Senin, 20 Februari 2012

KOSONG-KOSONG


DRAMATIC PERSONAL
1.      KOMANDAN MARDUT
2.      IBU HALIMAH
3.      ISTERI
4.      PUTERA
5.      PUTERI
6.      PEJUANG SATU
7.      PEJUANG DUA (AJUDAN)
8.      PEJUANG  TIGA
9.      SI GILA
10.    UTUH BATUNG
11.    ALUH BUNGSU
12.    LELAKI
13.    BODIGAT SATU
14.    BODIGAT DUA
15.    ORANG SATU
16.    ORANG DUA
17.    ORANG EMPAT
18.    ORANG LIMA
19.    ORANG ENAM
20.    ORANG-ORANG LAIN
21.    ANGGOTA PASUKAN BODIGAT

 

CINTAKU
DENDAM DAN BENCIKU
KEPADA YANG INGKAR
DAN YANG MUNAFIK




























KOSONG-KOSNG

Diangkat dari SAMPAH NEGERI dan BUMI KERETA
ADJIM ARIJADI

Bagian Awal      :
Di tanah perjuangan, seusai perang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Segerombolan pejuang, erat bersatu menyelamatkan peti-Dokumentasi yang di keramatkan. Dalam perjalanannya yang jauh dan melelahkan, akhirnya terhenyak dan terlena disuatu tempat. Keadaan diam yang berkepanjangan, bergulir diatas waktu yang membosankan dan membingungkan.
Komandan               :  (MEMAKSA DIRI BANGKIT DAN MEMERINTAHKAN PASUKANNYA AGAR BERGERAK)
Ayo, bangunlah. Bangkitlah. Perang sudah usai. Negara kita sudah ditata oleh orang-orang pinter. Dan tugas kita menyatukan diri, mendukung orang-orang yang menata Negara. Tapi rasia mereka dan rahasia kita, ada pada kita.peti itu …… peti keramat dan harus diselamatkan. Ayo bangunlah.Bangkitlah. Perang sudah usai. Kita gotong  peti keramat itu. Mari …… (TAPI SEMUANYA PADA LELAP). Tak ada yang berdaya.baik, baik. Matilah kalian dalam pagutan kesetiaan. Tapi …… (MENELITI LINGKUNGAN SEPERTI SEORANG MALING) Kesempatan yang baik (DENGAN HATI-HATI MELEPASKAN TANGAN-TANGAN YANG MEMAGUT PETI, LALU MENCOBA MENARIK DAN MEMIKULNYA,TAPI KEKUATANNYA SUDAH HABIS)
Ah, masa bodoh (PUTUS ASA) Benda ini, tidak akan kuasa membuat orang sejahtera. Biarkan dia terkubur bersama pejuang-pejuang itu. Yang penting adalah diriku, hidupku. (PERGI MENINGGALKAN).
ORANG SATU       :  (MUNCUL DENGAN KANTONG MAKANANL. MULUTNYA TAK PERNAH KOSONG KARENA DIJEJAL DENGAN MAKANAN ITU)
IBU                          :  (DARI MULUTNYA MENYEBUT-NYEBUT NAMA SUAMINYA)
Kak … kak Mardut (MENCOBA BANGKIT DAN MENELITI SEKELILING) Kak Mardut (BERTENAGA MEMERIKSA PARA PEJUANGYANG LEMAS TAK BERDAYA) Dia tak ada ? … Kak Mardut ! Dia menghianatiku … oh … (MELIHAT ORANG SATU) Beri saya makan. Saya pejuang. Percayalah, saya telah merdekakan kalian dari penjajah. Saya benar-benar lapar.
ORANG SATU       :  (MALAH MENYEMBUNYIKAN MAKANANNYA)
ORANG DUA        :  (SEPERTI ORANG SATU, DAN MENGAJAK ORANG SATU MEGHINDAR) 
IBU                          :  (PUTUS ASA DAN MERINTIH PERIH,LALU LEMAS)
ORANG DUA        : (SADAR) Kasihan. Senasip sepenanggungan. Tapi dimana pak komandan. Pak. pak komandan. Pak Mardut. (MENELITI ORANG-ORANG YANG TERLELAP) Gila. Pak komandan menghilang. Cara seperti ini tidak bisa dibenarkan. Penghianat ! Meninggalkan sekian banyak nyawa yang diancam kelaparan. Saya akan tikam dari belakang. Saya akan temukan, dimana penghianat itu berada. (PERGI)
PEJUANG SATU DAN PEJUANG TIGA, BANGKIT BERSAMA. KEDUANYA MERANGKAK DAN MELATA, MENCARI TEMPAT BERPEGANG. NAFSU INGIN MEMAKAN APA SAJA YANG ADA DISEKITARNAYA.
IBU KEMBALI BERUPAYA BANGKIT DAN MENCOBA MENYADARKAN PEJUANG SATU DAN PEJUANG TIGA, TAPI DIA SENDIRI LEMAS TAK BERDAYA.
ORANG SATU, ORANG DUA, ORANG TIGA DAN ORANG-ORANG LAINYA, BERMUNCULAN MAKAN DENGAN LAHAPNYA. MEREKA TAK PEDULI PADA PEJUANG YANG MEMERLUKAN MAKAN. MEREKA MALAH MENJAUH, YANG MENYEBABKAN ANTAR PEJUANG SALING BERNAFSU UNTUK MAKAN SATU SAMA  LAIN.
KEDUANYA JADI SADAR, SETELAH SI IBU BERHASIL MELERAINAYA.
IBU                          :  Gila. Lalian jadi gila ! 
ORANG SATU       :  Kita akan mati kelaparan.
IBU                          :  Kita sudah merdeka. Ayo bangkit ! kita sudah ketinggalan.
ORANG TIGA        :  Bapak komandan, belum memberikan perintah apa-apa.
IBU                          :  Kita Semua lengah. Kita ketinggalan kereta.
                                    Apa tenaga kalian masih mampu ?
ORANG SATU       :  Memikul beban punggungku sendiri, masih bisa.
IBU                          :  Peti keramat itu, harus dibawa ? Mari …………………  
(MEREKA BERUPAYA MENYERET PETI, TAPI TAK BERGERAK SEDIKITPUN. MASIH MEREKA COBA DENGAN SEGALA KEKUATAN, TAPI SIA-SIA)
ORANG-ORANG  :  (CUMA BERGUMAM SAMBIL MENGUNYAH   MAKANAN
ORANG SATU       :  Apa katanya ?
IBU                          :  Kalian bicara apa ?
ORANG-ORANG  :  (BERGUMAM LAGI)       
PEJUANG TIGA    :  Bicaralah, dengan terus terang. Diantara kita tidak ada rahasia.
ORANG SATU       :  Kalian rakyat dan kami pejuang. Kami pelindung kalian.
IBU                          :  Bicara saja, apa maunya kalian ?
ORANG SATU       :  (DIANTARA GUMAM MASIH ADA KEJELASAN MAKSUDNYA)
                                    Kami perlu makan.
IBU                          :  Kalian masih punya makanan.
ORANG-ORANG  :  Uuuppppaaaah.
PEJUANG TIGA    :  Bangsat ! Sudah . Jangan diharapkan tenaga mereka. Mari
                                    (MENCOBA LAGI MENGANGKAT PETI, TAPI TAK BERGERAK)
PEJUANG SATU DAN PEJUANG TIGA, MALAH JADI PINGSAN. IBU KEBINGUNGAN.
Ibu                            :  Tak ada gunanya. Buat apa menyelamatkan benda ini, sementara diri belum tentu selamat.
                                    Tuhalus (PD. PEJUANG TIGA) …. Tuganal (PD. PEJUANG SATU) kalian memang pejuang sejati. Kesetiaan kalian benar-benar,sampai akhir. Tapi saya harus selamatkan diri saya. (MENDEKATI DAN MEMBELAI PETI) Bukannya saya tidak setia, tapi saya berupaya mencari kekuatan lain untuk menyelamatkan benda keramat ini.
                                    Teman-taman, saya terpaksa meninggalkan kalian bersama bukti sejarah perjuangan bangsa kita. Selamat tinggal.
                                    (PERGI)
ORANG-ORANG  :  (MENDEKATI PETI KERAMAT, ANTARA BERANI DAN TIDAK)
SI GILA                  :  (TIBA-TIBA MEJERIT HISTERIS)
ORANG-ORANG JADI KAGET DAN BERLARIAN.
PEJUANG-PEJUANG LAINNYA, SERENTAK BANGKIT DAN JADI PANIK, SEDOLAH MEREKA DIKEPUNG MUSUH.
DIDALAM KEKALUTAN ITU, SI LELAKI SECARA DIAM-DIAM, MENYERET PETI DAN MENGHILANG.
SI GILA BANGUN DAN BERPUTAR PUTAR SEPERTI TIDAK WARAS TAPI DALAM IMAGI BERGARIS DAN MEMUKUL GENDERANG, TERUS MENGHILANG.
UTUH BATUNG DAN ALUH BUNGSU, BARU MENYADARI BAHWA PETI KERAMAT TELAH HILANG.
UTUH BATUNG    :  ( MELIHAT LIHAT SEKITARNYA)
ALUH BUNGSU    :   Ada yang aneh ayah ?
UTUH BATUNG    :  Kemerdekaan nyatanya, tidak memberikan jaminan               keamanan.
ALUH BUNGSU    :  Kita harus pergi dari sini.
UTUH BATUNG    :  Amat disesalkan. Kita kehilangan jejak. Kemana kita akan melangkah, nak ?
ULUH BUNGSU    :  Ke Kota. Disana tempat kita bertarung.
UTUH BATUNG    :  Kita kehilangan sejarah dan kita tidak boleh diam.
ALUH BUNGSU    :  Baik. Disini kemiskinan siap menerkam kita. Kita rintis perjalanan sambil mencari jejak penghianat.
UTUH BATUNG    :  Mari ( MEREKA PERGI MENUJU ARAH TAK TENTU )

B A G I A N    L A I N
LELAKI                  :  ( MUNCUL SAMBIL MENYERET PETI DAN MENYANDANG SEBUAH KERANJANG )
                                    Disini  cukup aman ( MENCONGKEL PETI DAN TUTUPNYA  JADI  TERBUKA ) Hahaha……tak seorangpun dapat berkutik. (MEMERIKSA SEMUA ISI PETI, SAMBIL BERKOMENTAR )Ini dia (MEMBACA DAFTAR NAMA PEJUANG ) Tengkorak putih. Antung Marhasan, Utuh Batung dan Aluh Bungsu dan seterusnya. ALRI DIVISI EMPAT. PERTAHANAN KALIMANTAN…….Hahaha, semuanya ada disini. Tapi dengan peti ini,…….o,ya……..tepat sekali ( MEMINDAHKAN ISI PETI KEDALAM KERANJANG) Nah, ini dia. Satu tipu muslihat yang amat tepat. Dan peti ini ………ah, masa bodoh ! (PERGI MENYERET KERANJANG )
ORANG ORANG   :  ( YANG DARI TADI MENGINTIP, KINI REBUTAN INGIN MENDAPATKAN PETI YANG TERGELETAK ITU, sambil bergumam dalam bahasa yang tidak di mengerti. Keadaan mereka tak ubahnya seperti kucing berebut tulang. Tiba tiba mereka dikejutkan oleh suara orang yang mendekat. Secara bersama sama mereka seret peti tersebut dan langsung menyembunyikannya. )
MUNCUL IBU, BERSAM PEJUANG SATU, PEJUANG DUA DAN PEJUANG TIGA. KEADAAN MEREKA SUDAH TANPAK SEGAR.
IBU                          :  Saya yakin, sinilah tempatnya.
PEJUANG DUA     :  Apa mungkin tertimbun tanah ?

