.
PUTERI : Mami, benarkah om Dukmar, papi kandung Nora ?
ISTERI : Ibu berbuat, karena,
KOMANDAN : Tidak usah ngomong ! Memalukan ! (DENGAN
TIBA-TIBA MENEMBAK ISTERI. DAN SI ISTERI MENGERANG DAN TERHUYUNG-HUYUNG)
PEJUANG DUA : ( JADI KAGET DAN
MERANGKUL ISTERI DISAMPING TANGIS
PUTERI )
ISTERI : ( TERKULAI DAN MATI )
PEJUANG DUA : ( GERAMNYA TERTUJU PADA
KOMANDAN ) Bos tembak dia ?
(
MENODONGKAN PISTOLNYA INGIN MENEMBAK)
IBU : ( YANG DARI TADI MEMEGANG PISTOL CEPAT BERTINDAK DENGAN MELETUSKAN PELURUNYA PADA PEJUANG DUA )
PEJUANG DUA : ( MATI SEKETIKA )
PEJUANG TIGA : Dua mati, yang lainnya
selamat.
PEJUANG SATU : ( SIKAP SEORANG KOMANDAN BARISAN ) Semuanya. Kepada komandan beri
hor…..mat !
KOMANDAN : ( MENDEKATI IBU DAN MENGAMBIL PISTOL DITANGAN
YANG TERKULAI ) Jangan merasa bersalah. Halimah, tekad juangmu, telah kau
tegakkandengan benar. Orang seperti dia, sama
Dengan
musuh dijaman perang. Dan orang seperti itu, harus dibunuh ! saya bertanggung
jawabatas kematian dua orang ini. ( MENDEKATI JANTAN ) Maafkan ayah.
PUTERA : Ayah ( MERANGKUL )
KOMANDAN : ( MENGGANDENG JANTAN DAN MENDEKATI PUTERI )
Nora,……………..
Nora
akan selamanya menjadi anak papi. Nora…..jantan
JANTAN : Ya, papi.
KOMANDAN : Ayah akan bernanggung semua resiko. Selama
ayah berurusan dengan hokum dan mungkin juga penjara, tinggallah dirumah ini.
Dan ibumu harus kau jaga sambil menunggu
ayah kembali.
Dan bagi
Utuh Halus, Utuh Ganal, Utuh Batung dan
kau yang berjasa dlam menyelamatkan harta sejarah….,kuang- kat kembali sebagai
pasukan penyelamat rumah tangga disini.
ALUH
BUNGSU : Ayah, inilah hati nurani
yang benar ayah.
UTUH
BATUNG : Inilah artinya kemerdekaan.
LELAKI : Bukan semu, tapi nyata.
HALIMAH : Mardut.
Tawaran untukku, kembali tinggal serumah, sebagai suami isteri…..rasanya ingin
kupertimbangkan lagi.
KOMANDAN : Halimah ( hampir berbarengan dengan kekagetan yang
lain) Halimah, secara jujur, ucapanku itu, berdasarkan sentuhan cinta bukan
mengada-ada. Aaku malu dan kurang adil bila aku sendiri yang kaya, sementara
prajurit yang mengangkat namaku sebagi pahlawan perang, kubiarkan hidup
dibarisan kemiskinan. Kekayaanku adalah kekayaan kalian. Dan………..kau, tidak
boleh menolaknya.
NORA : ( SETELAH MEMANDANGI IBU, LALU MERANGKULNYA )
Ibu………….
KOMANDAN : ( KEPADA PARA BODYGUARD ) Selanjutnya untuk
kalian…..Maaf kalau hasil jerih payahku,
sudah tak mampu lagi membayar tenaga kerja kalian. Upah kalian telah menyita
banyak uangku, tanpa kalian merasa berhutang budi pada saya. Sikap pamrihmu,
sangat menyakitkan hati. Untuk itu, mulai hari ini, saya bebas tugaskan.