PEJUANG SATU   :  Dimakan rayap barangkali.
Pejuang tiga             :  Pencarian kita, belum lagi tuntas. Berpraduga, boleh saja, tapi tidak berarti harus putus asa.
IBU                          :  Mari, kita bergerak.
PEJUANG DUA     :  Tidaklah lebih baik, kita berpencar saja ?
IBU                          :  Boleh juga. Tuhalus dan Tuganal,  melacak sayap depan.
                                    Dan saya di sayap kanan. Dan kau Dukmar, merintis sayap kiri. Ya. Pasukaaan………. Gerak. ( BERPENCARLAH MEREKA KE ARAH YANG SUDAH DITENTUKAN )
ORANG ORANG   :  ( BEKERJASAMA MENYERET PETI KEARAH YANG BERLAWANAN )
SI GILA                  :  ( SAMBIL MENYEMBUNYIKAN GENDERANG DARI EMBER PLASTIK BEKAS ) Barisaaan, berhen…..ti, satu, dua, tiga, empat. Benda yang dikeramatkan, keramat yang dibendakan. Ini baru kemerdekaan dan ini kemerdekaan baru. Kemiskinan yang dimiskinkan. Kekayaan yang di kayakan. Merdeka ! (MELANJUTKAN GENDERANGNYA SE IRAMA LANGKAHNYA )
K O M A N D A N    DAN BEBERAPA ORANG BODIGAT DENGAN BERNAFSU INGIN MENDAPATKAN PETI KERAMAT. PENAMPILAN KOMANDAN,  MASIH  TERLIHAT  PADA  PERINTAH  PERINTAHNYA. TAPI LEBIH MENONJOL JUSTERU KE KONGLOMERATANNYA.
KOMANDAN         :  Pokoknya, berapa saja akan saya bayar.
BODIGAT SATU   :  Memangnya penting sekali pak.
KOMANDAN         :  Isi peti keramat itu, sangat menentukan
BODIGAT DUA     :  Sebagai bukti bahwa bapak seorang pejuang ?
KOMANDAN         :  Memang salah saya.
BODIGAT DUA     :  Salah apa pak ?
KOMANDAN         :  Masalahnya, saya tak kkuasa memikul peti keramat itu.
BODIGAT DUA     :  Apa terlalu berat pak ?
KOMANDAN         :  Tidakah bias, memberikan saran, selain bertanya ?
BODIGAT DUA     :  Saran bagaimana pak ?
KOMANDAN         :  Sudah. Berhenti bertanya.
BODIGAT DUA     :  Ada apa  pak ?
KOMANDAN         :  Hei, kamu, kamu dan kamu ( MENUNJUK YANG LAINNYA ) Lakukan penyelidikan. Dapatkan peti keramat itu.
BODIGAT DUA     :  Dan tugas saya pak ?
KOMANDAN         :  Ah,  sudah ! Membosankan. Ikuti saya ! ( BERGERAKLAH SEMUA BERGERAK SAMBIL MENGOKANG SENJATANYA )
ORANG ORANG   :  ( BERGEGAS BERLARI MEMBAWA PETI, SAMBIL MENYUMBATKAN MAKANAN KEMULUTNYA )
SI GILA                  :  (MENGEJAR SAMBIL  MEMUKUL GENDERANGNYA ) Hei, tunggu ! Saya bukan musuh. Kita berteman. Tunggu !Pasukkaaan, berhenti ! ( TERUS MENGEJAR DAN MELENYAP )

B A G I A N    L A I N
UTUH BATUNG YANG DI IKUTI ANAKNYA ALUH BUNGSU MUNCUL DAN MELEPASKAN LELAH, DARI PERJALANAN JAUH
ALUH BUNGAS    :  Kenapa harus kita buru benda itu. Isinyakan bukan harta karun.
UTUH BATUNG    :  Orang seperti kamu, memang tidak memerlukannya. Tapi bagi seorang Mardut yang pernah menjadi komandan lasykar dijaman revolusi, sangat mahal harganya. Nah, kalau benda keramat itu, kita memiliki, kita bias menjualnya. Kita akan hidup sederajat dengan orang-orang kaya di kota.
ALUH BUNGAS    :  Tidakah kita pulang ke desa saja ? Tanah sawah banyak dan kita bisa  menjadi petani yang beruntung.
UTUH BATUNG    :  Ayah ikut berperang, bukannya ingin jadi petani.
                                    Tapi ayah ingin membebaskan diri dari segala beban.
                                    Bebas dari membayar  upeti.  Bebas  menggunakan segala macam kendaraan. Mau nonton, mau makan, mau itu, mau ini, bebas dan bebas.
ALUH BUNGAS    :  Tapi kita jadi luntang lantung. Segelas air the saja ada harganya dan kkitan harus membayarnya. Apalagi  beras, pakaian dan tempat tinggal.
UTUH BATUNG    :  Mereka tidak memahami hakikat dari perang. Dulu dijaman penjajahan, semua penduduk harus membayar uang pajak kepala. Tanah penggalian intan, harus dibayar. Apalagi dengan batu-intannya. Nah, dengan perang kita ingin mengikis yang serba dibayar itu.
Aluh Bungsu jadi terperanjat, karena secara kebetulan ia melihat sosok seseorang dibalik pohon.

UTUH BATUNG    :  Ada apa ?
ALUH BUNGSU    :  Ada yang memata-matai kita.
UTUH BATUN       :  Ada mata mata ? Kita sedah merdeka dan musuh sudah tidak ada lagi. Apa yang dimata-matai ?
ALUH BUNGSU    :  Saya tak tahu . Tapi saya melihat ada orang dibalik pohon itu.
UTUH BATUNG    :  ( MEMANGGIL ) Hei, ada orang disitu ?
ALUH BUNGSU    :  Barangkali sudah menghilang .
UTUH BATUNG    :  Hei, dengarlah. Kami tak punya apa-apa yang bias mendatangkan keuntungan bagi siapapun. Jadi tak ada gunanya memata-matai kami. Kami tidak perlu di curagai. Tampakkan dirimu. Saya suka kalau antara kita saling terbuka. Tidak ada yang dirahasiakan. Tapi bila dipahmu ada rahasia kami siap mengamankannya. Percayalah. Kami sudah terbiasa mengangkat sumpah.
ALUH BUNGSU    :  Kamun dengar ? Kami bukan orang yang patut di takuti. Kami cuma sampah,  dan kami akan selalu setia pada sumpah. Sumpah dari orang sampah mungkin lebih bagus dibandingkan dengan sumpah orang-orang serakah.
UTUH BATUNG    :  Ayo,  tunjukkan  kejujuranmu dengan menampilkan diri dihadapan orang buangan seperti kami.
SECARA MISTERIUS MULAI MUNCUL DARI BAGIAN KEBAGIAN DARI KERANJANG LALU KEDUA TANGAN YANG MEMELUK  ERAT, KEDUA KAKI HINGGA KEPALA HINGGA BAGIAN BADAN KINI JELASLAH BAHWA IA SEORANG LELAKI PEMBAWA KERANJANG. UTUH BATUNG DAN ALUH BUNGSU YANNG TADINYA AGAK GUGUP, KINI MULAI TENANG DAN INGIN MENDAPATKAN KEJELASAN SIAPA DIRI LELAKI ITU. SEPERTINYA PIHAK UTUH BATUNG DAN ALUH BUNGSU AGAK SAMAR SAMAR KENAL. TAPI SI LELAKI  DENGAN SIKAP KE HATI-HATIANNYA, MEMBUAT UTUH BATUNG DAN ALUH BUNGSU JADI RAGU.
LELAKI                  :  ( SEPERTI SEORANG MALING )
UTUH BATUNG    :  Ya ya, saya memahami ke adaan kamu. Karena itu tidak usah takut. Di antara kita tidak perlu saling mencurigai.
ALUH BUNGSU    :  Bapak Cuma sendiri ?
LELAKI                  :  ( MALAH MAU MENGHINDAR )
UTUH BATUNG    :  ( MENCEGAHNYA ) Sebentar.  Tak ada yang perlu kamu takuti.  Kami orang polos. Lihatlah, tak lebih dari sekujur badan. Tak ada senjata, baik tajam ataupun tumpul ( LELAKI MASIH BELUM PERCAYA )Masih kamu ragukan ? ( MEMBUKA BAJUNYA ) lihatlah cuma kulit keriput. ( MASIH BELUM MENDAPAT TANGGAPAN LELAKI, MELANJUTKAN MELEPAS BAGIAN DEMI BAGIAN DARI PAKAIANNYA. KALAU PERLU TELANJANG )Masih belum percaya ?
LELAKI                  :  ( MENGALIHKAN PANDANGANNYA KE ALUH BUNGSU )
UTUH BATUNG    :  Kalau dia juga harus kau curigai, sungguh keterlaluan.
ALUH BUNGSU    :  Biarkan ayah, agar semuanya jadi jelas dan ikhlas.
                                    ( mulai membuka peniti bajunya )
UTUH BATUNG    :  Jangan nak. Itu tidak etis.
ALUH BUNGSU    :  ( TERUS MEMBUKA BAJUNYA , DAN TAMPAK KUTANGNYA )
                                    Masih kamu perlukan bagian yang lain ?
LELAKI                  :  Ya, saya suka.
UTUH BUTUNG    :  Cukup. Gila. Semua laki laki menyukainya.
ALUH BUNGSU    :  Kata ayah kita harus polos dan jujur. Dia kan masih bercuriga.
LELAKI                  :  Ya, Saya tetap belum percaya. Pasti ada apa-apanya di dalam pakaianmu itu.
ALUH BUNGSU    :  Baik-baik. Saya akan buka seluruh pakaian saya, biar kamu puas.
UTUH BATUNG    :  Tidak perlu kataku ! Aluh Bungsu. Saya ayahmu dan berhak kau patuhi.
LELAKI                  :  Rupanya antara orang tua dan anak, masih juga  belum punya pemahaman yang baik. Kalau saya mau berteman tidak Cuma kalian berdua. Banyak orang orang yang mendekati saya, tapi saya tetap enggan. Untuk apa berteman, kalau menguntungkan Cuma sepihak.
UTUH BATUNG    :  Dan kami berdua, mungkin cocok buat sahabatmu.
LELAKI                  :  Tadinya saya pujikan kejujuran bapak. Tapi saying, bapak masih belum terbuka tuntas. Masih ada rahasia yang disembunyikan dibalik pakaian anak bapak.
ALUH BUNGSU    :  Saya sudah buktikan, mau buka seluruhnya pakaian saya.
LELAKI                  :  Ya, saya percaya. Tapi ayahmu masih belum bias membuang niat jahatnya atas dirimu.
UTUH BATUNG    :  Apa kau bilang.
LELAKI                  :  Bapak masih merasa  memiliki  kemulusan tubuh dan keperawanan anak gadis bapak.
UTUH BATUNG    :  Jangan kurang ajar.
LELAKI                  :  Jangan egois pak.
UTUH BATUNG    :  Jangan berpikir kotor seperti itu.
LELAKI                  :  Katanya mau bersahabat.
UTUH BATUNG    :  Untuk apa, kalau satu sama lain masih berprasangka buruk.
LELAKI                  :  Baik, baik. Pertengkaran ini, jangan sampai menaiki anak tangga yang paling atas. Kita sudahi sampai disini saja.
UTUH BATUNG    :  Artinya kamu tidak mau bersahabat dengan kami ?
LELAKI                  :  Mungkin belum saatnya.
UTUH BATUNG    :  Saya memahaminya. Untuk memilih teman, diperlukan waktu, memang. Diperlukan kejelasan latar belakang kehidupannya. Kebenaran wataknya, kebiasaannya, dan, dan………
ALUH BUNGSU    :  Dan kejujurannya.
UTUH BATUNG    :  Yang terpenting, ialah tujuannya berteman.
LELAKI                  :  Tidak lebih dan tidak kurang, tujuannya tak lain, ingin mendapatkan keuntungan.
UTUH BATUNG    :  Kalau kami ingin menemanimu, keuntungan apa yang kami harapkan darimu.
LELAKI                  :  Kelak kalau bapak sudah tahu, apa isi keranjang ini. Baru bapak rasakan keuntungan itu.
UTUH BATUNG    :  Apa bedanya, yang tersembunyi dibalik keranjang itu,  dengan tersembunyi dibalik pakaian anak gadis saya. Kamu juga bukan orang jujur dan tidak terbuka.
LELAKI                  :  Lalu apa tujuan bapak, ingin berteman dengan saya.
UTUH BATUNG    :  Cuma ingin berteman. Kita bias ngobrol, mengisi waktu, berbagi  duka, tukar pengalaman, cerita mas lalu dan menghayal masa depan.
ALUH BUNGSU    :  Bapak datang dari mana. Tujuan kemana dan yang didalam keranjang itu ?
LELAKI                  :  ( BERGEGAS MAU PERGI )
UTUH BATUNG    :  Tunggu, kenapa buru-buru.
LELAKI                  :  Semua orang selalu ingin tahu. Saya tidak suka polisi.
UTUH BATUNG    :  Kami bukan polisi.
LELAKI                  :  Bapak  pasti mencurigai saya. Saya tidak percaya pada kalian.
UTUH BAUTNG    :  Sebentar. Duduk dulu. Kalau kamu ingikan  kami bungkam, kami bias saja menyumbat mulut kami. Tidak Cuma polisi atau tentara yang ponya dor-doran. Kita juga kuasa mendor siapa saja. Itu kalau kita mau. Kalau tidak, ya, terserah.  Mau jadi maling ayam ?
ALUH BUNGSU    :  Ngomong-ngomong, bapak sudah makan ?
LELAKI                  :  Menyebalkan. Dalam keadaan seperti ini, pertanyaan seperti itu, tidak layak.
UTUH BATUNG    :  Dulu dijaman mengasiyiki perang, pucuk-pucukan dan umbi-umbian, terasa nikmat. Tapi di alam merdeka ini, rasanya seperti menu yang pahit dan mengandung racun.
LELAKI                  :  Kalau kita salah tafsir, arti huutan dan arti bumi, ya, kita akan salah buat selamanya.
UTUH BATUNG    :  Saya memang buta huruf.
LELAKI                  :  Butu huruf, tidak berarti pandangan kita sempit.
                                    Kita bias melakukan pemahaman yang benar terhadap hutan dan bumi ini.
ALUH BUNGSU    :  Pendidikan saya baru tiga tahun di pesantren.
LELAKI                  :  Semua nak kampung umumnya di pesantren. Sedang untuk memahami akhirat, bukanlah hal yang aneh. Kita percaya adanya Malaikat, adanya syorga dan neraka, Dan hari qiamat, adalah hari akhir, hari kemusnahan bagi yang bernyawa  dimuka alam fana ini. Kita memang buta huruf, tapi tahu persis akan nikmat Tuhan. Orang orang seperti kitalah yang tahu persis arti bersyukur. Syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan. Tidak seperti siMardut itu.
UTUH BATUNG    :  HAMPIR BERSAMAAN DENGAN ALUH BUNGSU MENYEBUT KATA “ M a r d u t. “
LELAKI                  :  Ya,si Mardut. Bapak mengenalnya. Semua orang kenal siapa si Mardut.
UTUH BATUNG    :  Siapa si Mardut.
LELAKI                  :  Dia orang kaya, yang tidak pernah puas dengan nikamt Alloh. Tak pernah berbagi kenikmatan. Tidak pernah bersyukur dan tidak merakyat. Suatu saat saya akan beri pelajaran.
ALUH BUNGSU    :  Bapak punya dendam  ?
LELAKI                  :  Siapa saja yang pernah menjadi anak buahnya di jaman perang, jadi dendam.
UTUH BATUNG    :  Dimana tempat tinggalnya.
LELAKI                  :  Di istananya, di pusat kota.
UTUH BATUNG    :  Kalau ada kesempatan, saya ingin jumpa/.
LELAKI                  :  Dengan maksud apa ?
UTUH BATUNG    :  Ya, sebagai anak sampah, coba-coba minta tolong.
LELAKI                  :  Percuma. Mendingan disini. Hutan, tanah dan gunung bias digarap.
UTUH BATUNG    :  Menggarap hutan ? Mengolah gunung ? Hanya dengan jari dan gigi ompong ini ? ah, kau ada ada saja.
                                    Saya sudah bosan. Hutan dan gunung-gunung bagi saya adalah penjara.
LELAKI                  :  Lalu kalian mau apa di hutan belantara ini ?
UTUH BATUNG    :  Sama seperti kau. Cari modal dulu lalu bertarung di tengah kota.
LELAKI                  :  Modal apa. Dan apa yang bias di-jual ? Dan kemana menjualnya ?
UTUH BATUNG    :  Nah, itu betul. Menjual hutan. Ya, kita harus kekota, temui Miyonir Mardut, lalu kita tawarkan hutan yang menyimpan peti keramat. Kamu tahu, peti keramat yang kumaksud ? Ini rahasia. Di tengah hutan belantara ini, dulu sehabis perang, hampir seluruh pasukan pejuang menyelamatkan peti keramat. Isinya penuh dokumen rahasia. Bagi seorang mardut atau orang seperti mardut, menganggap luar biasa pentingnya.
LELAKI                  :  Bagaimana kalau petinya saja kita boyong kekota lalu kita jual.
UTUH BATUNG    :  Disini letak masalahnya. Kalau peti keramat itu sudah kami dapatkan, kami tidak akan tinggal dihutan ini lagi.
LELAKI                  :  Pikiran bapak cukup cemerlang. Bapak menganggap peti keramat itu ada di lokasi hutan ini. Dan bapak akn menawarkan seluruh hutan disini.
UTUH BATUNG    :  Betul. Kita akan dapat banyak uang. Beli rumah dikota, beli mobil dan saya akan carikan Aluh Bungsu pengganti Ibunya. Punya telephon dan macam-macamlah seperti kebanyakan orang kaya.
LELAKI                  :  Bagus. Ayo, saya siap membantu menawarkan seluruh hutan ini, kepada melyoner mardut dikota.
UTUH BATUNG    :  Di sini pentingnya  berteman dengan adanya saling pengertian.
TERDENGAR PESAWAT HELLIKOPTER DARI JAUH MENDEKAT DAN TERUS MENDEKAT, SEPERTI TERBANG RENDAH, BAHKAN SEPERTI MENDARAT.
UTUH BATUNG, LELAKI DAN ALUH BUNGSU MEMPERHATIKAN SEPERTI MENGOMENTARI PESAWAT HELLI TERSEBUT. MEREKA SALING BERPANDANGAN BAHKAN JADI TEGANG.
ALUH BUNGSU    :  Mencurigakan
LELAKI                  :  Jangan-jangan …………
UTUH BATUNG    :  Kita Jelas kalah. Kalau dari dulu kita jual hutan ini, ……… oh, selalu kalah cepat.
LELAKI                  :  Apa mungkin, kita lawan mereka ?
TERDENGAR RENTETAN TEMBAKAN DIARAH YANG TIDAK TERLALU JAUH. UTUH BATUNG, ALUH BUNGSU DAN LELAKI JADI KAGET.
UTUH BATUNG    :  Melawan mereka ? kalau masih muda seperti dulu, tak pernah mundur bertemu musuh. Sebab kematian dalam perang, semata-mata untuk Allah dan Kemerdekaan.
LELAKI                  :  Apa maunya mereka ?
UTUH BATUNG    :  Hampir setiap hari pesawat helli itu terbang diatas hutan ini.
LELAKI                  :  Barangkali, hendak melacak peti keramat yang kamu maksudkan. Apakah yang penting itu, petinya atau isinya ?
UTUH BATUNG    :  Isis tanpa peti, mungkin kurang menyakinkan.
LELAKI                  :  Kalau peti tanpa isi, apa masih berharga.
Aluh Bungsu melihat sesuatu yang  yang menakutkan.
ALUH BUNGSU    :  Ada pasukan perang.
LELAKI                  :  Maaf, saya harus bersembunyi ( MENGHILANG )
UTUH BATUNG    :  Hei, tunggu kami. Mari kita susul.
                                    ( BERSAMA ALUH BUNGSU MENYUSUL  LELAKI )