(
SEMUA BODYGUARD TERKEJUT DAN INGIN PROTES, TAPI TIBA-TIBA TERDENGAR GENDERANG
ORANG GILA )
SI GILA : ( MUNCUL DENGAN TINGKAH LAKU YANG ANEH TAPI
PASTI ) Disini rupanya terjadi persekongkolan yang meragukan jalannya
kemerdekaan. Sebuah komplotan yang perlu dicurigai yang kemungkinan besar ingin
membangun sebuah negara yang bernafsu membuang niali…perjuangan bangsa…..(
GENDERANG ) pagat cerita, timbul cerita.
Mana itu peti ! peti itu mana ? kurang faham ? peti yang saya cari itu,
adalah peti keramat, peti dengan isinya yang keramat ! paham atau tidak ! Baik
! pasukan………masuuuk !
ORANG ORANG : ( DENGAN LANGKAH DAN LAKU
YANG LEBIH UNIK, MENGHADAP DAN SIAP MELAKUKAN PERINTAH )
SI GILA : Lacak dan gledah seluruh isi rumah ini. Cari
sampai dapat, harta karun yang keramat itu !
ORANG ORANG : ( MENYEBAR MASUK DAN TAK
LAMA MUNCUL MENGGOTONG PETI )
SI GILA : Itu dia. Betul itu dia peti kita. Dan itu……( MELIHAT LELAKI MAU MERAMPAS ISINYA, TAPI
DIREBUT DULUAN OLEH ANGGOTA PASUKAN SI GILA ) Jngan biarkan. Rampas saja. Ya.
Masukkan ke asalnya.
ORANG ORANG : Ini semua bukti perang.
Karena bukti inilah yang bikin
sebab kalian baku
tembak. Nah, demi keselamatan
orang- orang yang ingin mengatur,
menata negara dan kerukunan rakyatnya,
semua harta karun ini akan kami museumkan
di negeri kami yang tak pernah punya nama. Pasukan…….
KOMANDAN : Pengawal ( TERANGSANG EMOSI INGIN MEREBUTNYA,
LALU MEMERINTAHKAN BODYGUARD, MEREBUTNYA ) Pertahankan peti keramat itu !
BODYGUARD : ( MEMBERI KODE TEMANNYA, LALU MAJU SEPERTI
SIAP MENEMBAK )
SI GILA : Karena peti keramat itu milik kita, kalian
harus per- tahankan sampai titik
darah yang penghabisan. Lawan
mereka.
ORANG ORANG : Siap ! ( MENGOKANG SENJATA
)
BODYGUARD : ( JUSTERU MENYERAHKAN SENJATA DAN LANGSUNG
MENUJU PINTU KELUAR )
KOMANDAN : Kalian memboikot saya ?
ORANG ORANG : ( MENODONGKAN SENJATANYA
KEPADA BODYGUARD )
BODYGUARD : ( SETELAH MENCEMOOH, LALU TERDESAK KELUAR
PINTU )
KOMANDAN : Dan kalian sebagai regu penyelamat, tidak
ingin mem- pertahankannya ?
LELAKI : Bukan hak saya, semua itu miliknya rakyat.
Merekalah yang berhak menghakimi
kita kelak.
HALIMAH : Lita harus menjadi orang siap menerima
koreksi rakyat.
SI GILA : Ya, betul. Kita adalah rakyat, semua
pasukan……bergerak. ( SI GILA DAN ORANG ORANG MELENYAP DITITIK LENYAP SEMENTARA
MARDUT DAN SELURUH ISI RUMAH, MEMANDANG PERISTIWA ITU SEBAGAI MIMPI SEJENAK ).
Banjarmasin, 17 Juni
1995.
CATATAN : TELAH
DIPENTAS UJI, DI BANJARMASIN, DI SURAKARTA, YOGYA, TANGERANG DAN SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR.
Banjarmasin, juli 1996.
PERGELARAN TEATER
SANGGAR BUDAYA
KALIMANTAN SELATAN
REFLEKSI SETENGAH ABAD KEMERDEKAAN R.I
PEMENTASAN DI KOTA – KOTA
BANJARMASIN – KALSEL
SURAKARTA – JATENG
YOGYA – D.I. YOGYAKARTA
G A L E R Y B E S A R
Tidak ada komentar:
Posting Komentar