BAGIAN LAIN LAGI.
TAMPAK PASUKAN BODIGAT YANG DILENGKAPI DENGAN SENJATA SIAP MENUNGGU PERINTAH. MENYUSUL KOMANDAN BERSAMA ISTERI DAN PUTERI.
KOMANDAN         :  Pencarian kali ini, diperlebar sampai kegubuk gubuk petani. Kerjakan !
PARA BODIGAT   :  Siap ! ( MENYEBAR )
ISTERI                    :  Alam yang bagus.
Puteri                        :  Nora inginnya punya villa dipuncak gunung ini.
KOMANDAN         :  Sungguh aneh.
PUTERI                   :  Nora benar benar, ingin memilikinya.
KOMANDAN         :  Jangan meminta yang bukan bukan saying.
ISTERI                    :  Apanya yang bukan  bukan ? Perimintaannya kan wajar wajar saja.
KOMANDAN         :  Jalan tembus saja belum ada. Buat apa villa ditengah hutan belantara ini.
PUTERI                   :  Nora inginnya tenang. Dikota sangat bising dan berisik . Buatkan villa ya, papi.
ISTERI                    :  Jalanan bukanlah alasan  yang tepat, untuk menolak permintaan anak kesayangan.
KOMANDAN         :  Yang penting bagi papi, adalah mamimu, saying. Mami senang bila dipuncak gunung ini, dibangun villa ?
ISTERI                    :  Tentu dong. Dan harus dilengkapi dengan pesawat helikopeter.
                                    Dengan villa itu, kita bias terhindar  dari rongrongan orang orang yang biasanya cuma meminta.
KOMANDAN         :  Serius ?
ISTERI                    :  Baru kali ini suamiku bimbang mengabulkan permintaan isterinya. Begitu yang disebut saying. Begitu yang namanya cinta  ?
                                    Sudahlah tak usah banyak cingcong.
KOMANDAN         :  Jangan salah mengerti. Coba kamu fahami.
ISTERI                    :  Mau bangun villa atau tidak ?
KOMANDAN         :  Apa artinya uang kalau sekedar untuk sebuah villa dan pesawat helli. Kecil. Cuma sekecil itu permintaan kalian ?
                                    ( KEPADA SEKETARIS ) Catat itu…… Bahwa saya terpikir untuk membuka hutan dipuncak gunung ini, yang barangkali saja akan menguntungkan.
                                    Coba kamu catat……( MEMANDANGI PANORAMA ) Wah, mari sini puteriku…….sungguh luar biasa.
                                    Alam yang cantik. Kalian lihat yang berwarna biru  violet dan itu yang cemerlang ke hijau-hijauan.
                                    Itu air danau. Bagus sekali usul puteriku. Tidak salah. Puteriku benar benar seorang pencinta keindahan.
PUTERI                   :  Kalau papi mampu menyulap gunung  gunung dan semua lembah daerah ini, kedua danau yang indah itu, akan jadi daya pikat yang menguntungkan.
KOMANDAN         :  Disulap jadi apa ?
PUTERI                   :  Kalau papi ingin dikenang sebagai orang nomor wahid,
                                    tiru saja kepeimpinan Islam di jaman Abbassiyah,
                                    yang berhasil membangun Damaskus dan Negeri Baghdad.
                                    Papi bias menyulap gunung gunung menjadi sebuah kota ajaib.
KOMANDAN         :  Usul yang bagus.
ISTERI                    :  Jangan semua gunung dijadikan istana. Sisakan satu  gunung untuk kita sekeluarga.
KOMANDAN         :  Ibumu bikin aneh lagi.
ISTERI                    :  Tidak pernah setip permintaanku langsung di terima.
KOMANDAN         :  Bukan begitu. Tadinya gunung yang ditumbuhi hutan ini,
                                    Harus digundulkan untuk kepentingan villa.
ISTERI                    :  Iya, Tapi akhirnya berkembang ingin dikomersilkan
                                    Untuk di jual sebagai asset pariwisata. Begitukan ?
PUTERI                   :  Memang begitu maksud Nora.
KOMANDAN         :  Dan papi mengabulkan seribu persen.
ISTERI                    :  Itu kan untuk kepentingan orang banyak ?
KOMANDAN         :  Tapi untuk  bisnis kita sendiri..
ISTERI                    :  Saya perlu gunung sendiri dan mutlak menjadi milik sendiri.
KOMANDAN         :  Mau berladang ?
ISTERI                    : :Tidak tapi buat rumah.
KOMANDAN         :  Mau diapakan rumah rumah mewah kita dibeberapa kota.
ISTERI                    :  Buat rumah masa depan.
KOMANDAN         :  Kuburan maksudmu ?
ISTERI                    :  Papi harus buatkan alkah yang tidak kalah  dengan istana.
KOMANDAN         :  Pikiran yang bagus. Yaya, pappi baru terpikir, bahwa pada akhirnya nanti setelah kita sudah tiada, orang orang akan rindu. Orang orang akan dating beranjangsana.
ISTERI                    :  Dan mereka harus ditrima dengan ruang tamu yang ajaib. Biar semua orang kerasan dan mereka harus kagum melihat rumah masa depan kita itu.
KOMANDAN         :  Ia…..catat ( KEPADA AJUDAN DAN SEKRETARIS )
                                    Di gunung sebelah sana, untuk bangunan rumah tipe dua-satu.
BODIGAT SATU   :  ( BURU BURU MENGHADAP ) Laporan.
KOMANDAN         :  Ada tanda tanda ?
BODIGAT SATU   :  Ada pak. Ada tanda tanda yang mencurigakan.
KOMANDAN         :  Dimana ?
BODIGAT SATU   :  Disana. Dikaki gunung sebelah sana.
KOMANDAN         :  Baik saya akan kesana. Kalian tidak usah ikut. Tunggu disini. ( PERGI DIKAWAL BODIGAT )
PUTERI                   :  Mami boleh saya ke air terjun disana ?
ISTERI                    :  Di hutan banyak ular. Berbahaya.
PUTERI                   :  Tapi Nora menyukai hutan dan air terjun.
ISTERI                    :  ( KEPADA SEKRETARIS ) Kawal dia dengan baik. Kalau perlu, gendong dia.
SEKRETARIS        :  Baik bu. Mari ( BERSAMA PUTERI PERGI )
ISTERI                    :  ( TINGGAL BERDUA DENGAN AJUDAN ) Kalau kau perkirakan, komandanmu itu, bias bertahan sampai kapan ?
AJUDAN                 :  ( PEJUANG DUA ) Sulit meramal, kalau masih berpegang kepada takdir. Kalau mau, di hutan ini adalah kesempatan yang baik. Kita bias lakukan strategi yang bagus.
                                    Kita bikin sebuah kecelakaan. Orang orang tidak akan curiga. Sebab selagi pak Mardut masih hidup, berapa banyak mantan pejuang seperti saya, yang merasa dirugikan. Termasuk isterinya Halimah, yang sekarang ini hidupnya luntang lantung. Jadi kalau bias menghabisi nyawa pak Mardut, sama nilainya dengan draw. Kosong-kosong. Atau saya tembak saja dia ?
ISTERI                    :  Jangan dulu. Kita akan kuras kekayaannya, dengan menyulap hutan dan gunung gunung menjadi kota elit.
AJUDAN                 :  Termasuk gunung untuk kuburan itu ?
ISTERI                    :  Kuburan adalah rumah masa depan yang harus dibangun dengan tatahan emas murni. Kuburan akan dikeramatkan, bila dikuburan menyimpan banyak harta karun. Dan kelak, beberapa abad kemudian, orang orang akan terus memburu dimana kuburan keramat itu.
AJUDAN                 :  Yang dicari dan dikenang itu, kuburannya atau orang yang dikuburkan disitu ?
ISTERI                    :  Dua duanya.
AJUDAN                 :  Baik. Kalau alkah itu sudah selesai, buatkan surat perintah, agar saya bias dikuburkan disampingmu, juga puteri kita Nora.
TERDENGAR SENADUNG SUARA NORA MENYANYIKAN SEBBBUAH LAGU KESAYANGANNYA.

BAGIAN LAIN LAGI
ORANG ORANG BERGERAK RITMIS, SE IRAMA DENGAN ABAH ABAH DAN GENDERANG SI GILA. ORANG ORANG ITU BERGERAK SAMBIL MEMBAWA PETI, YANG PADA AKHIRNYA TERHENTI DILUAR KOMANDO SI GILA. TENTU SAJA SI GILA SELAKU KOMANDAN BARISAN JADI MARAH DAN MENGOMEL. KARENA DILIHATNYA ORANG ORANG TERUS SAJA MAKAN, SI GILA JADI NAIK PITAM. DIRAMPASNYA SEMUA KANTUNG KANTUNG  MAKANAN ITU, DAN DILAHAPNYA SENDIRI.
SI GILA                  :  Gila ! Kalian melanggar perintah ! ( MERAMPAS KANTUNG KANTUNG MAKANA DARI ORANG ORANG )
ORANG ORANG   :  ( BERGUMAM, MENGEJAR DAN INGIN MERAMPAS HAKNYA KEMBALI )
SI GILA                  :  Awas kalau berani dengan pimpinan. Saya cekal kamu ! Makan melulu. Otak tak pernah kerja ! Apakah pemimpin tidak diberi kesempatan untuk makan ! ? Saya manusia biasa yang perlu makan, perlu santai dan perlu tidur.
                                    Nah, sebagai bawahan yang kerja Cuma makan melulu, duduk dan istirahat disitu. Jaga peti keramat dengan meningkatkan kewaspadaan, sekaligus menjaga keselamatan saya selaku pemimpin kalian. Saya perlu makan. Ya, semua pasukan, berjaaaga.
ORANG ORANG   :  ( MELAKUKAN TUGAS DENGAN GAYA SEORANG SERDADU YANG BARUSAN DILATIH OLEH SI GILA)
SI GILA                  :  ( MULAI MELAHAP MAKANAN. KELIHATANNYA TIDAK ADA TANDA TANDA BERHENTI. DARI KANTUNG KE KANTUNG DISIKATNYA BERSIH )
ORANG ORANG   :  ( YANG KEBIASAANNYA  MAKAN MELULU, KINI SETELAH MELIHAT MAKANAN MILIKNYA DISIKAT HABIS, MULAI MELAKUKAN SIKAP DAN KERJASAMA HENDAK MEMBERONTAK. TAPI SECARA TIBA-TIBA  MEREKA DIKEJUTKAN OLEH DATANGNYA PESUKAN BODIGAT MARDUT )
KOMANDAN         :  Jangan ada yang bergerak ! Siapkan unutk mati !
SI GILA                  :  ( SADAR AKAN BAHAYA, LALU BANGKIT DAN MEMBERIKAN ABAH-ABAH ) Pasukaan, berbaris. ( MEMBUNYIKAN GENDERANG )
ORANG ORANG   :  ( MENGIKUTI ABAH ABAH DAN MEMBUAT LINGKARAN SESUIA DENGAN KOMANDO SI GILA )
SI GILA                  :  Maju jaaaaalan.
PASUKAN BODIGAT MARDUT AGAK RAGU JUGA MENGHADAPINYA.
KOMANDAN         :  Siap untuk menembak !
SI GILA                  :  Ambil senjataaaaa, gerak !
ORANG ORANG   :  ( REBUTAN AMBIL SENJATA DAARI DALAM PETI KERAMAT. )
SI GILA                  :  Pasukan, tiaaaaaarap ! Pasukaaaaan, menemmmmmbak !
ORANG ORANG   :  ( TIARAP DAN MERAYAP SERTA MENEMBA, DEGAN MENGANDALKAN SUARANYA, MENYERUPAI SUARA TEMBAKAN.
SI GILA                  :  Pasukaaan, Lempar graaaaaaa….nat !
ORANG ORANG   :  ( SEOLAH MELEPAS SUMBU GRANAT DENGAN GIGINYA, LALU MELEMPARKAN GRANAT GRANATAN YANG ADA DITANGANNYA )
PASUKAN              :  ( TENANG TENANG SAJA MELIHAT FANTASI ORANG ORANG YANG DIPIMPIN OLEH SI GILA )
SI GILA                  :  ( BANGKIT DAN MENELITI MEDAN PERANG ) Pasukaan, berdi……ri ! ( MENGONTROL ANAK BUAH) Ada yang gugur ? !
                                    Barisaaaan, diaaaa…….tur.
ORANG ORANG   :  (  MENYUSUN URUTAN BARISAN )
SI GILA                  :  Kalian sudah saya ajari dengan bermacam cara, agar bias bicara, dan megurangi  kebiasaan hidup untuk makan.
                                    Ya, hitung. Barisaaaaan, berhiiii…..tung !
ORANG ORANG   :  ( WALAUPUN KEDENGARAN SEPERTI SUARA BERGUMAM, TAPI MASIH JELAS BILANGAN 1 sd. 10. ARTINYA KALAU ORANG ORANG TERDIRI DARI 5 ORANG, AKAN BERJUMLAH LIMA PULUH )
SI GILA                  :  Bagus, tidak ada yang mati. Tidak ada yang jadi pahlawan. Tapi keberanian kalian saya puji ! Saya akan perjuangkan agar kalian mendapat tempat yang layak disisinya.
                                    Pasukaaan istiraaa…..hat. Saya mau makan.
                                    ( KEMBALI SI GILA MENYANTAPI SISA-SISA MAKANAN YANG ADA DI KANTUNG )
ORANG-ORANG: (KEMBALI NAIK PITAM. MEREKA MULAI BERGERAK DENGAN POTONGAN-POTONGAN KAYU YANG ADA DITANGAN. MEREKA TERUS INGIN MENGHABISI  NYAWA SI GILA.. SI GILA BERUSAHA MENGANDALKAN PERINTAH-PERINTAHNYA, TAPI TIDAK DI GUBRIS)
SI GILA                  :  Pasukaaan, tinggal di tem … pat ! ….. kalian melakukan penyimpangan. Kalian bukan anak buah yang bak.. pasukaaaan tiaaaa …. Rap ! (ORANG-ORANG TAK PEDULI) mau apa kalian. Kalian telah saya ajari almu perang. Kalian saya ajari, cara bicara yang baik. Kalian tidak boleh berhianat ! jangan, jangan  sakiti saya ! Saya pemimpinmu ! Saya gurumu ! Aduh … oh, mati … ampun …. (MENGGELIAT. ORANG-ORANG MEMBUKA KERUMUNANNYA, MAKA TAMPAKLAH SI GILA MENGGELEPAR-MENGGELEPAR)
                                    (MENCOBA BANGKIT) Putus cerita, muncul cerita. Tercerita, maka, matilah saya (SI GILA MENCARI TEMPAT YANG BAIK, LALU MATI )
MUNCUL ISTERI BERSAMA AJUDAN, NORA DAN SEKRETARIS.
ISTERI                    :  ( MELIHAT KEARAH PETI ). Apakah peti itu yang papi maksudkan ?
KOMANDAN         :  ( KEPADA  PARA  BODIGAT  ) Ambil peti itu.
PASUKAN              :  ( BERGERAK )
ORANG ORANG   :  ( MENYATUKAN DIRI, DAN MEMANDANGI PASUKAN DENGAN JALANG )
KOMANDAN         :  ( MELIHAT PASUKANNYA RAGU ) Apa yang ditakutkan. Mereka orang orang lemah. Kalau perlu habisi mereka.
PASUKAN              :  ( TERUS BERGERAK MAJU DAN LANGSUNG MENGUASAI PETI. PETI ITU DILIHATNYA KOSONG).
BODIGAT SATU   :  Peti ini kosong .
BODIGAT DUA     :  Kenapa kosong ?
BODIGAT SATU   :  Ya, kosong .
BODIGAT DUA     :  Mana isinya ?
BODIGAT SATU   : Mana saya tahu.
BODIGAT DUA     :  Kenapa tidak tahu ?
BODIGAT SATU   :  Bertanya melulu !
KOMANDAN         :  Cepat  diangkat.
BODIGAT SATU   :  Kosong pak.
KOMANDAN/ISTERI    : Kosong ? ( SEGERA MENDEKATI PETI ) Gila ! …….
                                          ( MENDEKATI ORANG ORANG ) Kalian tahu, dimana isi peti itu ?

ORANG ORANG   :  ( MENGGELENG KEPADA )
KOMANADAN      :  Kalau kalian tahu, atau ada yang menyimpannya, saya akan bayar berapa saja. Atau kalau kalian perlu rumah bagus, saya  akan bangunkan dihutan ini, termasuk dengan jalan dan WC segala. Kalian tahu ? ( ORANG ORANG TETAP MENGGELENG ) Atau waktu kalian temukan peti ini, apa saja isinya ?
ORANG ORANG   :  ( PERKELOMPOK MENJAWAB ) Kosong…..kosong.
KOMANDAN         :  Kosong ?
YANG LAIN          :  Kosong ?
SEMUA PADA MELONGO. TAK SEORANGPUN  YANG BISA BICARA, KARENA BENDA KERAMAT YANG DIBURU BURU SELAMA INI, HANYA TINGGAL PETI KOSONG.
B A G I A N     B E R I K U T
DITEMPAT YANG SERBA MEWAH DAAN ELIT, YAKNI RUMAH GEDUNGNYA  KOMANDAN MARDUT. KOMANDAN MARDUT MARAH MARAH, DI HADAPAN PASUKAN BODIGATNYA.
KOMANDAN         :  Semua jadi sia-sia. Berapa saja habisnya dana untuk pengeluaran sejumlah pasukan, sementara keuntungan tak pernah diperoleh. Sial !  Kerja bisnis yang merugian.
BODIGAT SATU  :  Apa mungkin dilacak lagi pas ?
BODIGAT DUA     :  Kenapa dilacak ?
KOMANDAN         :  Masih belum puas dengan dana milyaran itu ?
BODIGAT DUA     :  Kammu kemanakan dana sebanyak itu ?
KOMANDAN         :  ( MENDEKATI BODIGAT DUA ) Yang punya duit, kamu atau saya ?
BODIGAT DUA     :  Kenapa tidak bos marahi saja dia. Tidaklah lebih baik, dipecat saja bos ?
KOMANDAN         :  Bicara dengan kamu, menghabiskan waktu melulu.
BODIGAT DUA     :  Kenapa habis waktu bos ?
KOMANDAN         :  ( MEMANDANG DENGAN GERAM )
BODIGAT SATU   : Usul bos. Kalau ditambah satu milyar lagi, isi benda keramat itu, pasti akan kita dapatkan.
BODIGAT DUA     :  ( MAU NGOMONG, TAPI DIBUNGKAM BODIGAT SATU )
BODIGAT  SATU :  ( MENUTUPKAN TAPAK TANGAN NYA KEMULUT BODIGAT DUA ) Tidak usah bertanya.
BODIGAT DUA     :  ( MENYISIHKAN TANGAN BODIGAT SATU ) Kenapa kau sumbat mulut saya ? Saya bertanya, kenapa kau bungkam saya ?
TEDENGARKERIBUTAN DIPINTU DEPAN. DENGAN BERGEGAS PEMBANTU MASUK DAN MELAPOR.
PEMBANTU           :  Gawat pak.
KOMANDAN         :  Ada apa ?
PEMBANTU           :  Orangnya kotor dan beringas pak. Dengan kasar mencaci maki saya, dan memaksa saya agar menyerah.
BODIGAT DUA     :  Kenapa menyerah ?
KOMANDAN         :  Siapa mereka ?
BODIGAT DUA     :  Ya, siapa mereka ?
KOMANDAN         :  ( MEMANDANG JENGKEL KEPADA BODIGAT DUA YANG IKUT-IKUTAN BERTANYA )
PEMBANTU           :  Katanya mereka  teman bapak seperjuangan. Mereka orang orang memal pak. Mereka menerobos masuk dan mungkin sudah  diruang depan.
BODIGAT SATU   :  Saya akan tembak mereka.
KOMANDAN         :  Jangan. Saya mau tahu siapa jagauan itu.
BODIGAT DUA     :  Apa benar mereka jagauan bos ?
TAMU                     :  ( PEJUANG SATU DAN PEJUANG TIGA , MASUK DENGAN KASAR DAN SAMBIL MEMAKI PEMBANTU )
PEJUANG SATU   :  Dikiranya saya ini siapa ?
PEJUANG TIGA    :  Cecunguk busuk ! Pernah lihat kambing disembelih ? !
PEJUANG SATU   :  Orang ini belum tahu, bagaimana Tuganal memotong leher mata mata Belanda.
BODIGAT SATU   :  Siapa kalian ?
BODIGAT DUA     :  Kenapa bertanya ?
PEJUANG SATU   :  ( SETELAH BERPANDANGAN DENGAN PEJUANG TIGA, LALU KETAWA KURANG AJAR )
                                    Dia bertanya siapa kita. Hahaha……Apa cuma bapak komandan yang dikenal orang ? Mau tahu, siapa saya ?
                                    Mantan laskar dijaman revolusi. Algojo Utuh Ganal.
PEJUANG TIGA    :  Dan saya sekalipun nama saya TUHALUS atau si Utuh Cilik. Tapi soal senjata tidak ada bandingannya.
BODIGAT DUA     :  Mau tanding senjata ?
BODIGAT SATU   :  Saya peringatkan, sebelum senjata saya ini, membunuh kalian, lebih baik kalian tinggalkan ruangan ini.
PEJUANG SATU   :  ( MENNTANG ) Mengusir saya ya.
BODIGAT DUA     :  ( TAMPIL MENGHADAPI ) Apa sebenarnya, maumu ? !
PEJUANG TIGA    :  ( TERIAK SEPERTI SEORANG KOMANDAN ) Tembaaak ? !
KOMANDAN         :  Tempat ini, bukan di hutan.
PEJUANG TIGA    :  ( MELIHAT KOMANDAN DENGAN GUGUP ) Oh, maaf pak komndan. ( MEMBERI ABAH ABAH ) Barisan, bersii….ap !
                                    Hormat pada komandaaan….ge……rak. (MENGHORMAT DIIKUTI PEJUANG SATU )
PEJUANG SATU   :  Laporan. Kami dating dari gunung. Dua hari duduk dimuka pagar depan. Tujuan mau bertamu pak komandan. Laporan selesai.
PEJUANG TIGA    :  Tambahan. Uang tak punya, dan hari ini belum makan. Selesai.
PEJUANG SATU   :  Selesai ( BERHENTI  MENGHORMAT )
KOMANDAN         :  Komandan apa yang  kamu maksud.
PEJUANG SATU   :  Bapak.
KOMANDAN         :  Bapak siapa ?
PEJUANG SATU   :  Bapak Mardut.
KOMANDAN         :  Bapaknya Mardut, sudah lama mati.
PEJUANG SATU   :  Itu berita bohong ! Bapak Mardut, adalah komandan kami. Beliau kami cintai. Dan beliau ada dihadapan kami.
KOMANDAN         :  Usir orang orang ini.
PASUKAN BODIGAT MEMAKSA PEJUANG SATU DAN TIGA KELUAR.
BERBARENGAN DENGAN ITU,  MASUK IBU, DIKAWAL OLEH SEORANG PEMUDA.
IBU                          :  Lepaskan mereka. Mardut, sudah lupa pada Tuhalus dan Tuganal ?
KOMANDAN         :  Dan  kamu siapa ?
PUTERA                 :  Dia yang ibu maksudkan ?
IBU                          :  Mungkin ibumu keliru.
KOMANDAN         :  Usir mereka semua !
BODIGAT YANG LAIN MENYERET IBU DAN PUTERA.
SEMENTARA ITU MUNCUL ISTERI DALAM LAGAK ORANG MODERN.
ISTERI                    :  Lepaskan mereka. Dirumah ini saya yang berkuasa. Hadapkan mereka kehadapan saya.
                                    (SETELAH MEMPERHATIKAN SATU PERSATU , LALU BERTANYA PADA KOMANDAN) papi kenal orang  orang kotor ini ?
KOMANDAN         :  Mereka orang lancang dan tidak tahu adat. Karena itu mereka saya usir.
ISTERI                    :  Dan kamu (PADA IBU) dengan maksud apa datang kemari
IBU                          :  Tidak bermaksud apa apa. Cuma kesasar.
ISTERI                    :  Dan kamu berdua, apa juga kesasar ?
PEJUANG SATU   :  Tadinya saya ingin ketemu pak Mardut yang kaya raya. Rupanya saya salah alamat. saya tidak mengira yang saya temui sekarang, malah pak Mardut yang miskin iman.
ISTERI                    :  Tepat sekali. kalian memang kesasar kealamat yang salah . Disini tidak ada yang bernama Mardut.
DENGAN TIDAK DISANGKA , MUNCUL UTUH BATUNG , ALUH BUNGSU DAN LELAKI YANG MEMBAWA KERANJANG. ISTERI JADI BERANG
ISTERI                    :  Apa di pos jaga tidak ada Satpam ?
UTUH BATUNG    :  Dua orang Satpam di depan, sudah kami amankan. Satpam itu masih  anak muda, yang tahunya hanya berlagak, tapi tidak tahu sopan santun. Pak Mardut. Kalau ingin mendapatkan petugas yang baik, carilah orang yang berpengalaman perang. Paling tidak, mereka akan mengerti arti kesetiaan dan harga Tanah-Air.
ISTERI                    :  Dirumahku ini, tidak ada yang bernama Mardut. Kalian memang orang orang kotor, busuk dan bau !
KOMANDAN         :  ( KEPADA PASUKAN BODIGAT ) Kalian pengawal edan ! Usir mereka !
LELAKI                  :  Sebentar. ( MENEMPATKAN KERANJANGNYA DIPOSISI YANG MENONJOL. ) Kami ini datang kemari, ingin menawarkan sesuatu. Tadinya mau menjual hutan dan gunung gunung yang sering bapak kunjungi dengan pesawat helicopter.
                                    Tapi terpaksa saya batalkan, karena peti keramat yang kami miliki, telah bapak rampas dari tangan rakyat. Seharusnya tidak boleh. Peti keramat itu milik kami bersama rakyat yang masih belum sempat menikmati kemerdekaan selama ini. Tapi apa boleh buat, kami terpaksa menuntut, karena bapak bukan orang yang kami maksud. Andai bapak  adalah mantan komandan kami yang bernama Mardut, maka semuanya akan kami relakan. Bahkan isi peti keramat yang saya amankan didalam keranjang keramat saya ini, akan kami serahkan semuanya.
KOMANDAN         :  ( TERGERAK INGIN MEMILIKI ) Apa ? Kamu ambil semua isi peti keramat itu ?
UTUH BATUNG    :  ( KAGET ) Semua isinya ada pada kamu ? begitu lama kau rahasiakan.
LELAKI                  :  Bapak telah dapatkan petinya, dan saya kuasai isinya.
                                    Kita draw pak. Draw berarti kosong lawan kosong.
                                    Tapi karena bapak bukan mantan komandan kami dan bukan .
LELAKI                  :  Bapak telah dapatkan petinya, dan saya kuasai isinya.
                                    Kita draw pak. Draw berarti kosong lawan kosong. Andai  kata tempatnya sebuah tong, tentu yang bapak punyai sebuah tong kosong, yang nyaring bunyinya. Tentu bapak tidak tertarik pada isi yang saya miliki, karena bapak tidak ada kepentingannya. Dalam hal ini, penawaran atas seluruh isinya, saya batalkan.
KOMANDAN         :  Itu tidak betul. Kamu boleh berpendapat demikian.
                                    Karena isi yang kamu miliki itu, sangat berarti
                                    Bagi sejarah perjuangan, saya sebagai warga negara
                                    Punya hak menyelamatkannya. Berapa  harga  yang
                                    Kau minta. Satu milyar, Dua milyar atau sebut saja.
ISTERI                    :  Dan hutan serta gunung-gunung  yang kamu maksud,
                                    Kalau memang akan dijual, akan kami beli.
PEJUANG TIGA    :  Inilah yang disebut kemerdekaan.
ALUH BUNGSU    :  Kita jadi kaya, ayah.
UTUH BATUNG    :  Alhamdulillah, akan terkabulkan cita-citaku.
IBU                          :  Boleh saja lihat istrinya ?
LELAKI                  :  Apapun yang ibu minta saya akan patuhi. Saya selalu patuh pada ibu Halimah, sebagai ibu komandan Mardut yang kami cintai.
PEJUANG SATU   :  Ibu komandan yang baik. Ibu Halimah, si Macan Betina dari Hulu Sungai. Mari bu, silahkan.
LELAKI                  :  Semuanya saja, yang penting bagi semua mantan Grilyawan.
KOMANDAN         :  Kuperingatkan. Kalau memang mau dijual, jangan sampai kalian ganggu isinya.
LELAKI                  :  Sebelum dijual, perlu diperiksa keasliannya pak.
AJUDAN atau DISEBUT PEJUANG DUA, MUNCUL BERSAMA PUTERI.
AJUDAN                 :  Apakah saya tidak bermimpi ?
PEJUANG TIGA    :  Dukmar !
PEJUANG SATU   :  Merdeka !
AJUDAN                 :  Kalimantan. Merah
IBU                          :  Putih. Belanda !    
PEJ. SATU, TIGA, DUA    :  Kafir !
IBU                                      :  Mata-mata
PEJ. SATU, TIGA, DUA    :  sumbalih. merdeka !   
                                                Bum maladum
                                                Senapang masin Mandantum
                                                Musuh harus dihukum gantung 2 X
AJUDAN                 :  Wah,wah ( SAMBIL MENYALAMI ) Tidak disangka.
IBU                          :  Kupikir engkau temukan peti keramat itu,
                                    Kemudian jadi orang kaya.
AJUDAN                 :  Dugaan saya sngguh tepat. Peti keramat yang kita cari  cari itu, sudah terkubur oleh waktu.
LELAKI                  :  Tapi nyatanya peti itu ada disini. Jatuh ketangan orang Asing.
UTUH BATUNG    :  Kamu jadi orang hebat, Dukmar.
AJUDAN                 :  Berkat jasa baik komandan kita.
PEJUANG SATU   :  Komandan kita ?
KOMANDAN         :  ( SEGERA MEMUTUS ) Cepat kamu taruh, berapa harganya.
IBU                          :  Dan anak gadis ini, puterimu ?
KOMANDAN         :  Dia satu satunya anak kandung saya.
PUTERI                   :  Tak ada orang lain. Beliau papi saya.
IBU                          :  Sebentar ( MENCARI SESUATU DIDLAM KERANJANG SAMBIL MENGOMENTARI. BEBERAPA BENDERA DIURAKKAN, SAMBIL MENYEBUT NAMA PASUKAN YANG DIINGAT DAN DIKENALNYA ) Hampir semua bendera pasukan ada disini. Dan ini, ALRI DIVISI EMPAT PERTAHANAN KALIMANTAN. O,ya, catatan itu ( BERNAFSU MENDAPATKANNYA. AHIRNYA IA TEMUKAN DAN IA PERHATIKAN LEMBARAN LEMBARAN YANG ADA DITANGANNYA, LALU IA PANGGIL PUTERANYA ) Jantan.
PUTERA                 :  ( MENDEKAT ) Ada apa itu ?
IBU                          :  Tolong kamu bacakan yang ini ( MEMBERIKAN )
PUTERA                 :  Baik bu. ( MEMULAI MEMBACA )
                                    Buat sementara jabatan komandan, diserahkan
                                    Kepada Utuh Batng.
IBU                          :  Oh, bukan itu. Barangkali yang ini ( MEMBERIKAN LEMBARAN YANG LAIN, DAN MENGAMBIL  LEMBARAN YANG SUDAH ADA DITANGAN PUTERANYA ) Yang ini sambungnya. Dan akan dibaca juga. O, ya. Saya lupa. Saya kenalkan, ini namanya Jantan. Seorang Insinyur kehutanan. Dia barusan datang ke Kalimantan mencari kedua orang tuanya. Dia ini satu satunya putera saya dengan pak Mardut. Ia dilahirkan sebelum perang  bergolak. Dia putera saya, yang lahir sebelum ayahnya Mardut terkena tembak di ari-ari.
UTUH BATUNG    :  O, jadi dia, yang dijaman perang tempo dulu,
                                    Ibu Halimah titipkan sama pengusaha ?
PUTERA                 :  Saya dibesarkan dipulau Jawa. Saya di asuh dan  disekolahkan oleh orang tua angkat saya. Sempat mengecap pendidikan di Negeri Belanda.
UTUH BATUNG    :  Wah, wah. Luar biasa. Sudah berkeluarga ?
PUTERA                 :  Bellum.
UTUH BATUNG    :  Anak bujangan rupanya. Sungguh beruntung.
                                    O, ya, saya punya  seorang gadis yang lahir di-
                                    Tengah hutan. Waktu itu perang  terus berkecamuk.
                                    Saya selalu menggendongnya, sambil menembaki
                                    musuh,  dan dia teap selamat. Namanya Aluh Bung-
                                    su ( MENDEKATI ANAKNYA DAN MENYURUHNYA BERKENALAN ) Ayo berkenalan.
ALUH BUNGSU    :  ( AGAK MALU MALU SAMBIL BERSALAMAN)
PUTERA                 :  ( DALAM BERPEGANG TANGAN ) Namanya ?
ALUH BUNGSU    :  ( AGAK MALU MALU DAN TERSIPU SIPU ) Aluh Bungsu.
PUTERA                 :  Siapa ? Ulangi sekali lagi.
UTUH BATUNG    :  Dia puteri saya  paling bungsu. Karena itu  kunamakan dia si Bungsu. Tapi teman teman seperjuangan menyebutnya,
LELAKI                  :  Aluh Bungas.
PUTERA                 :  Dan saya Jantan. Mudah di ingat kan ?
PUTERI                   :  ( TAK MAU KETINGGALAN. DENGAN LINCAHNYA IA KENALKAN DIRINYA, DENGAN MENGULURKAN TANGAN )
                                    Saya Nora. Lengkapnya  Noralita.
IBU                          :  Bapak itu,  ayahmu ?
PUTERI                   :  Beliau papi saya.
KOMANDAN         :  Dia anak tunggal saya.
IBU                          :  Begitu  ? Masih  bisa punya anak ?
ISTERI                    :  Apa pula maksudmu ?
IBU                          :  ( TAK PERDULI DAN MEMINTA JANTAN AGAR MENERUSKAN MEMBACA ) Coba kamu baca yang ini.
PUTERA                 :  Dengan bergabungnya seluruh pasukan gerilyawan kedalam kesatuan ALRI DIVISI EMPAT PERTAHANAN KALIMANTAN, Belanda jadi kalap. Pertempuran terus terjadi dimana-mana.
                                    Satu pertempuran sengit, antara pasukan komandan Mardut denngan Belanda, terjadi didaerah Selatan.
                                    Mardut yang bahu membahu  dengan bininya bernama Halimah, akhirnya terkena tembak juga. Satu peluru bersarang di ari-ari Mardut. Halimah bininya telah membawa  mundur ketempat persembunyian dan merawatnya. Jabatan komandan sementara, diserahkan kepada,………………
PEJ.SATU, TIGA    : Utuh Batung.
PUTERA                 :  Betul. Diserahkan kepada Utuh Batung. Tiga orang anak buah Mardut yang paling setia, Tuhalus, Tuganal dan
PEJUANG TIGA    :  Dukmar. Betul itu.
PUTERA                 ;  Boleh saya teruskan.
PEJUANG SATU   :  Terus. Itu cerita benar dan mengasyikan.
PUTERA                 :  Ketiga orang ank buah yang amat setia itu, meneruskan perkelahian dengan gagah berani. Pejabat sementara komandan, yakni Utuh Batung, tak pernah gentar ditengah hujan peluru, sekalipun Uth Batung sambil menggendong puterinya yang kehilangan ibunya. Terus,
IBU                          :  Dan lembaran ini ( MENYERAHKAN LEMBARAN YANG LAN )
PUTERA                 :  Komandan Mardut akhirnya menderita lumpuh. Isterinya Bininya Halimah yang bergelar Mancan Batina, telah menyembunyikannya didalam hutan sambil mencarikanmakan se hari hari. Akibat peluru yang bersarang di ari-ari, komandan Mardut selain mengalami kelumpuhan juga menyebabkan,……..
KOMANDAN         :  Cukup  sampai disitu. Sekarang terus harga, berapa ?
LELAKI                  :  Saya tidak akan menaruh harga, sebelum sipembeli
                                    tahu isi yang  sebenarnya. Dan sekarang harus kita
                                    manfaatkan orang pinter yang ada dihadapan kita.
IBU                          :  Begitu banyak isinya. Dan ini ( MENGAMBIL PISTOL )  O…ya, ini memang pusaka. Dibuat sendiri oleh orang dari Negara Hulu Sungai. Masih bagus, dan pelurunya juga lengkap. ( MENODONGKAN KEBEBERAPA ARAH ) Berapa orang saja yang mati lewat pistol saya ini.
                                    ( MENDEKATI KOMANDAN ) Kamu bukan Mardut, kan ? Kenapa begitu bernafsu ingin memiliki dokumen ini. Mau dibakar ?
PEJUANG DUA     :  Siapa yang meragukan bos saya, sebagai seorang pejuang. Beliaulah Mardut suaminya bu Halimah, yang dijaman perang, adalah komandan kita.
PEJUANG TIGA    :  Apa, iya ?
ALUH BUNGSU    :  Disini tak ada yang bernama Mardut.
PEJUANG DUA     :  Siapa yang bilang.
ALUH BUNGSU    :  Nyonya itu.
PEJUANG ATU      :  Saya yakin, bahwa saya tidak salah alamat. Siapa yang tidak kenal dengan milyoner Mardut.
IBU                          :  Apa kamu tidak salah Dukmar ?
PEJUANG DUA     :  Karena saya dianggap sebagai anak buah  yang paling setia, lalu saya diangkat sebagai pendamping beliau.
PEJUANG TIGA    :  Juga saya. Karena rasa kesetiaanlah, menyebabkan saya meninggalkan desa, dan ingin menemui mantan komandan.
IBU                          :  Kalau bosmu itu betul Mardut yang terkena peluru di ari arinya, maka gadis ini, tak mungkin puteri kandungnya.
PUTERI                   :  Ibu jangan mengigau.
IBU                          :  Ibu tidak mengigau, nak. Ibu lebih tahu kelaki-lakian lelaki Mardut.
KOMANDAN         :  Hentikan omong kosong itu !
PUTERI                   :  Mami, apa benar, yang diomongkan  ibu tua itu ?
KOMANDAN         :  Saya minta agar kalian tinggalkan rumah saya ini !
PUTERI                   :  Kenapa mami diam saja ? Bicaralah……/ mami ( MENANGIS )
ISTERI                    :  Kalian telah menghancurkan jiwa anak saya. Kalian biadab !
LELAKI                  :  Kita harus sanggup menerima akibat dari kebenaran. Ini baru permulaan dari ungkapan sejarah, dan cuma secuil. Isi keranjang ini akan membongkar habis rahasia orang ternama di Negara ini.
PUTERI                   :  Mami ( TERUS MENANGIS )
ISTERI                    :  Nora anakku. Nora memang anak  mami. Anak kandung.
PUTERI                   :  Tapi siapa ayah Nora yang benar ?
IBU                          :  Hanya mamimu sendiri yang bisa menjawab.
PUTERI                   :  ( MASIH MENANGIS ) Mami, katakan…………...
ISTERI                    :  ( TETAP TERDIAM )
KOMANDAN         :  Rumah tangga kami jadi kacau ! Sebagai pigur pejuang seperti kalian,  tidak selayaknya menghancurkan rumah tangga kami.
IBU                          :  Bagi saya, lebih baik hancur rumah tangga, dari pada Negara  hancur berantakan.
KOMANDAN         :  Sudah Nora. Kamu memang anak kandung papi.
PUTERI                   :  Bohong ! Papi berbohong !  Papi bukan ayah kandung  Nora !
KOMANDAN         :  Nora tidak boleh menyakiti hati papi.
IBU                          :  Sudah saatnya, menumpas kebohongan dan ke pura puraan. Kita mantan pejuang, sebentar lagi akan masuk liang kubur.
                                    Jadi sudah seharusnya kita wariskan yang bagus bagus itu. Nyonya sungguh beruntung, menompreng kenyamanan lewat seorang pengusaha  sukses. Mencicipi isi syorga, tampa berjuang seperti kami. Tapi sayang  Nyonya sudah lupa diri,  lupa mensyukuri nikmat Tuhan. Bahkan sampai hati mendustai dan menodai kemerdekaan selama ini, dengan memainkan sandiwara yang bertemakan penghianatan.
ISTERI                    :  (BERANG) Jangan sembarangan. Omonganmu kotor dan memfitnah !
IBU                          :  Tanya Suamimu,  apakah kamu seorang yang jujur. Dan suamimu juga banyak dosa, karena membiarkan orang-orang dibelakangnya. Kasihan anakmu yang masih remaja. Telah kau wariskan ketidak jujuran kepada puterimu yang sebenarnya akan menjadi generasi pewaris.
                                    Kamu harus katakan sendiri, siapa ayah kandung puterimu.
PUTERI                   :  (MENAHAN TANGISNYA DAN MASIH TERSEDU-SEDU) Ya ,mami harus jujur pada Nora. Nora siap menerimanya.
PEJUANG DUA     :  (SECARA TIBA-TIBA) Sayalah ayah kandungnya.
SEMUANYA          :  (JADI KAGET)
KOMANDAN         :  (MENEKAN RASA MARAHNYA, KEMUDIAN DENGAN GERAM IA MEMBELAKANGI ORANG-ORANG)
IBU                          :  (MENDEKATI DUKMAR) Dukmar, kamu balas air susu dengan air tuba.
PEJUANG TIGA    :  Sama dengan pagar makan tanaman.
PUTERI                   :  Mami, benarkah om Dukmar, papi kandung Nora ?
ISTERI                    :  Ibu berbuat, karena,
KOMANDAN         :  Tidak usah ngomong ! Memalukan ! (DENGAN TIBA-TIBA MENEMBAK ISTERI. DAN SI ISTERI MENGERANG DAN TERHUYUNG-HUYUNG)
PEJUANG DUA     :  ( JADI KAGET DAN MERANGKUL ISTERI DISAMPING       TANGIS PUTERI )
ISTERI                    :  ( TERKULAI DAN MATI )
PEJUANG DUA     :  ( GERAMNYA TERTUJU PADA KOMANDAN ) Bos tembak dia ?
                                    ( MENODONGKAN PISTOLNYA INGIN MENEMBAK)
IBU                          :  ( YANG DARI TADI MEMEGANG PISTOL  CEPAT BERTINDAK DENGAN MELETUSKAN  PELURUNYA PADA PEJUANG DUA )
PEJUANG DUA     :  ( MATI SEKETIKA )
PEJUANG TIGA    :  Dua mati, yang lainnya selamat.
PEJUANG SATU : ( SIKAP SEORANG KOMANDAN BARISAN ) Semuanya. Kepada komandan beri hor…..mat !
KOMANDAN         :  ( MENDEKATI IBU DAN MENGAMBIL PISTOL DITANGAN YANG TERKULAI ) Jangan merasa bersalah. Halimah, tekad juangmu, telah kau tegakkandengan benar. Orang seperti dia, sama
                                    Dengan musuh dijaman perang. Dan orang seperti itu, harus dibunuh ! saya bertanggung jawabatas kematian dua orang ini. ( MENDEKATI JANTAN ) Maafkan ayah.
PUTERA                 :  Ayah ( MERANGKUL )
KOMANDAN         :  ( MENGGANDENG JANTAN DAN MENDEKATI PUTERI ) Nora,……………..
                                    Nora akan selamanya menjadi anak papi. Nora…..jantan
JANTAN                 :  Ya, papi.
KOMANDAN         :  Ayah akan bernanggung semua resiko. Selama ayah berurusan dengan hokum dan mungkin juga penjara, tinggallah dirumah ini. Dan ibumu harus kau  jaga sambil menunggu ayah kembali.
                                    Dan bagi Utuh  Halus, Utuh Ganal, Utuh Batung dan kau yang berjasa dlam menyelamatkan harta sejarah….,kuang- kat kembali sebagai pasukan penyelamat rumah tangga disini.
ALUH BUNGSU    :  Ayah, inilah hati  nurani yang benar ayah.
UTUH BATUNG    :  Inilah artinya kemerdekaan.
LELAKI                  :  Bukan semu, tapi nyata.
HALIMAH              :  Mardut. Tawaran untukku, kembali tinggal serumah, sebagai suami isteri…..rasanya ingin kupertimbangkan lagi.
KOMANDAN         :  Halimah  ( hampir berbarengan dengan kekagetan yang lain) Halimah, secara jujur, ucapanku itu, berdasarkan sentuhan cinta bukan mengada-ada. Aaku malu dan kurang adil bila aku sendiri yang kaya, sementara prajurit yang mengangkat namaku sebagi pahlawan perang, kubiarkan hidup dibarisan kemiskinan. Kekayaanku adalah kekayaan kalian. Dan………..kau, tidak boleh menolaknya.
NORA                     :  ( SETELAH MEMANDANGI IBU, LALU MERANGKULNYA ) Ibu………….
KOMANDAN         :  ( KEPADA PARA BODYGUARD ) Selanjutnya untuk kalian…..Maaf  kalau hasil jerih payahku, sudah tak mampu lagi membayar tenaga kerja kalian. Upah kalian telah menyita banyak uangku, tanpa kalian merasa berhutang budi pada saya. Sikap pamrihmu, sangat menyakitkan hati. Untuk itu, mulai hari ini, saya bebas tugaskan.
                                    ( SEMUA BODYGUARD TERKEJUT DAN INGIN PROTES, TAPI TIBA-TIBA TERDENGAR GENDERANG ORANG GILA )
SI GILA                  :  ( MUNCUL DENGAN TINGKAH LAKU YANG ANEH TAPI PASTI ) Disini rupanya terjadi persekongkolan yang meragukan jalannya kemerdekaan. Sebuah komplotan yang perlu dicurigai yang kemungkinan besar ingin membangun sebuah negara yang bernafsu membuang niali…perjuangan bangsa…..( GENDERANG ) pagat cerita, timbul cerita.      Mana itu peti ! peti itu mana ? kurang faham ?                    peti yang saya cari itu, adalah peti keramat, peti dengan isinya yang keramat ! paham atau tidak ! Baik !                   pasukan………masuuuk !
ORANG ORANG   :  ( DENGAN LANGKAH DAN LAKU YANG LEBIH UNIK, MENGHADAP DAN SIAP MELAKUKAN PERINTAH )
SI GILA                  :  Lacak dan gledah seluruh isi rumah ini. Cari sampai dapat, harta karun yang keramat itu !
ORANG ORANG   :  ( MENYEBAR MASUK DAN TAK LAMA MUNCUL MENGGOTONG PETI )
SI GILA                  :  Itu dia. Betul itu  dia peti kita. Dan itu……( MELIHAT           LELAKI MAU MERAMPAS ISINYA, TAPI DIREBUT DULUAN OLEH ANGGOTA PASUKAN SI GILA ) Jngan biarkan. Rampas saja. Ya. Masukkan ke asalnya.
ORANG ORANG   :  Ini semua bukti perang. Karena bukti inilah yang bikin       sebab kalian baku tembak. Nah, demi  keselamatan orang-    orang yang ingin mengatur, menata negara dan kerukunan   rakyatnya, semua harta karun ini akan kami museumkan     di negeri kami yang tak pernah punya nama. Pasukan…….
KOMANDAN         :  Pengawal ( TERANGSANG EMOSI INGIN MEREBUTNYA, LALU MEMERINTAHKAN BODYGUARD, MEREBUTNYA ) Pertahankan peti keramat itu !
BODYGUARD       :  ( MEMBERI KODE TEMANNYA, LALU MAJU SEPERTI SIAP MENEMBAK )
SI GILA                  :  Karena peti keramat itu milik kita, kalian harus per-          tahankan sampai titik darah yang penghabisan. Lawan       mereka.
ORANG ORANG   :  Siap ! ( MENGOKANG SENJATA )
BODYGUARD       :  ( JUSTERU MENYERAHKAN SENJATA DAN LANGSUNG MENUJU PINTU KELUAR )
KOMANDAN         :  Kalian memboikot saya ?
ORANG ORANG   :  ( MENODONGKAN SENJATANYA KEPADA BODYGUARD )
BODYGUARD       :  ( SETELAH MENCEMOOH, LALU TERDESAK KELUAR PINTU )
KOMANDAN         :  Dan kalian sebagai regu penyelamat, tidak ingin mem-     pertahankannya ?
LELAKI                  :  Bukan hak saya, semua itu miliknya rakyat. Merekalah      yang berhak menghakimi kita kelak.
HALIMAH              :  Lita harus menjadi orang siap menerima koreksi  rakyat.
SI GILA                  :  Ya, betul. Kita adalah rakyat, semua pasukan……bergerak. ( SI GILA DAN ORANG ORANG MELENYAP DITITIK LENYAP SEMENTARA MARDUT DAN SELURUH ISI RUMAH, MEMANDANG PERISTIWA ITU SEBAGAI        MIMPI SEJENAK ).

                                                            Banjarmasin, 17 Juni 1995.
CATATAN :  TELAH DIPENTAS UJI, DI BANJARMASIN, DI SURAKARTA, YOGYA, TANGERANG DAN SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR.
                                                            Banjarmasin,        juli 1996.


                                               








PERGELARAN TEATER
SANGGAR BUDAYA
KALIMANTAN SELATAN
 












REFLEKSI SETENGAH ABAD KEMERDEKAAN R.I
 

PEMENTASAN DI KOTA – KOTA

BANJARMASIN – KALSEL
SURAKARTA – JATENG
YOGYA – D.I. YOGYAKARTA

G A L E R Y  B E S A R

Tidak ada komentar:

Posting Komentar